pos giv

Kewajiban kita kepada al-Qur,an

Diposting oleh Unknown | 00.55 | | 0 komentar »
Al-Qur,an adalah salah satu Mu'jizat rasulullah yang masih ada, mengimaninya bukan sekedar percaya akan adanya, namun dimana al-qur,an Allah turunkan sebagai konsep hidup seorang Muslim, tentulah suatu keniscayaan bagi kita sebagai Muslim untuk memahami kandungan isinya, guna menjadi landasan dalam mengamalkannya.

membaca atau dibacakan adalah tahapan pertama , namun yang perlu kita rubah adalah paradigma kita terhadap ungkapan "membaca (al Qur,an menggunakan kalimat IQRA),"membaca bukan hanya mengucapkan kalimat yang tersusun dari
rangkaian kata, namun membaca di sini adalah kita mengerti apa yang kita ucapkan atau kita dengar, karena al-qur,an adalah bahasa Arab.
jadi , ketika al-Qur,an di terjemahkan di uraikan tujuan dari maknanya dan ditafsirkan.
selanjutnya , "dengarkan, sebagai tahapan berikutnya memahami al-Qur,an.

kemudian "Simak , dengan menyimak kita tidak hanya mengerti namun juga faham, faham dan mengerti itu  beda, mengerti hanya cukup untuk kita sendiri, ada pun faham artinya kita mampu menyampaikan pada orang lain, seperti doa ketika belajar "RABBI ZIDNI 'ILMA WAR ZUQNI FAHMA (tuhanku .. berilah aku pengertian dan berilah aku pemahaman).


berikutnya , tentulah mengamalkan sebagai wujud ketaatan kita kepada yang mempunyai Firman tersebut (sami'na wa ata'na).. karena dengan amaliyah-amaliyah yang kita lakukan sebagai bentuk ibadah kepada-Nya , berarti kita telah melakukan pendekatan dan dengan kedekatan itulah rachmat insha Allah akan diberikannya.

Istri mu amanah mu

Diposting oleh Unknown | 05.30 | | 0 komentar »


Istri adalah amanah Allah Swt kepada sang suami,,
yang mana hak-hak nya harus di penuhi dengan baik dan benar menurut syari'at Agama.
Jika seorang suami lalai dalam memenuhi hak istri nya,,
itu berarti sang suami telah lalai menjaga dan memelihara Amanah yang telah Allah percayakan kepadanya.
SECARA GARIS BESAR HAK ISTRI ATAS SUAMI NYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

 > Suami harus tahu bahwa istri adalah Amanah yang di bebankan kepadanya, jadi ia harus bertakwa kepada Allah Swt dalam memikul amanah ini, mengajarinya masalah Agama dan memberi tahukan kepadanya berbagai kewajiban yang harus di lakukannya, Nabi Saw bersabda; "Setiap kalian adalah pemimpin dan pemimpin bertanggung jawab atas yang di pimpinnya,Suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia bertanggung  jawab atas yang di pimpin nya"( Muttafaq'alaih).

> Mempergauli dengan baik dengan cara antara lain :
Memberi sandang,,pangan,,memperlakukan nya dengan baik,,memenuhi kebutuhan biologisnya dan yang sejenisnya. ALLAH SWT berfirman:"Dan bergaul lah dengan mereka secara patutu"(QS,AN-NISA';19)

> Bersabar atas penderita'an nya dan mau memikul beban kesalahan yang berasal darinya sehingga ia mendapatkan pahala dari ALLAH SWT atas kesabaran nya. Nabi Saw bersabda;"Janganlah seorang mukmin laki-laki membenci mukmin perempuan.Jika ia (laki-laki) membenci cipta'annya (bentuk tubuhnya) ia akan rela (dengan kelebihan) dari sisi lain nya"(Hr-Ahmad,hadist ini shahih).

> Menyebutkan hal-hal yang baik kepadanya, memujinya di hadapan keluarga suami maupun keluarganya, tidak melukai perasa'an nya dengan perkataan yang buruk untuk menurunkan harga dirinya, Nabi Saw bersabda :"Orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku melebihi kalian" (Hr,At-Tirmidzi)

Kemudian pasangan suami istri harus tahu bahwa kehidupan rumah tangga itu tidak lepas dari beberapa gangguan.,Karena nya,hanya dengan sikap sabar,mau menundukkan pandangan dan sama-sama bersedia memikul beban pasangan sajalah yang dapat melanggengkan kehidupan rumah tangga.

Sebagai penutup, ingatlah firman ALLAH SWT "Dan jangan lah kamu melupakan keutama'an di antara kamu" (QS,AL-BAQARAH;237)


Semoga bermanfa'at,,


Ketika "Sabar untuk kita.

Diposting oleh Unknown | 21.01 | | 0 komentar »
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

Ketika ungkapan “sabar, di peruntukkan bagi orang lain, begitu pandainya lidah menyusun kata dan ungkapan agar menjadi penyejuk dan motivasi , betapa mudah menguraikan ungkapan tersebut betapa mudah beretorika dari sebuah ungkapan sederhana.

Namun ketika ungkapan tersebut terwujud dalam realita kehidupan kita sendiri, di mana saat Sang pemilik vokalis lagu  kehidupan, menjadikan “duka,  sebagai nyanyian sejenak hayat kita, sementara alur bait serta liriknya mengalir deras bagikan air, melewati , menerjang hingga  melampaui logika nalar manusia.

Maka saat itulah manifestasi ungkapan “bersabarlah,  jauh lebih berat dari sebuah retorika.


Maha Suci Engkau ya Allah !... betapa besar pahala orang yang bersabar, hingga di sandingkan bersama Allah, karena inti sabar ialah menerima dengan ikhlas kehendak-Nya yang bersebrangan dengan harapan  seorang hamba.






* ANDAI AKU TIDAK MENIKAH DENGANNYA *
Ustadz DR. Syafiq Riza Basalamah MA
Bismillaah...
Sebenarnya kajian ini kebanyakan ditujukan untuk para suami, kaum lelaki.
Pernikahan adalah suatu perjanjian yang besar, suatu pertanggungjawaban yang berat bagi seorang laki-laki yang mana dia mengambil seorang wanita dari kedua orangtuanya untuk hidup bersamanya dalam sebuah bahtera yang bernama rumah tangga yang dipimpin olehnya.

Istri adalah suatu amanat bagi suami. Suami karena menjadi qowwam (pemimpin) bagi wanita.
Pemimpin (qowwam) ini harus memenuhi 3 fungsi, yaitu :
1) Mengarahkan istrinya.
2) Mengayomi istrinya.
3) Melindungi istrinya.

Suatu penikahan yang merupakan suatu ibadah itu kuat sekali digoda oleh syaitan agar rumah tangganya karam. Oleh karena itu sangat-sangat penting bagi seorang suami untuk memahami tabiat wanita.

Karena wanita itu bukan diciptakan dari baja yang bisa meleleh, bukan pula dari batu yang bisa hancur berkeping-keping jadi kerikil, tetapi wanita diciptakan dari tulang rusuk yang paling bengkok, yang jika diubah akan patah, namun jika tidak diubah akan tetap bengkok, oleh karena itu Rasulullah pun tidak menyuruh lelaki untuk mengubahnya,
namun Beliau berwasiat: JAGALAH WANITA-WANITA ITU.

Pelan-pelan dan berlemah lembutlah pada wanita. Sehingga setelah memahami tabiatnya,kemudian memperlakukannya dengan ma'ruf, dengan sebaik-baiknya, seperti firman Allah :
"Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." QS. An-Nisaa (4) : 19

Pada saat seorang suami mendapati hal yang tidak disukainya dari seorang istri, maka harus bersabar, dan berpikir baik-baik tentang firman Allah yang menyatakan bahwa boleh jadi dalam keburukan istri kita itu terdapat kebaikan-kebaikan lainnya yang banyak. Jangan sampai keburukan akhlaq dari suami menyampaikan sang istri pada satu situasi dimana ia sangat menyesal dan berkata : "ANDAI AKU TIDAK MENIKAH DENGANNYA".

Padahal suatu pengandaian itu hanya akan membuka pintu syaithan.
Tabiat-tabiat Wanita diantaranya adalah :
1) Pencemburu.
Baik kepada ibu sang suami, saudara/saudari sang suami, wanita-wanita lain, dll.
2) Perasa.
Perasaannya melebihi akalnya sehingga kadang-kadang mudah marah.
3) Suka Perhiasan.
4) Istri membutuhkan pujian/sanjungan dari suami.
Hargai pendapatnya, jangan egois.
5) Sempatkan waktu untuk bermain-main dengan istri.
Suami berhias atau bersolek untuk istri.
6) Memberi istri hadiah.
7) Main tarik ulur.
Bersabar, jgn tergesa-gesa.
Setelah istri menunaikan kewajiban, penuhilah hak-haknya, karena kalau tidak, dia akan mencari haknya di tempat lain.
I
stri itu seprti wadah yang akan kekeringan jika tidak terus diisi air.
Karena jika ia kekeringan, ia akan mencari di tempat lain yang bisa menghapus dahaganya.
Ia akan mencari tempat curhat lain selain suami.

Firman Allah :
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anak mu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kau terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" QS. At-Taghobun (64) : 14

Merupakan nasihat bagi suami apabila ada masalah dengan istri maka :
1) Maafkan dia (tidak memberikan sangsi atas kesalahan)
2) Tidak menjelek-jelekkan dgn perkataan.
3) Lupakan (maghfirah). Buka lembaran baru.
4) Seorang wanita menikah untuk mendapatkan kebahagiaan, sakinah, ketenangan, bukan hanya kebutuhan biologis, bukan pula hanya uang.
Hidup ini sangat singkat, jangan sampai di akhirat datang dengan keadaan tulang rusuk yang terjatuh.

Wasiat untuk suami dan istri :
JADILAH MANUSIA TERBAIK.
Dimana manusia yang terbaik adalah YANG TERBAIK KEPADA ISTRINYA, DAN KELUARGANYA.

Wasiat untuk istri :
JADILAH WANITA YANG TERBAIK, yang bila dipandang menyenangkan, dan bila ditinggalkan menjaga kehormatan dan harta suami. Suami adalah SURGA DAN NERAKA kita.

Syarat kriteria seorang lelaki yang baik untuk dipilih ~menurut Rasulullah~ untuk menjadi suami ada 2, yaitu : Agamanya dan Akhlaqnya.
Tidak hanya salah satunya, namun harus keduanya.

Wallahu'alam.
Semoga yang sederhana ini bermanfaat untuk ku dan untukmu (saudara-saudara ku seiman)







Bersikap Muahadah, Mujahadah, Muraqabah, Muhasabah, dan Muaqabah dalam Membangun Hari Esok yang lebih baik

by Buya Masoed Abidin
Oleh : H. Mas’oed Abidin



يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al Hasyr : 18)

Adalah menjadi kewajiban setiap orang merancang dan mempersiapkan hari esok yang lebih baik.

Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa seorang akan merugi kalau hari esoknya sama saja dengan hari ini, bahkan dia menjadi terkutuk jika hari ini lebih buruk dari kemarin. Seseorang baru dikatan bahagia, jika hari esok itu lebih baik dari hari ini. jpeg-image-236c397290-pixelstangga-al-haram

Membangun hari esok yang baik, sesuai dengan ayat (wahyu Allah SWT) di atas dimulai dengan perintah bertaqwa kepada Allah dan di akhiri dengan perintah yang sama. Ini mengisyaratkan bahwa landasan berfikir, serta tempat bertolak untuk mempersiapkan hari esok haruslah dengan taqwa.

Semestinya orang Mukmin punya langkah antisipatif terhadap kemungkinan yang dapat terjadi esok disebabkan kelalaian hari ini.

Seorang mukmin sudah dapat memprediksi dan mempersiapkan hari esok yang lebih baik, dinamis, lebih mapan, lebih produktif dari pada hari ini.

Simpulannya, mesti ada peningkatan prestasi dari hari ke hari. Hari esok dapat berarti masa depan dalam kehidupan pendek di dunia ini.

Hari esok juga berarti pula hari esok yang hakiki, yang kekal abadi di akhirat kelak.

Hari esok mesti dirancang harus lebih baik dari hari ini, dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dengan melaksanakan lima “M ” ; yaitu Mu’ahadah, Mujahadah, Muraqabah, Muhasabah, dan Mu’aqabah.[1]



1. Mu’ahadah

Mu’ahadah adalah mengingat perjanjian dengan Allah SWT. Sebelum manusia lahir ke dunia, masih berada pada alam gaib, yaitu di alam arwah, Allah telah membuat “kontrak” tauhid dengan ruh.

Kontrak tauhid ini terjadi ketika manusia masih dalam keadaan ruh belum berupa materi (badan jasmani). Karena itu, logis sekali jika manusia tidak pernah merasa membuat kontrak tauhid tersebut.

Mu’ahadah konkritnya diikrarkan oleh manusia mukmin kepada Allah setelah kelahirannya ke dunia, berupa ikrar janji kepada Allah. Wujudnya terefleksi minimal 17 kali dalam sehari dan semalam, bagi yang menunaikan shalat wajib, sebagaimana tertera di dalam surat Al Fatihah ayat 5 yang berbunyi: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. Artinya, engkau semata wahai Allah yang kami sembah, dan engkau semata pula tempat kami menyandarkan permohonan dan permintaan pertolongan.

Ikrar janji ini mengandung ketinggian dan kemantapan aqidah. Mengakui tidak ada lain yang berhak disembah dan dimintai pertolongan, kecuali hanya Allah semata.

Tidak ada satupun bentuk ibadah dan isti’anah (Permintaan Pertolongan) yang boleh dialamatkan kepada selain Allah SWT.[2]

Mu’ahadah yang lain adalah ikrar manusia ketika mengucapkan kalimat “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya kuperuntukkan (ku-abdikan) bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam.”



2. Mujahadah

Mujahadah berarti bersungguh hati melaksanakan ibadah dan teguh berkarya amal shaleh, sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah SWT yang sekaligus menjadi amanat serta tujuan diciptakannya manusia.

Dengan beribadah, manusia menjadikan dirinya ‘abdun (hamba) yang dituntut berbakti dan mengabdi kepada Ma’bud (Allah Maha Menjadikan) sebagai konsekuensi manusia sebagai hamba wajib berbakti (beribadah).

Mujahadah adalah sarana menunjukkan ketaatan seorang hamba kepada Allah, sebagai wujud keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya. Di antara perintah Allah SWT kepada manusia adalah untuk selalu berdedikasi dan berkarya secara optimal.

Hal ini dijelaskan di dalam Al Qur’an Surat At Taubah ayat: 5,

“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitahukan-Nya kepada kamu apa-apa yang telah kamu kerjakan.”

Orang-orang yang selalu bermujahadah merealisasikan keimanannya dengan beribadah dan beramal shaleh dijanjikan akan mendapatkan petunjuk jalan kebenaran untuk menuju (ridha) Allah SWT hidayah dan rusyda yang dijanjikan Allah diberikan kepada yang terus bermujahadah dengan istiqamah.

Kecerdasan dan kearifan akan memandu dengan selalu ingat kepada Allah SWT, tidak terpukau oleh bujuk rayu hawa nafsu dan syetan yang terus menggoda.

Situasi batin dari orang-orang yang terus musyahadah (menyaksikan) keagungan Ilahi amat tenang. Sehingga tak ada kewajiban yang diperintah dilalaikan dan tidak ada larangan Allah yang dilanggar.

Jiwa yang memiliki rusyda terus hadir dengan khusyu’. Inilah sebenarnya yang disebut mujahidin ‘ala nafsini wa jawarihihi, yaitu orang yang selalu bersungguh dengan nuraninya dan gerakannya.

Syeikh Abu Ali Ad Daqqaq mengatakan: “Barangsiapa menghias lahiriahnya dengan mujahadah, Allah akan memperindah rahasia batinnya melalui musyahadah.”

Imam Al Qusyairi an Naisaburi [3] mengomentari tentang mujahadah sebagai berikut:

« Jiwa mempunyai dua sifat yang menghalanginya dalam mencari kebaikan; Pertama larut dalam mengikuti hawa nafsu, Kedua ingkar terhadap ketaatan.

Manakala jiwa ditunggangi nafsu, wajib dikendalikan dengan kendali taqwa. Manakala jiwa bersikeras ingkar kepada kehendak Tuhan, wajib dilunakkan dengan menolak keinginan hawa nafsunya.

Manakala jiwa bangkit memberontak, wajib ditaklukkan dengan musyahadah dan istigfar.

Sesungguhnya bertahan dalam lapar (puasa) dan bangun malam di perempat malam (tahajjud), adalah sesuatu yang mudah.

Sedangkan membina akhlak dan membersihkan jiwa dari sesuatu yang mengotorinya sangatlah sulit. »

Mujahadah adalah suatu keniscayaan yang mesti diperbuat oleh siapa saja yang ingin kebersihan jiwa serta kematangan iman dan taqwa.

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيد ِ * إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ * مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Dan sesunggunya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan adal di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir”. (Q.S. Qaaf: 16-18).



3. Muraqabah

Muraqabah artinya merasa selalu diawasi oleh Allah SWT sehingga dengan kesadaran ini mendorong manusia senantiasa rajin melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Sesungguhnya manusia hakikinya selalu berhasrat dan ingin kepada kebaikan dan menjunjung nilai kejujuran dan keadilan, meskipun tidak ada orang yang melihatnya.

Kehati-hatian (mawas diri) adalah kesadaran. Kesadaran ini makin terpelihara dalam diri seseorang hamba jika meyakini bahwa Allah SWT senantiasa melihat dirinya.

Syeikh Ahmad bin Muhammad Ibnu Al Husain Al Jurairy mengatakan, « “Jalan kesuksesan itu dibangun di atas dua bagian. Pertama, hendaknya engkau memaksa jiwamu muraqabah (merasa diawasi) oleh Allah SWT. Kedua, hendaknya ilmu yang engkau miliki tampak di dalam perilaku lahiriahmu sehari-hari.” »

Syeikh Abu Utsman Al Maghriby mengatakan, « “Abu Hafs mengatakan kepadaku, ‘manakala engkau duduk mengajar orang banyak jadilah seorang penasehat kepada hati dan jiwamu sendiri dan jangan biarkan dirimu tertipu oleh ramainya orang berkumpul di sekelilingmu, sebab mungkin mereka hanya melihat wujud lahiriahmu, sedangkan Allah SWT memperhatikan wujud batinmu.” »

Dalam setiap keadaan seorang hamba tidak akan pernah terlepas dari ujian yang harus disikapinya dengan kesabaran, serta nikmat yang harus disyukuri. Muraqabah adalah tidak berlepas diri dari kewajiban yang difardhukan Allah SWT yang mesti dilaksanakan, dan larangan yang wajib dihindari.

Muraqabah dapat membentuk mental dan kepribadian seseorang sehingga ia menjadi manusia yang jujur.

« Berlaku jujurlah engkau dalam perkara sekecil apapun dan di manapun engkau berada.

Kejujuran dan keikhlasan adalah dua hal yang harus engkau realisasikan dalam hidupmu. Ia akan bermanfaat bagi dirimu sendiri.

Ikatlah ucapanmu, baik yang lahir maupun yang batin, karena malaikat senantiasa mengontrolmu. Allah SWT Maha Mengetahui segala hal di dalam batin.

Seharusnya engkau malu kepada Allah SWT dalam setiap kesempatan dan seyogyanya hukum Allah SWT menjadi pegangan dlam keseharianmu.

Jangan engkau turuti hawa nafsu dan bisikan syetan, jangan sekali-kali engkau berbuat riya’ dan nifaq. Tindakan itu adalah batil. Kalau engkau berbuat demikian maka engkau akan disiksa.

Engkau berdusta, padalah Allah SWT mengetahui apa yang engkau rahasiakan. Bagi Allah tidak ada perbedaan antara yang tersembunyi dan yang terang-terangan, semuanya sama.

Bertaubatlah engkau kepada-Nya dan dekatkanlah diri kepada-Nya (Bertaqarrub) dengan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya.” » [4]

وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إلاَّ مَا سَعَى وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ اْلأَوْفَى وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى وَأَنَّهُ هُوَ أَمَاتَ وَأَحْيَا

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu), dan bahwasanya DIA yang menjadikan orang tertawa dan menangis, dan bahwasanya DIA yang mematikan dan yang menghidupkan.” (QS. An-Najm: 39-44)



4. Muhasabah

Muhasabah berarti introspeksi diri, menghitung diri dengan amal yang telah dilakukan. Manusia yang beruntung adalah manusia yang tahu diri, dan selalu mempersiapkan diri untuk kehidupan kelak yang abadi di yaumul akhir.

Dengan melakasanakan Muhasabah, seorang hamba akan selalu menggunakan waktu dan jatah hidupnya dengan sebaik-baiknya, dengan penuh perhitungan baik amal ibadah mahdhah maupun amal sholeh berkaitan kehidupan bermasyarakat. Allah SWT memerintahkan hamba untuk selalu mengintrospeksi dirinya dengan meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah SWT.

Diriwayatkan bahwa pada suatu ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. melaksanakan shalat shubuh. Selesai salam, ia menoleh ke sebelah kanannya dengan sedih hati. Dia merenung di tempat duduknya hingga terbit matahari, dan berkata ;

« “Demi Allah, aku telah melihat para sahabat (Nabi) Muhammad SAW. Dan sekarang aku tidak melihat sesuatu yang menyerupai mereka sama sekali. Mereka dahulu berdebu dan pucat pasi, mereka melewatkan malam hari dengan sujud dan berdiri karena Allah, mereka membaca kitab Allah dengan bergantian (mengganti-ganti tempat) pijakan kaki dan jidat mereka apabila menyebut Allah, mereka bergetar seperti pohon bergetar diterpa angin, mata mereka mengucurkan air mata membasahi pakaian mereka dan orang-orang sekarang seakan-akan lalai (bila dibandingkan dengan mereka).” »

Muhasabah dapat dilaksanakan dengan cara meningkatkan ubudiyah serta mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Berbicara tentang waktu, seorang ulama yang bernama Malik bin Nabi berkata ; « “Tidak terbit fajar suatu hari, kecuali ia berseru, “Wahai anak cucu Adam, aku ciptaan baru yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku karena aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat.” » [5]

Waktu terus berlalu, ia diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia sering tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya. Allah SWT bersumpah dengan berbagai kata yang menunjuk pada waktu seperti Wa Al Lail (demi malam), Wa An Nahr (demi siang), dan lain-lain.

Waktu adalah modal utama manusia. Apabila tidak dipergunakan dengan baik, waktu akan terus berlalu. Banyak sekali hadits Nabi SAW yang memperingatkan manusia agar mempergunakan waktu dan mengaturnya sebaik mungkin.

نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا َكثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَ الفَرَاغُ

“Dua nikmat yang sering disia-siakan banyak orang: Kesehatan dan kesempatan (waktu luang).” (H.R. Bukhari melalui Ibnu Abbas r.a).



5. Mu’aqabah

Muaqabah artinya pemberian sanksi terhadap diri sendiri. Apabila melakukan kesalahan atau sesuatu yang bersifat dosa maka ia segera menghapus dengan amal yang lebih utama meskipun terasa berat, seperti berinfaq dan sebagainya.

Kesalahan maupun dosa adalah kesesatan.

Oleh karena itu agar manusia tidak tersesat hendaklah manusia bertaubat kepada Allah, mengerjakan kebajikan sesuai dengan norma yang ditentukan untuk menuju ridha dan ampunan Allah.

Berkubang dan hanyut dalam kesalahan adalah perbuatan yang melampaui batas dan wajib ditinggalkan.

Di dalam ajaran Islam, orang baik adalah orang yang manakala berbuat salah, bersegera mengakui dirinya salah, kemudian bertaubat, dalam arti kembali ke jalan Allah dan berniat dan berupaya kuat untuk tidak akan pernah mengulanginya untuk kedua kalinya.

Shadaqallahul’azhim. Allahu A’lamu Bissawab.



Catatan kaki ;

[1] Syeikh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’

[2] Demikian komentar Imam as Syaukani dalam kitab tafsirnya ‘Fathul Qadir’ dan Syeikh Ali As Shabuni dalam kitab tafsirnya ‘Shafwatut Tafaasir’.

[3] Kitab tasawuf, “Risalatul Qusyairiyah”.

[4] Syeikh Abdul Kadir Jailany memberikan nasehat kepada kita sebagaimana yang terdapat dalam kitabnya Al Fathu Arrabbaani wa Al Faidh Ar Rahmaani.


[5] Malik bin Nabi dalam bukunya Syuruth An Nahdhah




Banyak wanita Amerika Serikat yang mengenakan jilbab setelah menjadi mualaf. Namun, tidak demikian dengan Carissa D. Lamkahouan. Ia telah mengenakan jilbab sebelum masuk Islam. Dan dari pengalamannya yang unik tentang jilbab itu, ia kemudian bersyahadat.

Seperti dirilis onislam pasa pekan lalu, Carissa menuliskan kisahnya. Selama hampir satu setengah tahun, Carissa mempelajari agama Islam, prinspi-prinsip dan karakteristiknya.

“Tentu saja, sebagai seorang wanita, saya sangat tertarik terutama pada isu-isu perempuan. Dan jilbab sebagai identitas muslimah yang khas, membuat saya sangat tertarik,” tuturnya.

Dan entah mengapa, Carissa menemukan dirinya terpesona dengan wanita yang mengenakan jilbab.

Seiring berjalannya studi Islam-nya, Carissa rajin pergi ke toko buku dan membaca dengan teliti referensi Islam dalam versi bahasa Inggris. Baik Al Quran, hadits maupun kisah-kisah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Dan pada suatu hari, ia menemukan jilbab di barisan abaya. Carissa yang tertarik dengan benda itu kemudian menemukan keberanian untuk mencoba.

“Itu penutup kepala pertama yang saya beli,” kenangnya.

Ketika memakainya untuk pertama kali, Carissa merasakah sesuatu yang aneh.

“Saya melihat sekilas diriku di cermin, terus terang saya terkejut dengan kain hijau di atas kepalaku itu. Saya melihat bayangan saya sebagai orang yang berbeda, asing. Ada stereotif negatif dalam bayangan wanita berjilbab seperti digambarkan oleh media,” tambahnya.

Namun, itu tidak berlangsung lama. Carissa dengan cepat kembali ke alam rasionalnya. “Bahwa saya membelinya untuk dipakai jika saya perlu untuk pergi ke masjid,” katanya dalam hati, mengingat tujuannya untuk mempelajari Islam lebih dalam dengan mengunjungi masjid-masjid.

“Sekarang saya menyadari bahwa membeli jilbab saat itu adalah langkah awal saya mendapatkan hidayah,” tuturnya.

Beberapa bulan berlalu. Namun Carissa belum mendapatkan kesempatan untuk memakai jilbab itu seperti rencananya. Di samping, ia tidak terlalu suka dengan warna dan model jilbab tersebut. Hingga kemudian, ia pun membeli jilbab yang ia sukai saat kembali ke toko buku.

Carissa kemudian mulai memakai jilbabnya dalam berbagai kesempatan. Saat berkunjung ke toko makanan halal, saat ke toko buku, dan beberapa kesempatan yang lain, ia menutup rambutnya dengan jilbab. Hingga suatu malam, ia pergi bersama sang suami dengan memakai jilbab. Di situlah perubahan besar terjadi.

“Aku merasa aman dan nyaman. Aku tak lagi mendapati pandangan laki-laki menganggu yang tertuju padaku.”

Carissa pun makin terbiasa memakai jilbab. Dan seiring semakin dalam ia mempelajari Islam, akhirnya ia juga memutuskan untuk bersyahadat.

Kini Carissa merasakan martabat dan kemuliannya sebagai wanita dengan jilbab sebagai mahkotanya. Ia tak lagi takut digoda lelaki, dan lebih dari itu, ia menyadari bahwa memakai jilbab adalah ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


(esqiel/BersamaDakwah/muslimahzone.com)





Dalam sebuah riwayat disebutkan: “Janganlah sekali-kali ada seorang di antara kalian yang bersenggama dengan istrinya sebagaimana yang dilakukan oleh hewan. sebaiknya, di antara keduanya menggunakan suatu perantara.”

Ibrah hadits di atas adalah bagi suami istri yang hendak berjima’ hendaklah menggunakan ‘suatu perantara’. ‘Suatu perkara’ yang dimaksud yaitu bersenda gurau sebelum berjima’. Bersenda gurau seperti apa? contohnya seperti bermesraan, memegang-megang bagian tubuh suami atau istri, mencium istri, dan berbincang-bincang dengan perkataan yang indah-indah. Sebagaimana jawaban Rasulullah atas pertanyaan yang berkaitan dengan hadits di atas. “Apa yang dimaksud dengan perantara itu?” Nabi menjawab, “Yaitu mencium, dan berbicara dengan bahasa yang indah-indah.”



Apa tujuan bersenda gurau sebelum berjima’?

 Tujuannya yaitu untuk meningkatkan rasa cinta kasih dan sayang diantara suami istri sehingga menciptakan rasa saling memiliki dan menghargai. Selain itu, bersenda gurau sebelum berjima’ juga mengalirkan banyak pahala bagi keduanya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah bahwasannya Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang memegang tangan istri dan kemudian merayunya, maka Allah swt akan menulis baginya satu kebaikan dan melebur satu kejelekan serta mengangkat satu derajat baginya. Apabila merangkulnya, maka Allah akan menulis baginya sepuluh kebaikan dan akan melebur sepuluh kejelekan serta mengangkat sepuluh derajat baginya. Apabila menciumnya maka Allah akan menulis baginya dua puluh kebaikan dan meleburnya dua puluh kejelekan serta mengangkat dua puluh derajat baginya. Kemudian apabila bersenggama besertanya, maka hal itu lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya.”

 Keutamaan lainnya tertera dalam sebuah hadits Nabi saw: “Barang siapa bermain cinta bersama istrinya, maka Allah akan menulis baginya dua puluh kebaikan dan melebur dua puluh kejelekan. Apabila memegang istrinya maka Allah akan menulis baginya empat puluh kebaikan dan melebur empat puluh kejelekan. apabila mencium istrinya maka Allah akan menulis baginya enam puluh kebaikan dan melebur enam puluh kejelekan. kemudian apabila ia bersenggama dengan istrinya, maka Allah swt akan memanggil para malaikat dan berfirman, ‘Lihatlah oleh kalian hamba-Ku yang sedang mandi karena takut kepada-Ku, bahkan Aku telah memberi ampunan kepadanya. Maka tidak ada air yang mengalir membasahi satu helai rambut pun, kecuali Allah swt menulis kepadanya satu kebaikan pada setiap rambut.”

 Subhanallah, begitu istimewa keutamaan  suami yang bercinta dengan istrinya. Maka dari itu, bersenang-senanglah dengan diniatkan ibadah kepada Allah swt. Utamakanlah berseda gurau dengan istri sebelum berjima’, karena akan mendatangkan banyak pahala dan untuk memancing birahi seorang wanita agar mendapatkan kenikmatan yang indah pada saat berjima’.

(esqiel/Islampos/muslimahzone.com)

Allah mengabulkan doa kita

Diposting oleh Unknown | 20.18 | | 0 komentar »







ALLAH mengabulkan doa kita dgn 3 cara

1. Bila ALLAH mengatakan YA;
maka kita akan MENDAPATKAN APA YG KITA MINTA.

2. Bila ALLAH mengatakan TIDAK;
maka kita akan MENDAPATKAN YG LEBIH BAIK.

3. Bila ALLAH mengatakan TUNGGU;
maka kita akan MENDAPATKAN YG TERBAIK SESUAI DGN KEHENDAK-NYA.

TUHAN TIDAK PERNAH TERLAMBAT,
DIA JUGA TIDAK TERGESA-GESA,
DIA SELALU TEPAT WAKTU!

"Mendekatlah kepada ALLAH dan DIA akan mendekat kepadamu."

SUBHANALLAH...

Semoga ALLAH Senantiasa membimbing kita selalu dalam keadaan istiqomah untuk taat dan bertakwa kepada ALLAH dan selalu dalam keimanan, dan mudah2n ALLAH memberikan kita ganjaran yang lebih baik berupa surga dunia maupun surga akhirat kelak. Aamiin

Marilah kita berdoa, bermunajat kepada Allah. Semoga Allah mengampuni kita, dan menghapuskan kita dari segala dosa yang telah lalu.

Ya Allah,
Ampunilah semua dosa-dosa kami, baik sengaja atau pun tidak, berkahilah kami, ramahtilah kami, berikanlah kami hidayah-Mu agar kami senantiasa dekat kepada-Mu hingga akhir hayat.

Aamiin ya Rabbal'alamin


#Ustadz_YusufMansur

kisah inspirasi 1

Diposting oleh Unknown | 20.07 | | 0 komentar »





Kisah Nyata : "BI, KALAU UMMI MENINGGAL, .. APA ABI AKAN MENDOAKAN UMMI ?"

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim .... Usia istri Yaqin masih sangat muda, sekitar 19 tahun. Sedangkan usia Yaqin waktu itu sekitar 23 tahun. Tetapi mereka sudah berkomitmen untuk menikah.

Istrinya Yaqin cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya halus. Tetapi kecantikannya tertutup sangat rapi. Dia juga hafal Al-Qur’an di usia yang relatif sangat muda , Subhanallah …

Sejak awal menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia pernikahan mereka, istrinya sering muntah-muntah dan pusing silih berganti … Awalnya mereka mengira “morning sickness” karena waktu itu istrinya hamil muda.

Akan tetapi, selama hamil bahkan setelah melahirkanpun istrinya masih sering pusing dan muntah-muntah. Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya.

Satu bulan terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah..

Yaqin bilang, kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang dideritanya. Dia juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya hanya 27 KG. Karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya jutaan rupiah untuk sekali cuci darah.

Namun Yaqin tak peduli berapapun biayanya, yang terpenting istrinya bisa sembuh.

Pertengahan bulan Ramadhan, mereka masih di rumah sakit. Karena, selain penyakit ginjal, istrinya juga mengidap kolesterol. Setelah kolesterolnya diobati, Alhamdulillah sembuh. Namun, penyakit lain muncul yaitu jantung. Diobati lagi, sembuh… Ternyata ada masalah dengan paru-parunya. Diobati lagi, Alhamdulillah sembuh.

Suatu ketika , Istrinya sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya. “Bi, ada apa dengan pandangan Ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas.” Mereka memang saling memanggil dengan “Ummy” dan ” Abi” . sebagai panggilan mesra. “kenapa Mi?” Yaqin agak panik “Semua terlihat kabur.” Dalam waktu yang hampir bersamaan, darah tinggi juga menghampiri dirinya… Subhanallah, sungguh dia sangat sabar walau banyak penyakit dideritanya …

Selang beberapa hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah membaik dan diperbolehkan pulang.

Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba saja istrinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya, sangat sakiiit. Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan hanya tergeletak di paving depan rumahnya.

“Bi, tolong antarkan Ummi ke rumah sakit ya ..” pintanya sambil memegang perutnya …

Yaqin mengeluh karena ada tugas kantor yang harus diserahkan esok harinya sesuai deadline. Akhirnya Yaqin mengalah. Tidak tega rasanya melihat penderitaan yang dialami istrinya selama ini.

Sampai di rumah sakit, ternyata dokter mengharuskan untuk rawat inap lagi. Tanpa pikir panjang Yaqin langsung mengiyakan permintaan dokter.

“Bi, Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an, tapi penglihatan Ummi masih kabur. Ummi takut hafalan Ummi hilang.”

“Orang sakit itu berat penderitaannya Bi. Disamping menahan sakit, dia juga akan selalu digoda oleh syaitan. Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit melupakan Allah. Makanya Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an agar selalu ingat Allah.

Yaqin menginstal ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah handphone. Dia terharu melihat istrinya senang dan bisa mengulang hafalannya lagi, bahkan sampai tertidur. Dan itu dilakukan setiap hari.

“Bi, tadi malam Ummi mimpi. Ummi duduk disebuah telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum. Rasanya enaaak sekali, dan tak pernah Ummi rasakan minuman seenak itu. Sampai sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan”

“Itu tandanya Ummi akan segera sembuh.” Yaqin menghibur dirinya sendiri, karena terus terang dia sangat takut kehilangan istri yang sangat dicintainya itu.

Yaqin mencoba menghibur istrinya. “Mi… Ummi mau tak belikan baju baru ya?? Mau tak belikan dua atau tiga?? Buat dipakai lebaran.”

“Nggak usah, Bi. Ummi nggak ikut lebaran kok” jawabnya singkat. Yaqin mengira istrinya marah karena sudah hampir lebaran kok baru nawarin baju sekarang.

“Mi, maaf. Bukannya Abi nggak mau belikan baju. Tapi Ummi tahu sendiri kan, dari kemarin-kemarin Abi sibuk merawat Ummi.”

“Ummi nggak marah kok, Bi. Cuma Ummi nggak ikut lebaran. Nggak apa-apa kok Bi.”

”Oh iya Mi, Abi beli obat untuk Ummi dulu ya…??” Setelah cukup lama dalam antrian yang lumayan panjang, tiba-tiba dia ingin menjenguk istrinya yang terbaring sendirian. Langsung dia menuju ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang sudah dibelinya.

Tapi betapa terkejutnya dia ketika kembali . Banyak perawat dan dokter yang mengelilingi istrinya.

“Ada apa dengan istriku??.” tanyanya setengah membentak. “Ini pak, infusnya tidak bisa masuk meskipun sudah saya coba berkali-kali.” jawab perawat yang mengurusnya.

Akhirnya, tidak ada cara lain selain memasukkan infus lewat salah satu kakinya. Alat bantu pernafasanpun langsung dipasang di mulutnya.

Setelah perawat-perawat itu pergi, Yaqin melihat air mata mengalir dari mata istrinya yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa terdengar satu patah katapun dari bibirnya.

“Bi, kalau Ummi meninggal, apa Abi akan mendoakan Ummi?” “Pasti Mi… Pasti Abi mendoakan yang terbaik untuk Ummi.” Hatinya seakan berkecamuk. “Doanya yang banyak ya Bi” “Pasti Ummi” “Jaga dan rawat anak kita dengan baik.”

Tiba-tiba tubuh istrinya mulai lemah, semakin lama semakin lemah. Yaqin membisikkan sesuatu di telinganya, membimbing istrinya menyebut nama Allah.

Lalu dia lihat kaki istrinya bergerak lemah, lalu berhenti. Lalu perut istrinya bergerak, lalu berhenti. Kemudian dadanya bergerak, lalu berhenti. Lehernya bergerak, lalu berhenti. Kemudian matanya….

Dia peluk tubuh istrinya, dia mencoba untuk tetap tegar. Tapi beberapa menit kemudian air matanya tak mampu ia bendung lagi…

Setelah itu, Yaqin langsung menyerahkan semua urusan jenazah istrinya ke perawat. Karena dia sibuk mengurus administrasi dan ambulan. Waktu itu dia hanya sendiri, kedua orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di rumah. Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurus jenazah istrinya.

“Pak, ini jenazah baik.” kata perawat itu. Dengan penasaran dia balik bertanya. “Dari mana ibu tahu???” “Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini?? Setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak ini.” “Subhanallah…”

Tahukah sahabatku,… Apa yang dialami oleh istri Yaqin saat itu? Tahukah sahabatku, dengan siapa ia berhadapan? Kejadian ini mengingatkan pada suatu hadits

“Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut.

Pada saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah”.

Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya.

Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejappun berada di tangan Malaikat Maut.

Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga.

Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit.

Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya).” (HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah)

“Sungguh sangat singkat kebersamaan kami di dunia ini , akan tetapi sangat banyak bekal yang dia bawa pulang. Biarlah dia bahagia di sana” Air matapun tak terasa mengalir deras dari pipi Yaqin.

Semoga Allah menjadikan akhir hidup kita husnul khatimah dan memasukkannya dalam golongan orang-orang yang mati syahid Aamiin.

Marilah kita berdoa, bermunajat kepada Allah. Semoga Allah mengampuni kita, dan menghapuskan kita dari segala dosa yang telah lalu.

Ya Allah,
Ampunilah semua dosa-dosa kami, baik sengaja atau pun tidak, berkahilah kami, ramahtilah kami, berikanlah kami hidayah-Mu agar kami senantiasa dekat kepada-Mu hingga akhir hayat.

Aamiin ya Rabbal'alamin