pos giv

Fitrahkah kita ?

Diposting oleh Unknown | 00.38 | | 0 komentar »

Kadang terlintas dalam pikiran kita, benarkah kita makhluk yang sempurna di banding makhluk Allah yang lain sebagaimana firmanNya.

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .(QS 95;4)

Bahkan kita makhluk yang paling di muliakan.

Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS 17;70)

Tapi kenapa kita yang berguru dan meminta langsung kepada Allah sebagi sang Maha pencipta tidak juga kunjung berhasil dalam meraih keinginan, bahkan sampai akhirnya terucap sebuah kata “sabar, mungkin sudah takdir, atau belum saatnya. Sebuah ungkapan yang mungkin bukan wujud dari sikap nrimo, tapi hanyalah sekedar menghibur diri lantaran keinginan yang tak dapat di raih. Tapi Mengapa teori yang dibuat oleh manusia sebagi trik untuk meraih sesuatu banyak yang berhasil dan bahkan sukses menuai laba..

Sebagai orang beriman kita harus yakin bahwa Allah tidak akan pernah ingkar janji..

Iman !.. yah ternyata dengan iman itulah apa yang kita keluhkan dapat terungkap dan terjawab , betulkah kita sudah merasa sempurna atau mengoptimalkan kesempurnaan yang kita miliki, sebagai anugerah Allah kepada kita, 

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(QS 16;78)

Dan dalam banyak ayat kita sering menemui ayat yang berbunyi

افلا تعقلون

Kenapa kamu tidak berfikir ?

Sarana itulah yang belum kita manfaatkan secara maksimal, saya sering mendengar suamiku sering dinasihati oleh ustadznya, bahwa “rupiah itu di sini (sambil jarinya menunjuk k kepala) saya menangkap , artinya bila kita kreatif, sabar dan ikhtiar secara maksimal dan tak kunjung menyerah maka keberhasilan bukanlah hal yang mustahil, ingat ungkapan dalam bahasa Arab dibawah ini.

من جد وجد

 Siapa yang bersungguh-sungguh dia akan berhasil

Fitrah !..itulah yang terkadang kita lupakan, fitrah bukan mekanisme atau proses tapi fitrah adalah tujuan, agar kita menjadi manusia yang terbaik, setidaknya fitrah adalah identitas kita yang azali, dan kita wajib mempertahankannya.

Maka pertanyaannya sudah fitrahkah kita ?  tak perlu di jawab, karena bila banyak hal yang menjadi keinginan kita tak satu pun dapat kita raih,padahal secara logika kita mampu, maka kita harus kembali merenungkan berusaha untuk menggapai fitrah kita kembali,. Yakni sebagai makhluk yang ‘AHSANI TAQWIN

Jangan remehkan Nikmat Allah

Diposting oleh Unknown | 02.29 | | 0 komentar »

Dari Abu HUrairah RA berkata “bersabda Rasulullah SAW. Pandanglah orang yang lebih rendah dari kalian dan jangan kamu pandang orang yang lebih tinggi dari kalian, hal itu lebih menyelamatkan agar kamu tidak memandang remeh nikmat Allah (HR Bukhari Muslim) Subulussalam (syarah Bulughul Maram bab kitabuj Jami’ hadits no 2.

Membaca Hadits sepertinya kita sedang di tausiahi /nasihati oleh Rasulullah, inti pesannya di atas agar kita bersikaf rendah hati dan Qana’ah, betapa banyak orang yang lebih sengsara dari kita, apa yang di sampaikan beliau bukanlah sarana untuk menghibur diri, melainkan agar tumbuh rasa empati kepada sesama , sambil mensyukuri nikmat Allah meski kita anggap sedikit, sebab Allah maha Tahu kadar rizeki atau takaran yang pas buat kita, agar kita tidak melenceng dari jalannya, itu juga bila Allah menghendaki rizeki itu menjadi sarana untuk kita Taqarrub Kpd Allah, sebab ada juga rizeki yang kelak menjadi bencana bagi pemiliknya manakala ia tidak menggunakannya di jalan Allah.

Tentunya apa yang dimaksud memandang ke bawah adalah dalam masalah yang bersifat duniawiyah, namun untuk masalah Ukhrawi tentunya kita harus melihat ke atas , itulah yang di sebut dalam ungkapan sebuah ayat yang berbunyi ‘ FASTABIQUL KHAIRAT ,yakni berlomba-lomba dalam kebaikan, yakni, bagaimana kita menjadi yang terbaik dalam penilaian Allah, tanpa kita harus merasa risih dan rendah diri kepada manusia, sebab penilaian Allah bukan pada strata sosial dan ekonomi namun dalam hal ke taatan dan ke taqwaan.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.(QS 49;13)

Namun boleh juga dalam masalah duniawiyah kita melihat ke atas sebagai motivasi untuk mencapai sesuatu, bukan lantaran iri atau dengki Kepada yang lebih berhasil dari kita atau lebih tinggi statusnya di mata masyarakat, tapi semata-mata karena tuntunan keadaan yang mengharuskan kita harus selalu dapat mengcover semua kebutuhan utama, baik sebagai kepala keluarga, atau pribadi . bukankah rasul juga bersabda “ KADAL FAQRU AY YUKUNA KUFRAN (kefakiran akan menjerumuskan seseorang kepada ke kafiran) betapa banyak terjadi tindakan kriminal yang dimotivasi masalah ekonomi,..

Dalam masalah akherat pun sesekali boleh kita melihat ke bawah, namun dalam hal ini jangan salah faham karena yang saya maksud adalah manakala kita terjerumus dalam dosa, masih ada orang yang amalnya biasa-biasa saja juga terjerumus dalam dosa, kita bukan malaikat,dan Allah selalu membuka pintu Taubat ini agar kita tidak berputus asa dari rachmad Allah lantaran kita merasa banyak dosa yang seakan-akan tidak ter ampunkan.

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS 28;77)
Wallau a’lam bissawab.

Lembutkah hatimu ?

Diposting oleh Unknown | 01.35 | | 0 komentar »

Kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS 59;21)

Alangkah indahnya perumpamaan atau majaz pada ayat di atas,. Mungkin (menurut saya)dalam ayat tersebut Allah sedang membandingkan atau menyindir manusia (hatinya) dengan gunung , yakni “betapa gunung yang tercipta dari batu menjadi pecah berkeping-keping lantaran takutnya kepada Allah padahal gunung tak punya mata untuk melihat tak punya telinga untuk mendengar juga tak punya hati untuk merasa, namun kegagahannya tak ada arti manakala , andaikata ayat al-Qur,an diturunkan kepada nya Allah menjelaskan sifat absoludnya dengan kata ”pasti.

Bagaimana dengan manusia yang hatinya secara fisik lembut , berapa ayat ,. Bukan hanya beberapa ayat tapi sudah beberapa surat yang kita dengar bahkan hafal , tapi sejauh mana ayat yang Mulia tersebut dapat menyentuh dan meluluhkan kekerasan hati kita, tak terhitung materi tausiah yang kita dengar,dan semua itu adalah uraian dari ayat al-Qur,an , tapi tak dapat juga mampu menembus kekerasan hati kita, atau mungkin hati kita lebih keras dari batu,..

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.(QS 2;74)

Pernahkah anda berwisata ke air terjun,..? bila ke sana lagi coba perhatikan, bebatuan yang ada di bawah kucuran derasnya air, pasti akan anda temui banyak yang berlobang, bila anda kritis , fenomena apakah itu,.. ? itu bukan hal aneh, batu berlobang lantaran setiap saat tanpa henti di tetesi air maka permukaannya menjadi aus lama kelamaan menjadi berlubang,.. subhanallah !...bagaimana dengan hati ini,.. cobalah mengambil ibrah atau pelajaran dari batu-batu itu, sebelum Allah mengunci mati hati kita,.

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat.(QS 2;7)

Bukan Allah sebenarnya yang menutup hati kita,. Namun kitalah yang mengkondisikan hati kita tertutup dari kebenaran Ilahi,.. karena Allah tidak pernah Dzalim kepada hambaNya...