pos giv

Memahami mu ...

Diposting oleh Unknown | 04.27 | | 0 komentar »

.::Contoh Tenggang Rasa Antara Suami Istri:
Memahami dan Memaklumi Kapan Pasangan Sedang Marah

~Contoh Pertama:

Jadwal marah dan ngomel-ngomelnya suami adalah kalau kerja kecapean atau kepanasan, entah karena pekerjaan luar atau pekerjaan dalam rumah, misalnya memperbaiki genteng rumah di siang hari yang panas, membeli air minum segalon atau tabung di terik sinar matahari dan misal-misal yang lain.
Maka sikap idealnya sang istri adalah memahami keadaan suaminya, memakluminya dan berusaha mencari sesuatu yang dapat meredakan amarah dan omelan suami, dan jangan ikut-ikutan panik atau marah.

~Contoh Kedua:

Jadwal cemberut dan bawelnya istri adalah ketika anak-anak terlalu rewel, atau ketika pekerjaan rumah terlalu banyak dan sebagainya.
Maka sikap idealnya sang suami adalah memahami keadaan istrinya, memakluminya dan berusaha mencari sesuatu yang dapat meredakan amarah dan bawelan sang istri, serta jangan sekali-kali ikut-ikutan marah atau bawel.
Inilah yang dicontohkan para generasi salaf Ash Shalih, seperti Abu Ad Darda radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata kepada Ummu ad Darda:
إذا رأيتني غضبت فرضني وإذا رأيتك غضبى رضيتك وإلا لم نصطحب
“Jika kamu melihat aku sedang marah maka maafkanlah aku, jika aku melihatmu dalam keadaan marah, maka aku memaafkan kamu, kalau tidak, kita tidak akan bisa hidup bersama”.
Dan sikap tenggang rasa seperti inilah yang membuat Imam Ahmad rahimahullah dan istrinya Ummu Shalih, tidak pernah cekcok walau dalam satu permasalahan selama 20 Tahun!!
وَقَالَ أَحْمَدُ أَقَامَتْ أُمُّ صَالِحٍ مَعِي عِشْرِينَ سَنَةً فَمَا اخْتَلَفْت أَنَا وَهِيَ فِي كَلِمَةٍ
“Imam Ahmad Berkata: “Ummu Shalih hidup bersamaku selama 20 tahun dan aku tidak pernah bercekcok dengannya walau hanya satu kata”. Lihat kitab Al Adab Asy Syar’iyyah wa Al Minah Al Mar’iyyah, 2/238, karya Ibnu Muflih Al Maqdisi.
Dan sikap mereka sepertinya tentunya mereka ambil dari ilmu yang mereka pelajari dari Al Quran Al Karim:
{وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ} [البقرة: 228]
Artinya: “Dan para wanita (istri) mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf.” QS. Al Baqarah: 228.
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin

“Orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya; dan aku adalah yang terbaik bagi keluargaku.” (Hadits shahih. Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah)

Pura-pura manis, pura-pura ramah, pura-pura sabar. Yang serba “pura-pura” itu bisa dipertahankan selama beberapa menit, jam, atau hari. Tapi sangat sukar ditunjukkan secara terus-menerus, dalam tiap keadaan, kecuali ….

Kecuali bagi orang yang akhlaknya memang sudah demikian adanya.

Di satu sisi, hadits di atas menunjukkan bahwa karakter asli seseorang bisa dinilai dari perlakuannya terhadap keluarganya. Di sisi lain, hadits tersebut membawa kita merenungi hal lain.

Ada suami, istri, dan anak

Mari kita ambil asumsi sederhana. Sebuah keluarga akan tinggal dalam satu rumah. Sebuah rumah diisi oleh suami, istri, dan anak.

Hadits ini di atas jangan hanya ditodongkan kepada kaum suami saja. Sebenarnya, kalau kita selami lebih dalam, hadits tersebut menjadi peringatan bagi siapa pun. Bahwa sepanjang hidup dia sejatinya terus berlatih untuk menjadi lebih baik.

Oleh sebab itu, istri jangan rewel mau suaminya instan menjadi shalih dalam hitungan hari. Suami juga mesti paham betul bahwa istrinya perlu waktu untuk mengubah akhlak buruk menjadi akhlak karimah. Orang tua juga sepatutnya maklum bahwa anak-anak mereka perlu waktu dan proses untuk berlatih lebih baik, dalam hal duniawi maupun ukhrawi.

Bilamana seisi rumah menyadari hal itu, terciptalah “baiti jannati”. Sebuah surga dunia yang jadi perteduhan bagi penghuninya. Surga dunia yang jadi tempat berlatih kebaikan.

Mungkin si suami punya karakter pemarah. Dia bisa berlatih menjadi seseorang yang lembut. Tentu, latihan itu bisa berawal dari rumahnya. Jadi, istri mesti maklum jika suaminya sedang menjalani proses “latihan” tersebut. Ada kalanya dia ingat lalu bersikap lembut, ada kalanya kecolongan lalu amarah menguasainya.

Mungkin si istri tak cukup pandai mengatur waktu. Dia bisa berlatih menjadi seseorang yang bijak-waktu di rumahnya. Jadi, suami sepatutnya sabar mendampingi istrinya yang sedang berlatih menjadi lebih baik.

Mungkin si anak belum cukup semangat dalam belajar. Di rumah, semangat itu bisa ditumbuhkan. Orang tua selayaknya sadar akan hal ini.

Jadikan rumah sebagai surga bagi penghuninya. Tempat berteduh yang mendatangkan rasa aman dan nyaman. Tempat kembali untuk menjadi manusia yang lebih baik. Hingga kelak dia bisa keluar berbaur dengan masyarakat, dengan akhlak terbaik, insya Allah.
Baiti Jannati Rumahku Surgaku
Pahamilah, jika kita hidup bersama dalam satu atap, setiap penghuninya tak akan berhenti berlatih menjadi lebih baik. Saling memahami, saling menghargai, saling mengasihi. Dampingi dengan kesabaran, dekap dengan cinta, tuntun dengan kehangatan, sertai dengan tawakal dan doa kepada Allah.

Baiti Jannati, Rumahku Surgaku.

Ku ingin dirimu

Diposting oleh Unknown | 04.20 | | 0 komentar »

[�� Istrimu Butuh Perhatianmu �� ]
Ada sebagian suami yang diberi keluasan rizki, sehingga ia mengucurkan kepada istri dan keluarga istri, berbagai kenikmatan dunia. Namun, ketahuilah bahwa para istri itu tidak hanya membutuhkan materi, ada yang sebenarnya lebih dia butuhkan : Perhatian.
Masih segar dalam ingatanku, kisah 2 orang jenderal yang kujumpai ketika dalam perjalanan haji beberapa tahun yang lalu. Keduanya menumpahkan isi hatinya kepadaku sambil berkata, “Ustadz, kalau urusan materi terus terang kami sampai lebih-lebih. Tapi sampaikan kepada para suami bahwa kami tidk hanya butuh materi, kami membutuhkan perhatian dari mereka.
Subhanallah..Perempuan itu bukanlah pembantu di rumah kita yang padanya setiap bulan kita memberikan gaji. Tapi isti kita adalah pendamping hidup kita, pelipur lara kita, ibu dari anak-anak kita, dia memiliki ruh dan perasaan, maka pujilah ia dan sanjunglah ia serta berikan kepadanya perhatian yang lebih. Sesungguhnya itu yang lebih ia butuhkan setelah bertahun-tahun bersamamu.
Masihkan kau ingat dengan hadits Ummu Dzar, bagaimana ia menyebutkan kebaikan suaminya, yang RasulullahShalallahu ‘alaihi wa Sallam lebih baik darinya,
“Suamiku adalah Abu Dzar. Siapakah gerangan Abu Dzar? Dialah yang memberatkan telingaku dengan perhiasan, memenuhi lemak lengan tanganku. Dia berusaha menyenangkan hatiku (dengan berbagai panggilan yang indah), sehingga akupun merasa senang dengan diriku sendiri..”
Ummu dzar menyifati bahwa suaminya benar-benar memberikan perhatian yang besar kepadanya. Dia yang pada dasarnya orang kampungan menjadi ratu di rumah Abi Dzar dengan selalu memberikan sanjungan dan pujian. Sehingga tatkala ia diceraikan oleh Abu Dzar dan bersuamikan orang lain yang sama-sama kaya dan dermawan, namun tetap Abu Dzar tidak tergantikan di hatinya.
Subhanallah..hal itu karena Abu Dzar’ selalu berusaha mengambil hati Ummu Dzar’, memanjakannya dengan perbuatan dan kata-kata yang indah dan penuh kasih sayang serta kelembutan. Hal itulah yang tidak didapatkan dari suami keduanya.
Saudaraku, sudah saaatnya bagimu untuk mengoreksi dirimu, apakah kau telah memberikan perhatian yang cukup kepada teman seranjangmu yang senantiasa bersabar menanti kehadiranmu. Turutlah dalam kegembiraannya dan tenggelamlah dalam dukanya..
(Disalin dari Buku Andai Aku Tidak Menikah Dengannya Karya Ustadz Syafiq Riza Basalamah, hal 182-184).
Oleh : Pusat Buku Sunnah

Cukup Allah saja

Diposting oleh Unknown | 04.11 | | 0 komentar »

Panjang, tapi worth untuk dibaca :))

Untuk Wanita2 Yang Mencukupkan Allah Saja Sebagai Pemback-up dirinya

Bismillahirr Rahmanirr Rahim …

��Siapakah Kau, Wanita Sempurna?

��Ketika akhirnya saya dilamar oleh seorang lelaki, saya luruh dalam kelegaan. Apalagi lelaki itu, kelihatannya ‘relatif’ sempurna. Hapalannya banyak, shalih, pintar. Ia juga seorang yang sudah cukup matang,mapan, Kurang apa coba?

��betul!! Saya sombong! Ketika melihat para lajang,  kemudian ..saat diwisuda sebagai pengantin, saya secara tak sadar membanding2kan, lebih keren mana suaminya dengan suami saya. Sampai akhirnya air mata saya harus mengucur begitu deras, ketika suatu hari menekuri 3 ayat terakhir surat At-Tahrim.

��Sebenarnya, sebagian besar ayat dalam surat ini sudah mulai saya hapal sekitar 10 tahun silam, saat saya masih semester awal kuliah.

��Akan tetapi, banyak hapalan saya menguap, dan harus kembali mengucur bak air hujan ketika saya menjadi satu grup dengan seorang calon hafidzah di kelompok pengajian yang rutin saya ikuti. Ini terjemah ayat tersebut:

��66:10. Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)”.

��66:11. Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim”,

��66: 12. dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.

��SEBUAH KONTRADIKSI��
Ada 4 orang yang disebut dalam 3 ayat tersebut. Mereka adalah Istri Nuh, Istri Luth, Istri Firaun dan Maryam. Istri Nuh, dan Istri Luth adalah symbol perempuan kafir, sedangkan Istri Firaun dan Maryam, adalah symbol perempuan beriman.

��Saya terkejut, takjub dan ternganga ketika menyadari bahwa ada sebuah kontradiksi yang sangat kuat. Allah memberikan sebuah permisalan nan ironis. Mengapa begitu? Isteri Nuh dan Isteri Luth adalah contoh wanita yang berada dalam pengawasan lelaki2 shalih. Suami-suami mereka setaraf Nabi (bandingkan dengan suami2 kita! Tak ada apa-apanya, bukan?).

Akan tetapi mereka berkhianat, sehingga dikatakanlah kepada mereka, waqilad khulannaaro ma’ad daakhiliin…

��Sedangkan antitesa dari mereka, Allah bentangkan kehidupan Isteri Fir'aun(Asiyah binti Muzahim) dan Maryam Hebatnya, Isteri Fir'aun adalah istri dari seorang thaghut, pembangkang sejati yang berkoar-koar menyebut “ana rabbukumul a’la.”

��Dan Maryam, ia bahkan tak memiliki suami. Ia rajin beribadah, dan Allah tiba-tiba berkehendak meniupkan ruh dalam rahimnya. Akan tetapi, cahaya iman membuat mereka mampu tetap bertahan di jalan kebenaran. Sehingga Allah memujinya, wa kaanat minal qaanithiin…

❤WANITA SEMPURNA❤

��Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda: ”Sebaik-baik wanita penghuni surga itu adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Firaun, dan Maryam binti Imran.” (HR. Ahmad 2720, berderajat shahih).

��Empat Wanita itu dipuji sebagai sebaik-baik wanita penghuni surga. Akan tetapi, Rasulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam masih membuat strata lagi dari 4 orang tersebut. Terpilihlah dua wanita yang disebut sebagai wanita sempurna. Rasul bersabda, “Banyak lelaki yang sempurna, tetapi tiada wanita yang sempurna kecuali Asiyah Binti Muzahim istri Firaun dan Maryam binti Imran.

��Sesungguhnya keutamaan Asiyah Binti Muzahim dibandingkan sekalian wanita adalah sebagaimana keutamaan bubur roti gandum dibandingkan dengan makanan lainnya.” (Shahih al-Bukhari no. 3411).

��Inilah yang membuat saya terkejut! Bahkan wanita sekelas Fathimah dan Khadijah pun masih ‘kalah’ dibanding Asiyah Binti Muzahim Istri Fir’aun dan Maryam binti Imran. Apakah gerangan yang membuat Rasul menilai semacam itu? Ah, saya bukan seorang mufassir ataupun ahli hadits.

��Namun, dalam keterbatasan yang saya mengerti, tiba-tiba saya sedikit meraba-raba, bahwa penyebabnya adalah karena keberadaan SUAMI

��Khadijah, ia wanita hebat, namun ia tak sempurna, karena ia diback-up total oleh Rasul terkasih Muhammad Shollallahu 'alaihi wa sallam, seorang lelaki hebat dan nyaris sempurna.

Fathimah, ia dahsyat, namun ia tak sempurna, karena ada Ali bin Abi Thalib ra, seorang pemuda mukmin yang tangguh luar biasa keimanannya

��Sedangkan Asiyah Binti Muzahim??? Saat ia menanggung deraan hidup yang begitu dahsyat, kepada siapa ia menyandarkan tubuhnya????, karena justru yang menyiksanya adalah orang terdekatnya yaitu suaminya sendiri Raja Fir'aun

��Siksaan2 yang membuat ia berdoa, dengan gemetar, “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim.” Siksaan suami yang membuat nyawanya terbang, ah… tidak mati, namun menuju surga. Mendapatkan rizki dan bersukaria dengan para penduduk akhirat.

��Bagaimana pula dengan Maryam? Ia seorang lajang yang dipilih Allah untuk menjadi ibunda bagi Nabi Isa. Kepada siapa ia mengadu atas tindasan kaumnya yang menuduh ia sebagai pezina??? Pantas jika Rasul menyebut mereka: Wanita Wanita sempurna…

��JADI....... YANG MENGANTAR KE SYURGA, Adalah AMALAN2 Kita, bukan karena (sekadar) lelaki shalih yang menjadi pendamping kita. Suami yang baik, memang akan menuntun kita menuju jalan ke surga, mempermudah kita dalam menjalankan perintah agama.

��Namun.... jemari akan teracung pada para wanita yang dengan kelajangannya (namun bukan sengaja melajang), atau dengan kondisi suaminya yang memprihatinkan (yang juga bukan karena kehendak kita), ternyata tetap bisa istiqomah, beramal dan cemerlang dalam cahaya iman yang kuat,kokoh,teguh.

Kalian adalah Maryam-Maryam dan Asiyah-Asiyah, yang lebih hebat dari Khadijah-Khadijah dan Fathimah-Fathimah.

��Sebaliknya, alangkah hinanya para wanita yang memiliki suami-suami nan shalih, namun pada kenyataannya, mereka tak lebih dari istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Yang alih-alih mendukung suami dalam dakwah, namun justru menggelendot manja, “Mas… kok pergi pengajian terus sih, sekali-kali libur dong!” Atau, “Mas, aku pengin punya ini itu yang bagus, cari duit yang banyak ga pentinglah cara ngedapetinnya…”

��Benar, bahwa istri hebat ada di samping suami hebat. Namun, lebih hebat lagi adalah istri yang tetap bisa hebat meskipun ditakdirkan bersuamikan orang tak hebat, atau bahkan tetap melajang karena berbagai sebab nan syar’i. Dan betapa rendahnya istri yang tak hebat, padahal suaminya orang shalih dan membentangkan baginya berbagai kemudahan untuk menjadi hebat. Hebat sebagai hamba kesayangan Allah Ta’ala!
Wallahu a’lam bish-shawwab.
(By: Afifah Afra)

��Semoga Bermanfaat…