pos giv


Malam mulai beranjak , diiringi gerimis yang sudah menampakkan kehadirannya dari sejak sore, malam itu aku dan suamiku menghadiri  pernikahan salah seorang akhwat, al hamdulillah bisa menghadiri undangannya, undangan salah seorang yang aku kenal cukup sopan, baik dalam akhlaq maupun cara berbusana, usai ramah-tamah kami pun pulang , namun ada yang mengganjal dalam hati saat menyaksikan sang akhwat melepas masa lajangnya di kursi pelaminan, yah !.. pakaian pengantinnya bukan pakaian Muslim,. . dada nyaris terbuka, dgn rambut terurai ,memang tampak cantik, mungkin karena selama ini auratnya tersembunyi di balik gaun yang ia pakai sebagai wujud ketaatan kepada Allah.

Pakaian adat “katanya, agak sedikit terbuka,gak apa-apa !. hanya sekali ini, nanti pakai jilbab lagi , saat kami tiba menjelang shalat isya , suamiku bertanya “ sudah shalat maghrib ? belum kak (karena ia bekas santrinya) kenapa ? “enggak boleh sama perias, meriasnya susah katanya.. suamiku diam.

Saat pulang ada raut kecewa pada suamiku , ia berkata  , “kakak yang tidak berhasil mentarbiyahnya  atau dia terkekang oleh kehendak orang tua dan suaminya, kasihan..padahal dulu ia sangat taat.

Cerita di atas mengingatkan aku saat menjelang hari pernikahan, al hamdulillah aku sudah berjilbab pada saat itu, namun orang tuaku minta agar gaun pernikahan memakai pakaian adat  solo dengan memakaikan kembang goyang dirambutnya...aku tdk setuju dgn keinginan mereka lalu hal ini aku sampaikan pada calon suamiku, tentu saja ia juga tidak setuju,  karena aku paham betul pakaian adat, selain adat Padang tidak ada yang memakai kerudung, yang pasti aku harus membuka jilbab, aku juga harus menjaga wibawa calon suamiku, karena pasti yang datang sebagian besar adalah Ikhwan dan Akhwat, bagaimana kata mereka kalau awal pernikahan saja sudah melanggar syareat.

Dengan telaten ia mengajariku bagaimana membujuk orang tua dengan bahasa yang santun dan tidak menggurui, al hamdulillah kedua orang tuaku mau menuruti kehendak kami, toh pada saat itu (apalagi sekarang) rias pengantin dengan baju Muslim  sudah banyak dan tidak kalah keren, selanjutnya yang tidak boleh lupa adalah memberi tahu kepada perias , bahwa bila wudhu batal ,mereka harus siap untuk merias ulang, karena akan shalat Asyar, maghrib atau Isya,, calon suamiku bilang, “mereka harus mau , kita bukan arogan, mereka kan kita bayar !.. hmm betul juga,.. siapa takut !.. dan ternyata mereka tidak keberatan malah mempersilahkan, lagian mereka kan juga Muslim !

Pengalaman saya di atas sebenarnya bisa diterapkan untuk para akhwat yang akan melangsungkan pernikahan dengan riasan pakaian adat, kita bisa menolak bila tidak sesuai dengan syareat, sayang sekali bila akhir lajang kita, kita akhiri dengan melawan sesuatu yang selama ini kita pertahankan karena ke imanan kita, jangan berkata “hanya sekali ini, karena justeru sebaliknya, sekali , itulah yang merusak usaha gigih yang sekian lama kita amalkan, naudzu billah. ibarat kata pepatah " panas setahun di hapus hujan shari.

Yakinlah !. bila kita menyiasatinya dengan bahasa yang sopan dan sikap yang santun baik kepada orang tua, mertua, calon suami mereka akan mengerti, bahkan boleh jadi akan mendukung kita.

Murid !..

Diposting oleh Unknown | 07.08 | | 0 komentar »

MURID... 
Setiap kita pasti akrab dengan kata tadi,dan boleh jadi hampir setiap kita pernah menjalaninya, apa ? yah !..menjadi murid...
Sebelum Islam masuk ke negeri kita kosakata bahasa Indonesia tidak mengenal kata itu, napa yah ? karena murid berasal dari bahasa Arab , berasal dari
اراد  يريد  ارادة........فهو  مريد
(arada ..yuridu..iradatan..............fahuwa,,, muridun)
“arada ,maknanya menginginkan,Yah !.. dalam urutan kalimat  di atas kata/kalimat murid adalah pelaku (kata sifat) atau yang bekerja,. Ini berarti “murid artinya : orang yang ingin,tentu yang dimaksud adalah menginginkan ilmu.
Jadi secara umum dalam kondisi apa dan bagaimanapun selama kita menginginkan ilmu, baik dengan belajar pada seorang guru, autodidak atau melalui melihat langsung serta bertanya pada pengalaman orang lain, berarti kita telah menjadi murid.
Adanya usaha Yang maksimal dalam menggapai sesuatu ilmu adalah sebutan yang pantas untuk kita disebut sebagai murid, yang mungkin kata tadi setelah di Indonesiakan menjadi siswa atau  mahasiswa,namun yang jelas menjadi murid adalah aktivitas  mulia, sebagai wujud kecintaan kita terhadap ilmu.
Ilmu dalam Islam selalu mempunyai konotasi yang baik,. adapun sarananya sudah Allah siapkan dalam diri kita, dan menggunakannya merupakan wujud syukur kita kepada Allah, dengan syarat ilmu yang di dapat dengan jalan menjadi murid itu di amalkan dengan tujuan semata-mata mencari ridha Allah.
Pantaskah kita disebut murid, ? bila interaksi kita dengan ilmu hanya sekedar datang ke sekolah, atau majelis taklim, atau hanya mendengar uraian guru atau ustad, lalu tak ada usaha untuk memahaminya konon lagi mengamalkannya.

Kunci Syurga

Diposting oleh Unknown | 00.48 | | 0 komentar »
As-shalatu miftahul jannah (shalat adalah kunci syurga)


Temen-temen pasti hafal hadits ini kan !..

Tapi kenapa yah !..kok kejahatan intensitasnya dari tahun ke tahun terus meningkat, padahal konon katanya kalau kita daftar untuk naik haji sekarang berangkatnya tiga atau empat tahun lagi. Ini artinya kita kekurangan kuota karena banyaknya jumlah yang ingin naik haji... lo kok kesitu-situ...

Pernah dengar gak atau ngalamin sendiri sendal hilang di masjid lalu pulang nyeker,. Sering tuh !.. makanya suatu ketika abi bikin teka-teki begini “ kenapa di gereja ada piano, gitar dan alat musik yang tentunya harganya mahal ?, aku jawab “ yah !..karena ibadah mereka adalah puji-pujian yang diiringi musik.. benar kan !.. kata abi “ benar tapi kurang tepat, yang di tanya kan masjid, jawaban yang benar “ di masjid jangankan piano, sandal saja hilang.. he he he benar juga,. Pernah tuh masjid dekatku kehilangan lampu philip yang mahal beberapa biji.

Kalau kita mau telaah inti dari perintah pelaksanaan shalat ialah

tanha ‘anil fahsyai wal mungkar (mencegah dari perbuatan keji dan mungkar)

keji artinya sesuatu ucapan buruk, tidak pantas, tidak senonoh,tidak layak dan yang sejenisnya yang keluar dari lisan kita.

Adapun mungkar ialah perbuatan yang berkenaan dengan sifat dan sikaf kita,.

Bila disimpulkan secara sederhana, maka inti perintah pelaksanaan shalat agar kita mampu menjaga lisan dan perbuatan kita karena dari dua hal itulah (lisan dan perbuatan) yang menghasilkan balasan berupa dosa, baik kepada manusia maupun kepada Allah. Coba deh teman resapi nasihat Rasulullah.

Barang siapa yang shalatnya tidak bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka tidak ada shalat baginya (al-hadits)

Iihhhh.... sayang banget yah !.. bangun tengah malam, berwudhu pada dinginnya angin subuh tapi shalatnya dianggap sia-sia.

Terus lagi kata Allah dalam surat al-Ma’un

4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,

6. Orang-orang yang berbuat riya

Shalat lalai, ini artinya shalatnya tidak membawa bekas dalam kehidupannya. Dan shalatnya juga riya (pamer) biar di bilang alim, atau masjidnya dekat rumah camer (calon mertua) macam-macam aja mending jadi...

Lalu gimana sih shalat yang menjadi kunci syurga ?

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. (QS 48;29)

Bekas sujud !.. mungkin mempunyai dua makna

Pertama : karena lamanya bersujud dan sering menangis pada saat sujud maka gesekannya baik ke lantai maupun sajadah membekas hitam di kening, bener juga yah !

Kedua : mungkin yang di maksud bekas sujud adalah majaz atau kiasan, sujud adalah wujud ketundukan seorang hamba kepada penciptanya, dan membekas tentunya kepada prilaku sehari hari , ia akan selalu menjaga baik perbuatan maupun perkataannya dari yang tidak diridhai oleh yang ia patuhi yaitu Allah, adapun wajah sebenarnya merupakan nilai diri kita dihadapkan Allah, masih ingat kisah Adam AS, ia menundukkan mukanya , wajahnya karena malu kepada Allah atas perbuatan dosanya,.

Masih ingin menjadikan shalat kita sebagai kunci syurga,.! Jadikan shalat sebagai miniatur kehidupan kita.. kalau tidak !..justru kita akan celaka karena shalat yang pelaksanaannya hanya sekedar gugur kewajiban.

Adab makan bagian 3

Diposting oleh Unknown | 17.26 | | 0 komentar »
Lanjut lagi yuk ! memahami ajaran agama kita tercinta yang subnallah !.. bukan main lengkapnya ,dalam hal adab dalam makan.


Makan menjadi kegiatan kita sehari-hari tentunya tak luput pula dari aturan-Nya sebagai wujud kasih sayang-Nya kepada ciptaan-Nya.

Pada bagian pertama klik di sini ke dua klik di sini.

Sekarang adab yang

ke empat , ialah meletakkan makanan di atas lantai yang dialasi dengan tikar, karena hal itu lebih mendekatkan kepada sikap tawaddhu atau rendah hati, sebagaimana sabda baginda yang mulia” dari Anas RA berkata ,( Rasulullah tidak makan di atas meja HR Bukhari)

yang kelima : duduk bersila atau duduk dengan melipat kaki sebagaimana duduknya orang yang shalat, juga tidak makan sambil bersandaran kepada sesuatu . dalam sebuah hadits di jelaskan “ Rasulullah tidak makan sambil bersandar melainkan makan sebagaimana makannya seorang hamba HR. Bukhari

yang ke enam : selalu ridha dengan makanan yang disediakan, yang mulia tidak pernah mencela makanan, yakni bila ia senang ia makan namun bila ia tidak suka ia tinggalkan , sebagaimana hadits dari Abu Hurairah RA. :”Rasulullah tidak pernah mencela makanan, bila ia suka ia makan, namun bila tidak maka ia tinggalkan.

Yang tujuh : makan berjamaah atau bersama-sama, baik dengan tamu keluarga dirumah, anak maupun dengan pembantu,sebagaimana yang di contohkan oleh Rasulullah SAW. Dan beliau sabdakan dalam haditsnya.

“Makanlah kalian secara bersama-sama, maka kalian akan diberkahi didalamnya. HR Abu Daud dan Tirmidzi..

makan bersama yang dicontohkan beliau ternyata memang menumbuhkan sifat pengertian dan berbagi, serta mempererat tali kekeluargaan.

Sekian insya Allah bersambung.

Posting pertama

Posting kedua.
Lestarikan Cemburu yang Syar'i Agar Suami-Istri Makin Harmonis


Cemburu yang syar’i? Hmm.. ada gak ya? Cemburu apalagi pada diri perempuan biasanya tidak produktif dan tak logis. Cemburu buta, namanya. Tapi bila cemburu bisa dikelola dengan baik dan yang mengelola adalah muslimah shalihah, maka cemburu ini bisa menjadi lampu kuning bagi yang dicemburui (suami) agar langkahnya tidak kebablasan.



Cemburu bukan asal cemburu. Cemburu yang syar’i adalah rasa yang hadir ketika suami terlihat mulai menduakan hati. Bukan pada istri tapi menduakan Ilahi? Emang ada? Ketika suami tetap asyik di depan computer padahal azan sudah berkumandang, istri harus mulai cemburu. Ketika jadwal ngaji tiba suami masih saja belum siap-siap, istri juga harus pasang muka mulai cemburu. Begitu juga ketika kewajiban dakwah harus ditunaikan tapi suami mulai ogah-ogahan, cemburu pun harus segera diberi tempat.



Sebagai istri, kita tak rela bila tujuan utama cinta yaitu Allah SWT diduakan. Bukan diduakan dalam makna sesembahan tapi diduakan ketika prioritas yang wajib tapi malah dinomorduakan. Nah, ini tugas istri untuk bukan sekadar mengingatkan tapi harus cemburu. Bila yang dicemburui masih juga gak nyadar, maka cemburu ini harus diungkapkan. Jangan memakai trik cemburu buta, karena laki-laki (suami) seringkali tak paham dengan makna cemburu yang diungkapkan dalam sikap oleh si istri.

Itu dalam hal kewajiban. Bagaimana dengan cemburu ketika mengetahui suami mulai ‘menyerempet’ sesuatu yang berbau maksiat? Misalnya saja dalam hal interaksi dengan lawan jenis. Bukan niat hati untuk bermaksiat, tapi ada kalanya manusia lupa batas syariat ketika hatinya sudah tersentuh. Ada wanita yang ditinggal mati suaminya, anaknya banyak, dan suami berniat membantu. Tapi seharusnya bukan suami yang datang memberi santunan pada sang janda tersebut. Alangkah lebih makruf apabila si istri yang mengantarkan sumbangan agar tidak timbul fitnah. Bila suami lalai, maka istri berhak dan wajib untuk cemburu agar batas syar'i dak dilanggar.

Begitu juga niat suami untuk membantu anak yatim putri yang beranjak remaja. Biar istri yang mengurusi dan suami support dana yang diperlukan. Begitu juga dalam hal-hal lain yang yang sekiranya ada sikap dan perilaku suami yang patut dicemburui karena alasan syar’i. Jangan sampai kita menjadi istri yang acuh tak acuh atau terlalu percaya sehingga kehilangan kewaspadaan terhadap suami. Seshalih apa pun suami, toh ia adalah manusia biasa yang tak lepas dari khilaf dan dosa. Menjadi kewajiban istri untuk mencemburui dan mengingatkan agar suami segera kembali ke rel yang benar. Begitu juga ketika istri mulai khilaf, maka suami pun patut untuk cemburu.

Misalnya saja istri tidak mau menutup aurat. Suami wajib cemburu karena itu artinya istri merelakan keindahan tubuhnya menjadi santapan mata-mata yang tak berhak untuk memandangnya. Suami harus segera bertindak dan tidak membiarkan istrinya keluar rumah tanpa menutup aurat. Dan masih banyak lagi hal-hal yang harus membuat suami cemburu yaitu utamanya ketika istri mulai melupakan kewajiban baik sebagai muslimah secara umum atau sebagai istri dan ibu secara khusus.

Jadi, cemburu antara suami dan istri memang harus ada. Cemburu yang produktif adalah cemburu karena alasan syar’i dan bukan sekadar berdasar perasaan saja. Cemburu jenis ini memang harus dipelihara karena bisa menjaga keharmonisan pernikahan agar tetap di jalan syariat. Selamat cemburu syar’i kepada pasangan. [riafariana/voa-islam.com]



Mengelola Cemburu Agar Rumah Tangga Makin Harmonis


Cemburu tanda sayang. Tapi bagaimana bila cemburu itu berlebihan dan bahkan merugikan? Tentu hal ini tak ingin terjadi dalam kehidupan berumah tangga kita. Cemburu yang buta bahkan membabi buta hanya akan menyakiti diri sendiri, pasangan dan orang lain yang dicemburui. Oleh karena itu, harus ada manajemen cemburu agar rasa ini tetap berada di rel-nya.

Perempuan kental sekali dengan dominasi emosi yang seringkali di luar nalar dan akal sehat. Tapi perempuan mukminah (yang beriman) tentu beda. Emosi yang secara fitrah ada pada dirinya, mampu dikelola agar berdaya guna dan bukannya malah merusak. Toh, meskipun berjenis kelamin perempuan, Allah juga mengaruniakan akal sebagai penyeimbang dari emosinya yang mudah meledak-ledak. Akal sebagai perempuan mukminah inilah yang berguna sebagai rem apabila emosi dan nafsu sudah meronta ingin meledak.

Berapa banyak kerusakan di muka bumi terjadi akibat hawa nafsu diperturutkan? Berapa banyak rumah tangga berantakan juga karena cemburu membabi-buta tanpa ada alasan dan bukti yang jelas? Dan berapa banyak juga peran sentral perempuan sangat vital dalam mempertahankan atau menghancurkan sebuah mahligai pernikahan yang suci?

Wahai ukhti, kelola cemburumu dengan akal dan imanmu. Jaga lidahmu dari mendamprat perempuan lain yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan suamimu kecuali sebatas hubungan kuliah atau kerja dan bisnis semata. Itu pun juga selalu disertai adab yang syar’i agar tidak timbul fitnah di kemudian hari.

Sebelum menuding pihak lain, coba tanya dan diskusikan baik-baik dengan suami. Apakah ada gejala suami berbeda dari biasanya? Tanyakan juga, sebatas apa hubungan suami dengan teman kuliah, kerja, bisnis, dll. Apa pun jawaban suami, seorang istri yang baik pasti akan berusaha mempercayainya. Bila pun masih ada terasa keganjilan pada jawaban suami, tidak perlu langsung marah dan menuduh yang bukan-bukan. Tetap tenang dan cari jalan lain. Cobalah mengenal dengan siapa suami berinteraksi untuk keperluan kuliah, kerja dan bisnisnya. Bila suami tipe jujur, ia pasti tak keberatan istrinya mengenal teman-teman perempuannya.

Yakinlah, semua masalah termasuk cemburu ini selalu ada jalan keluar untuk menyikapinya. Komunikasi yang baik dengan pasangan bisa menjadi pencegah sekaligus obat agar tidak terjadi komplikasi masalah lainnya. Muslimah, mulai sekarang kelola cemburumu dengan sehat ya. [riafariana/voa-islam.com]



Haram tak terasa ?

Diposting oleh Unknown | 00.48 | | 0 komentar »
فلينظر الانسان الى طعامه


Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (QS 80;24)

Bila sohib mau kritis nih !..Halal dan haram ternyata sangat tipis perbedaannya, gak percaya ? saat kita datang bersilatur rachim baik ke rumah sodukur (saudara) maupun temen, karena jauhnya perjalanan tentunya rasa lapar dan haus bergelantungan di perut kita dengan bunyi keroncongannya, dan kering mencekik terasa di tenggorokan.

Nah..! saat tiba di depan rumah tujuan kita tepatnya di terasnya , ternyata di situ ada segelas minuman kemasan, ingat ! minuman itu halal kan zatnya !.. tapi tanpa idzin pemiliknya menjadi haram bila kita langsung minum tanpa sepengetahuannya, tapi coba sohib tunggu sabar sebentar menunggu yang empunya nongol keluar, tentunya setelah kita memberi salam kan !.. bila ia memberi idzin jadi halal kan !..

itu sih pasti banyak yang nyadar dan tahu.. tapi ada sesuatu yang haram yang kadang kita gak sadari, bahkan kita terkadang berusaha untuk mendapatkannya, apa itu ? fasilitas yang ada pada rumah kita ! yang hanya dengan sedikit kreatif, (tapi kreatif yang jelek), kita bisa mengakali fasilitas berbayar itu menjadi gratis. Apa itu ?

PAM dan Listrik !..

Apa kita gak nyadar kalau perbuatan kita termasuk pencurian, dan hasil mencuri berarti HARAM !,. baik itu kongkrit yang berbentuk seperti air,maupun abstrak seperti listrik.

Bukankah air itu untuk mandi , untuk kita minum , bahkan untuk kita bersuci, untuk anak kita, untuk keluarga kita. lalu kita shalat dari penerangan hasil mencuri, setelah itu mengaji, belajar, menggosok dan memanaskan nasi atau mendinginkan minuman.

Bukan hanya itu, yang jelas pihak PAM pasti akan tahu, karena setiap wilayah punya Central masing-masing, dari sanalah mereka tahu lalu mendata melalui meteran induk. berapa kubik air yang keluar ke daerah kita lalu berapa yang di bayar, boleh jadi pihak PAM gak tahu siapa yang mencuri karena paralon ada di bawah tanah, namun bila itu berketerusan pihak PAM tentunya tidak mau rugi, mereka lalu memperkecil debit keluarnya air ke daerah yang bermasalah, maka hasilnya nih !.. semua pengguna di wilayah itu harus menggunakan mesin untuk mendapatkan air, tanpa kecuali baik yang jujur maupun yang curang, dan tentunya giliran tagihan listrik yang membengkak, he he he gak la yauuu !.la wong listriknya juga di curi.. ampunnnn.......

Sadar gak yah !. sebenarnya tindakan kita telah merugikan orang lain, yang jujur mau membayar sesuai pemakaian, maka yang terjadi akan timbul kecemburuan sosial, apalagi yang mencuri nyedot air seenak udelnya,. Air mengalir sampai jauh, (persis seperti lagu mengawan solo )tapi kran tak juga di matikan.. tenang gak bayar ini...iiihh enak sekali.....

Tapi kalau ingat nasihat nabi jadi ngeri.

Daging yang tumbuh dari makanan haram, maka api neraka lebih utama membakarnya (al-hadits)

Roda kehidupan

Diposting oleh Unknown | 20.33 | | 0 komentar »
Hidup ini seperti roda pedati .


Ungkapan di atas cukup sederhana sesederhana kalimatnya, simpel dan sangat mudah dimengerti , sebuah ungkapan atau perumpamaan di buat untuk mendekatkan sebuah pengertian, memang tidak sama persis tapi paling tidak mewakili sebuah realita.

Namun benarkah rotasi kehidupan sesederhana itu ? sebuah roda berputar selalu stabil, adapun kehidupan ini selalu tidak stabil.

Bagian bawah dan atas roda selalu siap untuk berganti posisi, namun kita terkadang bahkan sebagian besar selalu tidak siap untuk berganti posisi.

Betapa banyak orang Miskin yang kaya mendadak tapi tidak siap pada posisinya yang baru, maka yang terjadi dia akan mudah kembali miskin karena tidak bisa mengatur keuangannya .

dan orang kaya atau mulia yang mendadak jatuh miskin atau terhina, lantas menjadi stres bahkan gila juga karena tidak siapa, pada posisinya yang baru, dalam hal ini nabi pernah bersabda

kasihanilah 3 macam manusia.. satu di antaranya “orang mulia atau terhormat yang jatuh hina.

kalau begitu yuk ! kita kembali mengambil pelajaran dari sebuah roda. Roda selalu stabil dalam berputar karena berpegangan pada porosnya dengan perantaraan jari-jari, tahukah apa arti poros dalam kehidupan kita ? keyakinan !.. yah !..itulah yang akan membuat hidup ini selalu stabil. bila yakin bahwa hidup ini sudah dalam seting Allah , maka hati kita selalu tenang dalam menjalani hidup ini, toh di atas atau di bawah yang kita alami hanyalah ujian, agar pedati kehidupan ini menjadi lebih maju, betapa banyak orang yang menjadi sukses setelah ia terjatuh, atau ada di bawah.

Lalu apakah jari-jari itu ? jari-jari itu adalah rasa syukur kita kepada Allah, dalam kondisi yang bagaimanapun, baik itu susah maupun senang bersyukurlah kepada Allah, karena Dialah yang Maha tahu yang terbaik buat kita, hidup ini hanyalah cobaan, sebagaimana yang Allah firmankan

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS 67;2)

Roda dapat berputar dengan baik bahkan stabil karena semua jari-jari jaraknya selalu sama antara roda dengan poros, begitulah seharusnya kita. Dalam kondisi yang bagaimanapun tetaplah bersyukur, karena semua yang terjadi dalam hidup ini selalu baik bagi orang yang beriman.

Mendapat musibah ia bersabar mendapat pahala,. Mendapat nikmat bersyukur ia juga mendapat pahala, dan yang harus kita ketahui semua keadaan ini adalah cobaan...

Adapun pengendali pedati, pengendali kehidupan ini Dialah Allah.. yang lebih tahu,. Kapan kita di atas, kapan kita di bawah.. dan kapan pedati kehidupan ini harus berakhir...

Malu kepada Allah.

Diposting oleh Unknown | 00.55 | | 0 komentar »
Sifat malu adalah fitrah manusia, bahkan menjadi ciri ke imanan seorang hamba, maka tempatkan rasa malu kita pada posisi yang sebenarnya.


Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS 16;18)

Saat baca terjemah ayat di atas rasanya malu,.malu sama Allah,.. bahkan malu tuk menadahkan tangan memohon sesuatu, betapa tidak..! begitu besar dan banyak nikmat-Nya, nyaris tanpa pernah kita memintanya Allah berikan secara Cuma-Cuma,. Andai saja berbayar,.. Hemmm mungkin sekarang gak bisa Online,.. habis semua pendapatan kita tuk bayar.. bahkan tidak mustahil kita nunggak dan menghutang seumur hidup.

Pantas dalam sejarah nabi Adam selama 40 tahun tak berani menengadahkan wajahnya ke langit,. Dia malu kepada Allah, bahkan dia tidak minta apa-apa selain pengampunan dari Allah,. Dengan tulus mengakui ke dzalimannya.

Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".(QS 7;23)


Bila kita mau merenung, kayanya yang pantas tuk kita pinta adalah kesabaran dan sikap tawaddhu,. . serta ampunan dan ridha-Nya, kok sedikit amat yah !.. yah !..gak usah banyak,..karenaaa..

ibadah kita jelas gak sebanding dengan nikmat-Nya,. Pernah gak kita menghitung waktu ?

dari nikmat tidur pada malam hari, berapa yang kita sisihkan untuk shalat malam ?

dari 7 hari dalam satu Minggu yang Dia beri pernahkah kita sisihkan 2 hari untuk shaum sunnah senin dan kamis ?

Dari jutaan rangkaian kata yang keluar dari lisan kita, adakah kalimat dizikir ?

Saat kita melakukan sesuatu pernahkah kita bertanya “Allah ridha gak yah ?

Dan masiihh.... banyak lagi.

Tapi ya Allah !.. kami manusia, kerja kami memang tak sebanding dengan permintaan kami , ibadah kami bagai setitik air di daun talas,. dan daun talas itu adalah perumpamaan dosa kami,. Pahala kami rasanya tak mungkin menutupi dosa kami,. Tak mungkin setitik air menutupi lebarnya daun talas,. Pahala dari ibadah kami hanya sebentar menempel pada permukaannya ,lalu berguling hilang tanpa bekas , hanya karena kemurahan-Mu ya Allah,. Kau jadikan berlipat ganda.

Satu Engkau jadikan sepuluh

Tiap satuannya dari yang sepuluh Engkau jadikan tujuh

Tiap satuannya dari yang tujuh Engkau jadikan seratus,. dan Engkau masih menambah lagi

Kepada siapa saja yang Engkau kehendaki

Kini kami semakin mengerti, ya Allah !.. mengapa saat kami ingin berbuat sesuatu, selalu di anjurkan menyebut nama-Mu

Bahkan nabimu pernah mengingatkan

Setiap perbuatan baik yang tidak di dahului dengan Bismillah ,maka terputus dari rachmat Allah.

Ternyata hikmahnya, agar kami selalu ingat bahwa Engkau selalu menyertai dan mengawasi kami setiap saat , maka tanpa pertolongan dan bantuan-Mu kami tak mampu berbuat apa-apa dan kami bukan apa-apa,. Bahkan Engkau tak pernah memihak dalam memberi , tapi kami yakin, rachmat-Mu hanya untuk orang yang kau pilih.
Pepatah mengatakan “seribu kawan masih sedikit, satu musuh terlalu banyak.


Bener sekali bunyi ungkapan di atas, sebab semakin banyak kawan semakin banyak tempat kita berbagi semakin mudah hidup kita sebab kawan bisa menjadi tempat berkeluh kesah di kala duka, dan membagi kesenangan saat bahagia.

Tapii.. ternyata mencari kawan yang benar-benar sejati itu teramat sulit, sebab yang namanya kawan sejati bukan hanya mau di ajak tertawa tapi juga mau di ajak menangis,. Karib sejati bukan hanya meng iya-iyakan dan setuju terhadap tindakan kita meski salah, dengan alasan karena setia kawan atau demi solidaritas, seperti kata anak sekolah yang tawuran gara-gara membela kawan padahal kawannya yang salah, tapi berani meluruskan kita saat kita salah, saat kita khilaf bahkan boleh jadi ia berani menampar karena tak mau kawannya karibnya terjerumus kepada perbuatan yang salah, itulah kawan sejati.

Beda dengan mencari musuh, mudaaahhh... sekali ,tinggal petantang petenteng saja sebentar sudah dapat musuh, bahkan boleh jadi bukan Cuma satu...

Lalu bagaimana Islam mengajari kita mencari kawan ? Rasulullah saw bersabda.

Dinul mar’e mu’allaqun ‘ala dini khalilihi (agama seseorang tergantung agama temannya al-hadits)

Kenapa yah !..kok yang mulia menyebut-nyebut agama dalam masalah berteman,.. ? ia lah !.. orang berteman karib kan,biasanya karena adanya kesamaan , baik kesamaan hobby sampai ada yang membentuk komunis seperti sesama penggemar burung, motor mengoleksi barang langka, pokoknya yang sehooby lah, kesamaan nasib seperti orang yang masuk rumah sakit di sana tak dikenal strata s0sial dan ekonomi yang ada senasib, sama-sama susah,. Kesamaan profesi lihat saja di tempat kerja.. dan kesamaan yang lain.

Nah !..karena berbagai kesamaan itu maka timbullah rasa saling membutuhkan rasa solidaritas, yang akhirnya menuntut rasa saling pengertian, masih mending kalau kawan kita satu aqidah kalau beda ? maka kemungkinan besar gara-gara alasan solidaritas kita menabrak rambu-rambu agama, dan keluar dari koridor yang seharusnya tidak boleh bagi seorang muslim.

Lalu bagaimana seharusnya kita mencari kawan ?

Dalam bahasa Arab kawan disebut “Ikhwan, maksudnya saudara,loh kok saudara!..nah di situlah letak kita mencari kawan, bukan tidak boleh berkawan dengan yang tidak seaqidah , namun lebih didahulukan yang seaqidah, seiman, karena kawan seiman , tentunya yang benar-benar beriman akan membantu kita , memotivasi kita untuk selalu berjalan pada jalur yang benar, dia berani menegur saat kita salah karena kawan sejati adalah yang mampu dan mau menyelamatkan kita dari perbuatan dzalim,. Dia tidak mau diam saja saat melihat kita berbuat salah hanya dengan alasan “gak enak ,karena kawan, tapi kawan sejati lebih gak enak kepada Allah.

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS 103;3)

wallau a’lam.

Adab makan 2

Diposting oleh Unknown | 16.02 | | 0 komentar »
sebelumnya sudah baca belum postingan yang pertama tentang adab makan, kalau belum klik disini
Yuk !...anjut lagi memahami ajaran Islam tentang adab makan


Kini kita pelajari adab sebelum makan

Pertama : pastikan makanan dan minuman yang kita konsumsi harus jelas kehalalannya, baik halal zatnya maupun cara mendapatkannya., hindari hal terkecil yang membuat makanan kita tidak halal seperti air dari PAM yang sengaja tidak kita bayar tagihannya, jangan menganggap enteng hal itu, kita mandi berwudhu mencuci tangan dari air yang kita dapat secara dzalim. Di sinilah kadang kita khilaf, kita merasa cukup kalau sudah waspada kepada makanan haram dalam hal zatnya, di samping itu juga baik untuk kesehatan kita, jangan sampai kita makan makanan yang tidak steril bahkan membawa najis, hindari juga makanan yang makruh apalagi mendekati haram seperti makanan dari daging hewan yang bertaring dan berkuku panjang, atau hewan pemangsa,. Karena konon katanya sifat hewan itu akan menurun kepada pemakannya, karena itulah Allah berfirman.

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (QS 2;172)

Ke dua : niatkan makan dan minum kita untuk menjaga kesehatan badan agar dapat beribadah kepada Allah, agar dengan itu kita di balas dengan balasan pahala. Ingat !. sehat itu mahal maka jaga makanan kita seperti yang Allah firmankan

maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (QS 80 ;24)

Rasulullah sangat menyenangi seorang Mukmin yang sehat lagi kuat, tentunya menjaga makanan baik porsi maupun jenisnya memberikan sumbangsih yang besar terhadap kesehatan kita, karena dengan sehat seorang hamba dapat maksimal dalam menjalankan kewajibannya, baik sebagai serang hamba maupun sebagai makhluk sosial.

Ke tiga : mencuci tangan, cucilah tangan kita karena tangan kita walaupun secara kasap mata nampak bersih tapi ternyata di situ menempel banyak kuman penyakit, karena tanganlah yang paling banyak aktivitasnya dalam hal menyentuh sesuatu benda,. Bahkan bukan hanya kuman boleh jadi pada tangan kita juga mengandung racun dari senyawa kimia yang secara tidak sadar menempel di tangan kita karena kita memegang sesuatu benda,..

Nah !.. mulai faham kan.. eeett... tapi ini masih ada kelanjutannya... tip ini merupakan taklim mingguan suamiku untuk para santri TPA dan TQA bahkan remaja dengan mengambil materi dari Kitab MINHAJUL MUSLIMIN yg di susun oleh Abu Bakar Jabir al-Jazair.







Bila ditanya kapan seorang anakmulah belajar al-Qur,an ? jawabnya mudah, sedini mungkin !!saat lidah sekecil mulai fasih mengucapkan sebuah huruf (kata). Tapi kalau di tanya kapan berhentinya ? jika sekolah mungkin ada jenjang kelasnya SD 1 s/d 6 SMP / SMA 1 s/d 3 baik ibtidaiyah, tsanawiyah maupun aliyah sampai perguruan tinggi juga ada batasnya,. Lalu kalau mengaji adakah batasnya ?


Batas mengaji bila yang diinginkan hanya bisa membaca berarti selesai setelah melalui jenjang Iqra 1 s/d tammat lalu masuk al-qur,an.

Batas mengaji bila yang di inginkan bisa fasih dalam makhraj maupun mad dan qashar maka tammat setelah belajar tajwid .

Batas mengaji bila yang di inginkan bisa menulis maka tammat setelah belajar Khot.

Batas mengaji bila yang di inginkan mampu menerjemah maka selesai setelah belajar nahwu dan shorrof dgn balaghahnya ,setidaknya e’nayah.

Namun bila yang di inginkan orang tua lebih dari itu , yakni sang anak mampu menerapkan apa yang dikajinya agar mempunyai nilai plus di mata masyarakat sebagaimana layaknya seorang santri maka tak dikenal batas akhir dalam mengaji, itulah sebabnya seorang ulama mengatakan.

Ana athlubul ‘elma minal mahdi ilal lahdi (aku menuntut ilmu dari buaian ibu sampai ke liang lahat)

Tapi anehnya, nilai lebih yang di tuntut seorang wali santri yang harus di dapat dari sang anak dari gurunya sangat bertolak belakang dari harapannya, tak ada motivasi, tak ada ancaman saat sang anak mulai bolos dan malas untuk mengaji, usaha maksimalnya tak lebih dari mengurut dada saat sang anak mulai melawan dan kalaupun mengancam hanya sebatas di lisan, atau boleh di bilang orang tua mengangkat bendera putih, alias menyerah kalah tanpa syarat terhadap kenakalan sang anak.

Kasih sayangnya di wujudkan dalam bentuk membiarkan anaknya larut dalam dunianya sendiri, dengan sebuah argumentasi “biarlah menikmati masa kanak-kanak dan remajanya , naudzu billah padahal mereka menikmati masa kanak-kanak dan remajanya tidak seperti orang tuanya dahulu , di mana lingkungan dan pergaulannya dan pada masa dahulu, masih sehat jauh dari pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh gencarnya arus informasi buruk,merusak dan menyesatkan.

Orang tua sudah merasa cukup, (walaupun tidak jelek),. Saat sang anak bersama teman sebayanya yang mulai beranjakmenjadi remaja dewasa, ikut yasinan setiap malam jum,at ,. Yasinan !.. yah hanya itu.. dari jum,at ke jum,at berikutnya, setelah selesai mereka semua pulang,. Tanpa bahasan, tanpa uraian, tanpa ada materi tarbiyah yang di bahas, tentunya tak perlu ada tanya jawab, apalagi ujian karena tak ada target dalam acara ritual tersebut yang harus di capai.. karena pengajian tak perlu ada kurikulum !“katanya,. Apa mungkin ucapan Sayyidina Ali salah

Al-haqku bila nidzam , yughlibul bathilu bin nidzam (kebaikan yang tak terorganisir, akan dikalahkan kebatilan yang terorganisir)

Saat waktu terus bergulir,. Rasa bosan mulai menghinggapi anggota majelis taklim , jenuh , bosan karena acaranya dari jum,at ke jum,at hanya itu dan itu ,Bahkan juga sang ustad dan ketua majelis Taklim tak luput dari virus bosan dan BT (kata remaja sekarang,)..ada apa ini,. Apakah sebagai bertanda kiamat semakin dekat ? dengan mulai bosannya orang mengaji ?

Jawabannya ada pada diri anda sendiri,. Sebagai orang tua, atau setidaknya calon orang tua.
Kenapa yah !.. setiap kali berdo’a Allah seakan tak mendengar atau tak mau mendengar doaku, begitulah keluhan seorang hamba saat doanya tak juga terkabul.


Lalu pertanyaannya, apa ada konsepnya yang sederhana untuk kita dapat menggapai keinginan kita ?
Coba deh sohib lihat !..susunan indah dalam terjemah surat al-Fatihah ,menurut suamiku di situ ada konsep, yakni kalau kita menginginkan sesuatu baik dari manusia ataupun kepada Allah ada di situ, maksudnya nih !., dalam basmalah yang maknanya ‘dengan atau atas nama Allah, merupakan pengakuan tulus kita akan keberadaan-Nya , lalu hamdallah merupakan pujian kita kepadanya sebagai penguasa tunggal seluruh alam, karena selain Allah semuanya adalah alam lalu kita memuji lagi sebagai Zat yang pengasih dan penyayang, lalu kita juga mengakui bahwa Dialah yang kelak akan membalas segala perbuatan kita pada hari kiamat sebagai penguasa hari Pembalasan, lalu selanjutnya kita mengakui kewajiban kita dan mengakui akan kelemahan kita , baru setelah itu kita merasa yakin untuk meminta-Nya, setelahnya kita memberondong Allah dengan berbagai permintaan yang tidak tanggung-tanggung, yakni minta keselamatan dunia dan akherat kita.



Gimana ? !.. ingin keinginan kita selalu di respons oleh Allah !..dekati Allah, bukan hanya keinginan kita yang Dia penuhi, namun hati kita akan menjadi tenang meski doa kita ditangguhkan ,. Sok !.. tapi jangan buruk sangka, Allah lebih tahu apa yang terbaik buat kita, namun yang pasti Allah tak pernah ingkar akan janjinya.

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina".(QS 40;60)

Agar hati merasa tenang

Diposting oleh Unknown | 16.55 | | 0 komentar »
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS 13;28)


Kenapa mesti hati ? yah!.. karena di hatilah tempat taqwa itu, begitulah sabda Rasulullah

Attaqwa ha huna artinya “taqwa itu disini (sambil Rasulullah mengisyaratkan ke dadanya) orang beriman , tidak perlu merasa risau dengan perkara yang membelit dirinya, ia hanya cukup berusaha secara maksimal lalu selanjutnya serahkan kepada Allah atau tawakkal karena memang hanya kepada Allah kita mengembalikan semua perkara.

Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan (QS 21;10)

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.(QS 65;2/3)
Taqwa !.nah di sinilah letak kunci permasalahannya, sejauh mana taqwa kita kepada Allah itulah yang menentukan, karena manakala kita jauh dari Allah maka jangan harap Ia dekat kepada kita, karena kedekatan Allah kepada kita tergantung taqarrub (kedekatan) kita dengannya.
Apakah kita punya perasaan malu ? kalau punya ,. Bagaimana pendapat para sohib bila meminta sesuatu pada orang yang tak pernah kita kenal ? malu kan !., yang pastinya begitulah seharusnya kita kepada Allah, kenali dulu Allah, dekati, turuti atau patuhi aturan yang berupa perintah dan larangannya dengan ke ikhlaskan hati, maka Allah akan merespons doa-doa kita.
Dalam ayat di atas ada kata “ingat,.. Hmmm ,...sebenarnya Allah sedang memberi tahu sama kita (menurut aku) bahwa salah satu sifat manusia adalah mudah melupakan sesuatu apalagi tak tampak di depan mata, padahal Dia amat besar pengaruhnya bahkan secara tidak sadar kita selalu tergantung kepada belas kasih-Nya,dan tentunya kalimat ingat jangan hanya di tafsirkan eling,.. kata orang jawa.. He he he aku juga wong jowo,...tapi ingat berarti memahami akan kewajiban kita selaku hamba-Nya yang telah kita abaikan...

Dengan demikian,.. maka kita tak perlu gelisah lagi dalam hidup, karena kita hanya melakoninya, ikhtiar secara maksimal, lalu selanjutnya kita tawakkal kepada Allah, dngan demikian maka seorang Mukmin tak usah merasa sedih dan putus asa.

(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS 2.112)

Wallahu a’lam bissawab.

Do'a untuk ibu hamil dan anaknya.

Diposting oleh Unknown | 21.20 | | 2 komentar »
Bismillahirrahmaanirrahiim



Allaahummahfazh waladii maa daama fii bathnii wasyfihi anta syafin laa syifaa'a illaa syifaa uka syifaa un laa yughaadiru saqama

Allaahumma shawwirhu fii bathnii shuuratan hasanatan wa tsabbit qalbaha iimaanan bika wa birasuulika

Allaahumma akhrijhu min bathnii waqta wilaadatii sahlan wa tasliiman

Allaahummaj'alhu shahiihan kaamilan wa 'aaqilan haadziqan 'aaliman 'aamilan

Allaahumma thawwil 'umrahu wa shahhih jasadahu wa hassin khuluquhu wa afshih lisaanahu wa ahsin shuuratahu liqiraa'atilhadiitsi wal qur'aani bibarakati muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallama

Walhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin







Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang





Ya Allah jagalah anakku selama ada di dalam kandunganku dan sembuhkanlah dia, sesungguhnya Engkau adalah dzat yang bisa menyembuhkan, tiada obat kecuali obatMu yang tidak akan membawa penyakit

Ya Allah bentuklah dia dalam kandunganku dengan bentuk yang bagus dan tetapkanlah iman hatinya padaMu dan utusanmu

Ya Allah keluarkanlah dia dari kandunganku pada waktu aku melahirkan dengan mudah dan selamat

Ya Allah jadikanlah dia orang yang sehat, sempurna, punya akal, cerdas, alim mau mengamalkan ilmunya.

Ya Allah berilah dia umur panjang, badan sehat dan budi pekerti yang baik, dan berilah lisan yang fasih serta berilah suara yang baik guna untuk membaca hadist dan Al qur'an dengan mendapat berkahnya nabi Muhammad SAW

Segala puji bagi Allah yang menguasai sekalian alam.





Makan dan Minum

Diposting oleh Unknown | 20.48 | | 0 komentar »

Coba siapa sih yang gak senang dengan kegiatan yang dua ini ? tiap hari tak pernah kita lalui tanpa kedua kegiatan ini kecuali kalau sedang puasa atau lagi sakit.


Lalu gimana yah Islam menyikapi ke dua hal tersebut !..

Islam sebagai Agama kamil (sempurna) universal mempunyai aturan yang jelas bahkan nyaris spesifik dalam segala hal pada kegiatan atau aktivitas hidup kita, tak terkecuali dalam masalah makan.

Seorang Muslim hendaklah mempunyai adab dan etika ketika makan, di antaranya dalam mendapatkan makanan yg akan menjadi darah daging & energi haruslah makanan yang halal juga baik sebagaimana firmanya.

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.(QS 2;168)

Halal cara mendapatkannya juga halal zatnya di samping itu tentunya juga baik, artinya bermanfaat untuk kesehatan kita dalam arti kata yang lain mengandung nilai gizi yang berguna untuk metabolisme tubuh kita. Adapun bila makanan yang kita makan haram, baik zatnya maupun cara mendapatkannya, maka kata Rasulullah

Daging yang tumbuh dari makanan haram,maka api neraka lebih berhak membakarnya (al-hadits)

Bukankah Adam AS. diusir dari syurga juga karena masalah makanan ?

Selanjutnya , seorang Muslim tidak menjadikan lezatnya makanan & minuman sebagai tujuan, tapi tujuan makan dan minum ialah sebagai cara untuk menjaga kesehatannya yang memungkinkannya bertahan hidup agar dapat beribadah kepada Allah. Oleh karena itulah Rasulullah bersabda dalam sebuah haditsnya

Kami adalah segolongan orang yang tidak makan sehingga kami lapar, dan bila kami makan , maka kami makan tidak sampai kenyang (al-hadits)

Beliau yang mulia membagi isi lambungnya menjadi tiga bagian, satu bagian untuk makanan, satu bagian untuk minum dan sisanya untuk bernafas.

Bila kita teliti secara logika, posisi lambung kita ada di atas limpa atau hati dan di atas lambung ada jantung yang di apit oleh sepasang paru-paru, dan paru-paru kita tidak berotot dia mengembang karena tarikan nafas, adapun lambung seperti karet, maka ia akan membesar sesuai volume makanan yang ada di dalamnya, kesimpulannya semakin banyak lambung di isi semakin besar dan secara otomatis akan mengganggu ruang gerak paru-paru kita, dan yang terjadi sesak nafas,.. subhanallah !!..benar kalau begitu tuntunan etika makan yang di ajarkan Rasulullah.

Giamana !,,,Masih mau menyiksa diri dengan terlalu banyak makan,.

Banyak makan akan membuat kita ngantuk lalu tidur,.. hmmmm.. tak ada karya yang di dapat dengan banyak tidur,. Padahal Allah menjadikan tidur sebagai istirahat,.

dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, (QS 78;9)

Itu berarti kita harus menjadikan tidur kita setelah ada sesuatu karya yang bisa dilihat setelah kita bangun,. Enak kan !..

maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.(QS 80;24)
Belajarlah Mencintai Jilbabmu




Duhai jilbab yang masih terlipat,

jadilah perisai dan tabir untuk diriku,

Mengukir simbol kehormatan dan kesucianku,

Menjelmalah laksana rumah berjalan untukku,

Dan kusematkan setangkai cinta untukmu…



Saudariku, jadikanlah jilbab seperti bagian dari dirimu, yang jika tanpanya, engkau merasa tidak sempurna. Jadikanlah dia penutup auratmu yang lebih baik dari sekedar pakaianmu. Jadikanlah dia sebagai lambang rasa malumu yang akan memancarkan wibawamu. Jadikanlah dia sebagai simbol kehormatan dan kesucianmu yang harus engkau jaga sebaik-baiknya. Maka dengan begitu, engkau akan mencintainya tanpa engkau sadari bahwa engkau telah mencintainya.



Yang Cantik yang Berjilbab



Tak ada ajaran yang lebih memuliakan wanita daripada Islam. Dalam Islam, wanita ditempatkan sebagai makhluk yang sangat mulia. Dan Islam sangat menjaga kehormatan juga kesucian seorang wanita. Namun, di belantara fitnah saat ini, wanita yang berkomitmen untuk menjaga kesucian dirinya karena masih menjadi kaum minoritas, seringkali mendapat cemoohan, sindiran, dan cibiran dari kaum mayoritas yang awam. Bahkan, ada yang menyebut dirinya sebagai kaum feminis yang –dengan tidak disadari oleh akal sehatnya– telah menjerumuskan kaum wanita kepada lembah kehinaan yang bersampul keadilan. Wal’iyyadzubillah.



Mereka berteriak-teriak di jalanan, di media-media massa dan elektronik mengenai kesetaraan gender, keadilan terhadap hak asasi manusia, dan harkat serta martabat kaum wanita. Mereka menginginkan para wanita mereka berpakaian seronok supaya diterima oleh masyarakat –yang rusak akalnya–, mereka mencoba mengafiliasi budaya barat dengan budaya timur agar mereka dinobatkan sebagai wanita modern, wanita masa kini, wanita fashionable. Ketahuilah olehmu wahai saudariku, mereka inilah setan berwujud manusia yang pernah disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya, artinya,



“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia…” (Qs. Al-An’aam: 112)



Allah Ta’ala memaksudkan perkataan yang indah dalam ayat di atas adalah perkataan yang sebenarnya bathil, tetapi pemiliknya menghiasi perkataan tersebut semampunya, kemudian melontarkannya kepada pendengaran orang-orang yang tertipu, sehingga akhirnya mereka terpedaya. (Terj. Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ hal. 225)



Wanita shalihah yang kecantikannya ibarat mutiara yang terbenam dalam lumpur, masih menjadi kaum minor di kalangan masyarakat yang sudah mulai terpengaruh dengan eksistensi kaum liberal, permisif dan hedonis masa kini. Merekalah para wanita perindu Surga yang selalu nyaman tinggal di istananya. Merekalah para bidadari yang bersembunyi di balik tabir, kain longgar, dan lebarnya kerudung. Ketika orang mendatanginya, ia begitu khawatir jika keindahannya terlihat, dan dia tidak mungkin menjumpai tamunya dalam busana ala kadarnya yang bisa menampakkan ’simpanan berharga’nya. Mereka masih dan akan selalu menjadi misteri bagi para lelaki asing di luar sana. Tetapi mereka berubah bagai bidadari jika bertemu dengan kekasih hati yang telah menjadi suaminya.



Tahukah engkau siapa kekasih hati sang bidadari..?

Hanyalah lelaki shalih yang berani mendamba dirinya dan hanya lelaki shalih yang memiliki nyali mempersuntingnya sekaligus meminangnya menjadi belahan hati. Sedangkan lelaki hidung belang, miskin agama, dan kurang bermoral hanya akan mendekati ‘daging-daging’ yang dijual bebas di pasaran. Para wanita yang menjajakan dirinya di pinggir-pinggir jalan, di mal-mal, di tempat-tempat dugem, dan yang sejenisnya. Sekalipun mereka tidak merasa atau tidak berniat ‘menjual diri’ mereka, akan tetapi pada hakikatnya –jika mereka mau menyadari–, merekalah ‘mangsa’ empuk para serigala manusia yang kelaparan. Maka saudariku, manakah yang lebih engkau sukai, si cantik yang diobral murah? Ataukah si shalihah yang penuh rahasia?



Fenomena Jilbab Gaul, Berpakaian Tapi Telanjang



Belakangan ini, merebak trend jilbab gaul atau kudung gaul. Anggotanya mulai dari anak-anak remaja hingga ibu-ibu yang aktif dalam berbagai kegiatan pengajian. Kalau mereka ditanya, “Jilbab apa ini namanya?” Mereka akan menjawab dengan dengan pede-nya, “Jilbab gaul..!”



Jilbab gaul ini digandrungi karena alasan modisnya. Peminatnya adalah para wanita yang sudah terlanjur berjilbab tapi tetap ingin tampil modis dan trendi. Mereka ingin celana jeans, kaos-kaos ketat dan pakaian-pakaian minim mereka masih bisa terpakai, meskipun mereka sudah berjilbab. Walhasil, para desainer kawakan yang minim akan ilmu agama, mencoba mengotak-atik ketentuan jilbab syar’i dan mewarnainya sesuka hati dengan berkiblat kepada trend mode di wilayah barat. Mereka tidak segan-segan membawakan semboyan, “Jilbab modis dan syar’i” atau “Jilbab muslimah masa kini, modis dan trendi” atau semboyan-semboyan lain yang membuat kacau pikiran dan hati para gadis remaja.



Sekarang, mari kita simak peringatan yang pernah disampaikan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya,

“Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu (1, -ed) suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia; (2,-ed) wanita-wanita yang berpakaian (namun) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak-lenggok menggoyang-goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak ta’at), kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian.” (Hadits shahih. Riwayat Muslim (no. 2128) dan Ahmad (no. 8673). dari jalan Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)



Siapakah itu wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang?

Mereka adalah para wanita yang pakaiannya tipis, transparan dan ketat, sehingga kemolekan tubuhnya terlihat. Mereka berpakaian secara zhahir (nyata), namun sebenarnya mereka bertelanjang. Karena tidak ada bedanya ketika mereka berpakaian maupun ketika mereka tidak berpakaian, sebab pakaian yang mereka kenakan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, yakni menutupi aurat. Dan mereka adalah wanita-wanita yang menyimpang dari keta’atan kepada Allah dalam hal menjaga kemaluan serta menutupi diri mereka dari para lelaki yang bukan mahramnya. (Terj. Al-Jannatu Na’iimuhaa wat Thariiqu Ilaiha Jahannamu Ahwaaluhaa wa Ahluhaa hal. 101-103)



Nah saudariku…

Tentu engkau tidak ingin menjadi salah satu wanita yang disebutkan dalam hadits di atas bukan? Tentu engkau ingin menjadi wanita penghuni Surga yang jumlahnya hanya sedikit itu bukan? Jadi jangan sampai kehabisan tempat. Persiapkanlah tempatmu di Surga nanti mulai dari sekarang!



Akhirnya…



Apabila Allah telah mengadakan suatu ketentuan, maka sudah pasti dalam ketentuan itu terkandung kebaikan yang amat besar. Maka dengan meragukan ketentuan dan perintah-Nya, engkau telah melewatkan banyak kebaikan yang seharusnya engkau dapatkan. Coba engkau simak firman Allah yang berbunyi,



“Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menerapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (Qs. Al-Ahzab: 36)



Saudariku…

Alasan apapun yang masih tersimpan dihatimu untuk tidak melaksanakan perintah berjilbab ini, janganlah engkau dengarkan dan engkau turuti. Semua itu hanyalah was-was setan yang dihembuskannya ke dalam hati-hati manusia, termasuk ke dalam hatimu. Bersegeralah menuju jalan ketakwaan, karena dengan begitu engkau akan melihat sosok lain yang jauh lebih baik dari dirimu pada hari ini. Engkau akan dengan segera mendapati rentetan kasih sayang Allah yang tidak pernah engkau sangka-sangka sebelumnya. Jadi, apa lagi yang kau tunggu? Bentangkanlah jilbabmu dan tutupilah cantikmu. Belajarlah menghargai dirimu sendiri dengan menjaga jilbabmu, maka dengan begitu orang lain pun akan ikut menghargai dirimu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, yang artinya,



“Barang siapa di antara kalian mampu membuat perlindungan diri dari api Neraka meskipun hanya dengan sebiji kurma, maka lakukanlah.” (Hadits shahih. Lihat Shahih Al-Jaami’ (no. 6017). Dari jalan ‘Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu)



Demikianlah saudariku…

Ku susun risalah ini sebagai bentuk kasih sayang terhadapmu sembari terus berdo’a semoga Allah membuka hatimu untuk menerima ‘kado istimewa’ ini dengan ikhlas. Bukan karena apa maupun karena siapa, tapi karena semata-mata engkau mengharapkan keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla terhadap dirimu. Semoga risalah yang hanya mengharap Wajah Allah ini dapat mengetuk pintu yang tertutup dan membangunkan nurani yang lama tertidur lelap, sehingga membangkitkan semangat untuk bersegera menuju ketaatan kepada Allah. Semoga Allah memasukkan dirimu, diriku, dan seluruh kaum muslimin yang berpegang teguh dalam tali agama Allah ke dalam golongan orang-orang yang ditunjuki jalan yang lurus.

Wallahul musta’an.



Penulis: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly bintu Muhammad

Murojaah: Ust. Aris Munandar hafidzahullah



Saudariku…


Seorang mukmin dengan mukmin lain ibarat cermin. Bukan cermin yang memantulkan bayangan fisik, melainkan cermin yang menjadi refleksi akhlak dan tingkah laku. Kita dapat mengetahui dan melihat kekurangan kita dari saudara seagama kita. Cerminan baik dari saudara kita tentulah baik pula untuk kita ikuti. Sedangkan cerminan buruk dari saudara kita lebih pantas untuk kita tinggalkan dan jadikan pembelajaran untuk saling memperbaiki.





Saudariku…

Tentu engkau sudah mengetahui bahwa Islam mengajarkan kita untuk saling mencintai. Dan salah satu bukti cinta Islam kepada kita –kaum wanita– adalah perintah untuk berjilbab. Namun, kulihat engkau masih belum mengambil “kado istimewa” itu. Kudengar masih banyak alasan yang menginap di rongga-rongga pikiran dan hatimu setiap kali kutanya, “Kenapa jilbabmu masih belum kau pakai?” Padahal sudah banyak waktu kau luangkan untuk mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perintah jilbab. Sudah sekian judul buku engkau baca untuk memantapkan hatimu agar segera berjilbab. Juga ribuan surat cinta dari saudarimu yang menginginkan agar jilbabmu itu segera kau kenakan. Lalu kenapa, jilbabmu masih terlipat rapi di dalam lemari dan bukan terjulur untuk menutupi dirimu?



Mengapa Harus Berjilbab?



Mungkin aku harus kembali mengingatkanmu tentang alasan penting kenapa Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan perintah jilbab kepada kita –kaum Hawa- dan bukan kepada kaum Adam. Saudariku, jilbab adalah pakaian yang berfungsi untuk menutupi perhiasan dan keindahan dirimu, agar dia tidak dinikmati oleh sembarang orang. Ingatkah engkau ketika engkau membeli pakaian di pertokoan, mula-mula engkau melihatnya, memegangnya, mencobanya, lalu ketika kau jatuh cinta kepadanya, engkau akan meminta kepada pemilik toko untuk memberikanmu pakaian serupa yang masih baru dalam segel. Kenapa demikian? Karena engkau ingin mengenakan pakaian yang baru, bersih dan belum tersentuh oleh tangan-tangan orang lain. Jika demikian sikapmu pada pakaian yang hendak engkau beli, maka bagaimana sikapmu pada dirimu sendiri? Tentu engkau akan lebih memantapkan ’segel’nya, agar dia tetap ber’nilai jual’ tinggi, bukankah demikian? Saudariku, izinkan aku sedikit mengingatkanmu pada firman Rabb kita ‘Azza wa Jalla berikut ini,



“Katakanlah kepada wanita-wanita beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.’” (Qs. An-Nuur: 31)



Dan firman-Nya,

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzaab: 59)



Saudariku tercinta, Allah tidak semata-mata menurunkan perintah jilbab kepada kita tanpa ada hikmah dibalik semuanya. Allah telah mensyari’atkan jilbab atas kaum wanita, karena Allah Yang Maha Mengetahui menginginkan supaya kaum wanita mendapatkan kemuliaan dan kesucian di segala aspek kehidupan, baik dia adalah seorang anak, seorang ibu, seorang saudari, seorang bibi, atau pun sebagai seorang individu yang menjadi bagian dari masyarakat. Allah menjadikan jilbab sebagai perangkat untuk melindungi kita dari berbagai “virus” ganas yang merajalela di luar sana. Sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Abul Qasim Muhammad bin ‘Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya,



“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya.” (Hadits shahih. Riwayat Tirmidzi (no. 1173), Ibnu Khuzaimah (III/95) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir (no. 10115), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma)



Saudariku, berjilbab bukan hanya sebuah identitas bagimu untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang muslimah. Tetapi jilbab adalah suatu bentuk ketaatanmu kepada Allah Ta’ala, selain shalat, puasa, dan ibadah lain yang telah engkau kerjakan. Jilbab juga merupakan konsekuensi nyata dari seorang wanita yang menyatakan bahwa dia telah beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, jilbab juga merupakan lambang kehormatan, kesucian, rasa malu, dan kecemburuan. Dan semua itu Allah jadikan baik untukmu. Tidakkah hatimu terketuk dengan kasih sayang Rabb kita yang tiada duanya ini?



“Aku Belum Berjilbab, Karena…”



1. “Hatiku masih belum mantap untuk berjilbab. Jika hatiku sudah mantap, aku akan segera berjilbab. Lagipula aku masih melaksanakan shalat, puasa dan semua perintah wajib kok..”



Wahai saudariku… Sadarkah engkau, siapa yang memerintahmu untuk mengenakan jilbab? Dia-lah Allah, Rabb-mu, Rabb seluruh manusia, Rabb alam semesta. Engkau telah melakukan berbagai perintah Allah yang berpangkal dari iman dan ketaatan, tetapi mengapa engkau beriman kepada sebagian ketetapan-Nya dan ingkar terhadap sebagian yang lain, padahal engkau mengetahui bahwa sumber dari semua perintah itu adalah satu, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala?



Seperti shalat dan amalan lain yang senantiasa engkau kerjakan, maka berjilbab pun adalah satu amalan yang seharusnya juga engkau perhatikan. Allah Ta’ala telah menurunkan perintah hijab kepada setiap wanita mukminah. Maka itu berarti bahwa hanya wanita-wanita yang memiliki iman yang ridha mengerjakan perintah ini. Adakah engkau tidak termasuk ke dalam golongan wanita mukminah?



Ingatlah saudariku, bahwa sesungguhnya keadaanmu yang tidak berjilbab namun masih mengerjakan amalan-amalan lain, adalah seperti orang yang membawa satu kendi penuh dengan kebaikan akan tetapi kendi itu berlubang, karena engkau tidak berjilbab. Janganlah engkau sia-siakan amal shalihmu disebabkan orang-orang yang dengan bebas di setiap tempat memandangi dirimu yang tidak mengenakan jilbab. Silakan engkau bandingkan jumlah lelaki yang bukan mahram yang melihatmu tanpa jilbab setiap hari dengan jumlah pahala yang engkau peroleh, adakah sama banyaknya?



2. “Iman kan letaknya di hati. Dan yang tahu hati seseorang hanya aku dan Allah.”



Duhai saudariku…Tahukah engkau bahwa sahnya iman seseorang itu terwujud dengan tiga hal, yakni meyakini sepenuhnya dengan hati, menyebutnya dengan lisan, dan melakukannya dengan perbuatan?



Seseorang yang beramal hanya sebatas perbuatan dan lisan, tanpa disertai dengan keyakinan penuh dalam hatinya, maka dia termasuk ke dalam golongan orang munafik. Sementara seseorang yang beriman hanya dengan hatinya, tanpa direalisasikan dengan amal perbuatan yang nyata, maka dia termasuk kepada golongan orang fasik. Keduanya bukanlah bagian dari golongan orang mukmin. Karena seorang mukmin tidak hanya meyakini dengan hati, tetapi dia juga merealisasikan apa yang diyakininya melalui lisan dan amal perbuatan. Dan jika engkau telah mengimani perintah jilbab dengan hatimu dan engkau juga telah mengakuinya dengan lisanmu, maka sempurnakanlah keyakinanmu itu dengan bersegera mengamalkan perintah jilbab.



3. “Aku kan masih muda…”



Saudariku tercinta… Engkau berkata bahwa usiamu masih belia sehingga menahanmu dari mengenakan jilbab, dapatkah engkau menjamin bahwa esok masih untuk dirimu? Apakah engkau telah mengetahui jatah hidupmu di dunia, sehingga engkau berkata bahwa engkau masih muda dan masih memiliki waktu yang panjang? Belumkah engkau baca firman Allah ‘Azza wa Jalla yang artinya,



“Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, jika kamu sesungguhnya mengetahui.” (Qs. Al-Mu’minuun: 114)



“Pada hari mereka melihat adzab yang diancam kepada mereka, (mereka merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) waktu pelajaran yang cukup.” (Qs. Al-Ahqaaf: 35)



Tidakkah engkau perhatikan tetanggamu atau teman karibmu yang seusia denganmu atau di bawah usiamu telah menemui Malaikat Maut karena perintah Allah ‘Azza wa Jalla? Tidakkah juga engkau perhatikan si fulanah yang kemarin masih baik-baik saja, tiba-tiba menemui ajalnya dan menjadi mayat hari ini? Tidakkah semua itu menjadi peringatan bagimu, bahwa kematian tidak hanya mengetuk pintu orang yang sekarat atau pun orang yang lanjut usia? Dan Malaikat Maut tidak akan memberimu penangguhan waktu barang sedetik pun, ketika ajalmu sudah sampai. Setiap hari berlalu sementara akhiratmu bertambah dekat dan dunia bertambah jauh. Bekal apa yang telah engkau siapkan untuk hidup sesudah mati? Ketahuilah saudariku, kematian itu datangnya lebih cepat dari detak jantungmu yang berikutnya. Jadi cepatlah, jangan sampai terlambat…



4. “Jilbab bikin rambutku jadi rontok…”



Sepertinya engkau belum mengetahui fakta terbaru mengenai ‘canggih’nya jilbab. Dr. Muhammad Nidaa berkata dalam Al-Hijaab wa Ta’tsiruuha ‘Ala Shihhah wa Salamatus Sya’ri tentang pengaruh jilbab terhadap kesehatan dan keselamatan rambut,



“Jilbab dapat melindungi rambut. Penelitian dan percobaan telah membuktikan bahwa perubahan cuaca dan cahaya matahari langsung akan menyebabkan hilangnya kecantikan rambut dan pudarnya warna rambut. Sehingga rambut menjadi kasar dan berwarna kusam. Sebagaimana juga udara luar (oksigen) dan hawa tidaklah berperan dalam pertumbuhan rambut. Karena bagian rambut yang terlihat di atas kepala yang dikenal dengan sebutan batang rambut tidak lain adalah sel-sel kornea (yang tidak memiliki kehidupan). Ia akan terus memanjang berbagi sama rata dengan rambut yang ada di dalam kulit. Bagian yang aktif inilah yang menyebabkan rambut bertambah panjang dengan ukuran sekian millimeter setiap hari. Ia mendapatkan suplai makanan dari sel-sel darah dalam kulit.



Dari sana dapat kita katakan bahwa kesehatan rambut bergantung pada kesehatan tubuh secara umum. Bahwa apa saja yang mempengaruhi kesehatan tubuh, berupa sakit atau kekurangan gizi akan menyebabkan lemahnya rambut. Dan dalam kondisi mengenakan jilbab, rambut harus dicuci dengan sabun atau shampo dua atau tiga kali dalam sepekan, menurut kadar lemak pada kulit kepala. Maksudnya apabila kulit kepala berminyak, maka hendaklah mencuci rambut tiga kali dalam sepekan. Jika tidak maka cukup mencucinya dua kali dalam sepekan. Jangan sampai kurang dari kadar ini dalam kondisi apapun. Karena sesudah tiga hari, minyak pada kulit kepala akan berubah menjadi asam dan hal itu akan menyebabkan patahnya batang rambut, dan rambut pun akan rontok.” (Terj. Banaatunaa wal Hijab hal. 66-67)



5. “Kalau aku pakai jilbab, nanti tidak ada laki-laki yang mau menikah denganku. Jadi, aku pakai jilbabnya nanti saja, sesudah menikah.”



Wahai saudariku… Tahukah engkau siapakah lelaki yang datang meminangmu itu, sementara engkau masih belum berjilbab? Dia adalah lelaki dayyuts, yang tidak memiliki perasaan cemburu melihatmu mengobral aurat sembarangan. Bagaimana engkau bisa berpendapat bahwa setelah menikah nanti, suamimu itu akan ridha membiarkanmu mengulur jilbab dan menutup aurat, sementara sebelum pernikahan itu terjadi dia masih santai saja mendapati dirimu tampil dengan pakaian ala kadarnya? Jika benar dia mencintai dirimu, maka seharusnya dia memiliki perasaan cemburu ketika melihat auratmu terbuka barang sejengkal saja. Dia akan menjaga dirimu dari pandangan liar lelaki hidung belang yang berkeliaran di luar sana. Dia akan lebih memilih dirimu yang berjilbab daripada dirimu yang tanpa jilbab. Inilah yang dinamakan pembuktian cinta yang hakiki!



Maka, jika datang seorang lelaki yang meminangmu dan ridha atas keadaanmu yang masih belum berjilbab, waspadalah. Jangan-jangan dia adalah lelaki dayyuts yang menjadi calon penghuni Neraka. Sekarang pikirkanlah olehmu saudariku, kemanakah bahtera rumah tanggamu akan bermuara apabila nahkodanya adalah calon penghuni Neraka?



6. “Pakai jilbab itu ribet dan mengganggu pekerjaan. Bisa-bisa nanti aku dipecat dari pekerjaan.”



Saudariku… Islam tidak pernah membatasi ruang gerak seseorang selama hal tersebut tidak mengandung kemaksiatan kepada Allah. Akan tetapi, Islam membatasi segala hal yang dapat membahayakan seorang wanita dalam melakukan aktivitasnya baik dari sisi dunia maupun dari sisi akhiratnya. Jilbab yang menjadi salah satu syari’at Islam adalah sebuah penghargaan sekaligus perlindungan bagi kaum wanita, terutama jika dia hendak melakukan aktivitas di luar rumahnya. Maka dengan perginya engkau untuk bekerja di luar rumah tanpa jilbab justru akan mendatangkan petaka yang seharusnya dapat engkau hindari. Alih-alih mempertahankan pekerjaan, engkau malah menggadaikan kehormatan dan harga dirimu demi setumpuk materi.



Tahukah engkau saudariku, siapa yang memberimu rizki? Bukankah Allah -Rabb yang berada di atas ‘Arsy-Nya- yang memerintahkan para malaikat untuk membagikan rizki kepada setiap hamba tanpa ada yang dikurangi barang sedikitpun? Mengapa engkau lebih mengkhawatirkan atasanmu yang juga rizkinya bergantung kepada kemurahan Allah?



Apakah jika engkau lebih memilih untuk tetap tidak berjilbab, maka atasanmu itu akan menjamin dirimu menjadi calon penghuni Surga? Ataukah Allah ‘Azza wa Jalla yang telah menurunkan perintah ini kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan mengadzabmu akibat kedurhakaanmu itu? Pikirkanlah saudariku… Pikirkanlah hal ini baik-baik!



7. “Jilbab itu bikin gerah, dan aku tidak kuat kepanasan.”



Saudariku… Panas mentari yang engkau rasakan di dalam dunia ini tidak sebanding dengan panasnya Neraka yang akan kau terima kelak, jika engkau masih belum mau untuk berjilbab. Sungguh, dia tidak sebanding. Apakah engkau belum mendengar firman Allah yang berbunyi,



“Katakanlah: ‘(Api) Neraka Jahannam itu lebih sangat panas. Jika mereka mengetahui.’” (Qs. At-Taubah: 81)



Dan sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya,



“Sesungguhnya api Neraka Jahannam itu dilebihkan panasnya (dari panas api di bumi sebesar) enam puluh sembilan kali lipat (bagian).” [Hadits shahih. Riwayat Muslim (no. 2843) dan Ahmad (no. 8132). Lihat juga Shahih Al-Jaami' (no. 6742), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu]



Manakah yang lebih sanggup engkau bersabar darinya, panasnya matahari di bumi ataukah panasnya Neraka di akhirat nanti? Tentu engkau bisa menimbangnya sendiri…



8. “Jilbab itu pilihan. Siapa yang mau pakai jilbab silakan, yang belum mau juga gak apa-apa. Yang penting akhlaknya saja benar.”



Duhai saudariku… Sepertinya engkau belum tahu apa yang dimaksud dengan akhlak mulia itu. Engkau menafikan jilbab dari cakupan akhlak mulia, padahal sudah jelas bahwa jilbab adalah salah satu bentuk perwujudan akhlak mulia. Jika tidak, maka Allah tidak akan memerintahkan kita untuk berjilbab, karena dia tidak termasuk ke dalam akhlak mulia.



Pikirkanlah olehmu baik-baik, adakah Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berakhlak buruk? Atau adakah Allah mengadakan suatu ketentuan yang tidak termasuk dalam kebaikan dan mengandung manfaat yang sangat besar? Jika engkau menjawab tidak ada, maka dengan demikian engkau telah membantah pendapatmu sendiri dan engkau telah setuju bahwa jilbab termasuk ke dalam sekian banyak akhlak mulia yang harus kita koleksi satu persatu. Bukankah demikian?



Ketahuilah olehmu, keputusanmu untuk tidak mengenakan jilbab akan membuat Rabb-mu menjadi cemburu, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya,



“Sesungguhnya Allah itu cemburu dan seorang Mukmin juga cemburu. Adapun cemburunya Allah disebabkan oleh seorang hamba yang mengerjakan perkara yang diharamkan oleh-Nya.” [Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 4925) dan Muslim (no. 2761)]



9. “Sepertinya Allah belum memberiku hidayah untuk segera berjilbab.”



Saudariku… Hidayah Allah tidak akan datang begitu saja, tanpa engkau melakukan apa-apa. Engkau harus menjalankan sunnatullah, yakni dengan mencari sebab-sebab datangnya hidayah tersebut.



Ketahuilah bahwa hidayah itu terbagi menjadi dua, yaitu hidayatul bayan dan hidayatut taufiq. Hidayatul bayan adalah bimbingan atau petunjuk kepada kebenaran, dan di dalamnya terdapat campur tangan manusia. Adapun hidayatut taufiq adalah sepenuhnya hak Allah. Dia merupakan peneguhan, penjagaan, dan pertolongan yang diberikan Allah kepada hati seseorang agar tetap dalam kebenaran. Dan hidayah ini akan datang setelah hidayatul bayan dilakukan.



Janganlah engkau jual kebahagiaanmu yang abadi dalam Surga kelak dengan dunia yang fana ini. Buanglah jauh-jauh perasaan was-wasmu itu. Tempuhlah usaha itu dengan berjilbab, sementara hatimu terus berdo’a kepada-Nya, “Allahummahdini wa saddidni. Allahumma tsabit qolbi ‘ala dinik (Yaa Allah, berilah aku petunjuk dan luruskanlah diriku. Yaa Allah, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu).”



-Bersambung Insya Allah-



Penulis: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly bintu Muhammad

Murojaah: Ust. Aris Munandar hafidzahullah