Rasulullah
berlari bersama Zaid bin Hâritsah menghindari hujan lemparan batu dari penduduk Thaif
yang menolak dakwahnya , darah segar mengucur dari tumit Rasul yang mulia sampai
membasahi sandalnya , sehingga beliau tiba dan berlindung di balik tembok milik
‘Utbah dan Syaibah, dua orang putra Rabi’ah, yang terletak tiga mil dari kota
Thâ’if.
Ketika
itulah rasulullah mengadu dengan doa yang panjang kepada Allah , agar penduduk
Thaif kelak dijadikan diantara barisan orang orang beriman,
Maka
Allah mengutus jibril , dan menawarkaan akan menghukum penduduk thaif dengan
melemparkan gunung di atas mereka.
rasulullah
menolak dan tetap mengharap keislaman penduduk Thaif , bila bukan mereka semoga
keturunanya kelak . sehingga doa rasulullah kelak memang terkabul.
Dari
sekelumit kisah ini kita dapat mengambil
ibrah , betapa dakwah itu tidak instan .
Betapa
lembut dan piawainya rasul dalam berdakwah sebagai insan pilihan dan didikan
wahyu, namun apa yang beliau sampaikan tidak mudah diterima begitu saja .
Ada dua
pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini .
Pertama
: tentu dakwah disampaikan adalah dakwatul haq , dimana yang disampaikan adalah
sesuatu yang jelas sumbernya , sehingga mantap dalam menyampaikannya, karena
itu berilmulah , kuasai materi dakwah yang akan kita sampaikan sebaik mungkin ,
siapkan argumen yang kuat sebagai hujjah ketika ada yang melecehkannya.
Kedua
: sampaikan dengan sabar , sabar adalah strategi dalam berdakwah , rentang
waktu nabi sebelumnya dengan masa nabi Muhammad begitu lama , sehingga kemurnian
agama Allah banyak dinodai oleh tradisi jahiliyah , banyak hal hal yang
ditambahkan dalam agama ini, bagi yang tidak faham akan menganggap hal
tersebuat adalah bagian dari ajaran Islam , persis seperti benalu pada sebuah
pohon , yang tidak mengerti akan menganggap itu bagian dari pohon , dimana
lambat laun pohon itu akan mati, begitulah agama ini.
Terakhir
, kekeliruan kita dalam berdakwah , ialah menganggap orang lain sama dengan
kita , padahal latar belakang , budaya , lingkungan, keluarga teman dan
pendidikan sangat berpengaruh terhadap respon objek dakwah.. boleh jadi tumbuh
simpati atau malah antipati.
Karena
itulah hindari meneguran dari sebuah kesalahan kecil apalagi memang tidak difahami oleh
objek dakwah , ubah menjadi pendekatan , agar mereka merasa nyaman menerima
kebenaran.