pos giv

Jaminan Rasululah

Diposting oleh Unknown | 16.53 | | 1 komentar »
من تكفل لى بما بين لحييه ورجليه أتكفل بالجنة

Barang siapa yang menjamin apa-apa yang di antara dua janggutnya (lisannya) dan diantara dua kakinya kemaluan, maka aku menjaminnya dengan surga al-hadits

Ada dua syarat yang menjadi jaminan baginda Rasulullah , yang bila kita mampu memenuhi dua syarat tersebut beliau menjamin dengan surga. Sangat sederhana syarat tersebut yang diajukan Rasulullah kepada para sahabatnya umumnya kepada kita selaku ummatnya.

Bagi para sahabat yang hidup langsung di bawah bimbingan Rasulullah sangat sederhana syarat tersebut, karisma dan wibawa Rasulullah sebagai hamba yang dibesarkan dalam bimbingan wahyu, secara psikologis lebih dari mampu untuk mengarahkan para sahabat kepada sesuatu yang di inginkan Allah dan rasul-Nya, ditambah lagi tempaan batin yang kontinu dari Rasulullah telah mendongkrak loyalitas ke Imanan dan ke Islaman para sahabat , sehingga seberat apapun sebuah perintah dan larangan bukanlah sesuatu beban bagi mereka.

Namun bagaimana dengan kondisi kita sekarang sesederhana itukah makna dari hadits tersebut, suatu ketika Rasulullah berbicara dengan para sahabat, Rasulullah  bersabda

“Tahukah kalian di antara ummatku yang terbaik ? para sahabat menjawab , “ mereka ya rasul ! adalah para sahabat terkemuka yang hidup sezaman dengan Engkau mereka menyertai dan berjihad bersamamu. Nabi menjawab “bukan ! ummatku yang terbaik adalah yang hidup belakangan setelah kalian, mereka jauh dari bimbinganku namun teguh memegang sunnahku.

Bukan tanpa sebab nilai plus yang diberikan Rasulullah atas ummatnya yang hidup di kemudian hari, lantaran tantangan dan kondisi lingkungankah yang membuat ummatnya mempunyai nilai lebih dari para sahabat yang hidup dan mendapat bimbingan langsung dari Rasulullah 

Menjaga lisan bukanlah perkara sederhana di jaman sekarang, di mana banyak bicara seakan sudah menjadi hal penting dan kebutuhan bahkan gaya hidup lebih rusaknya lagi ghaibah/ghosif sudah menjadi bagian dari mata pencaharian, seperti acara info taimen yang telah diharamkan oleh NU, bahkan bertambah rusak lagi manakala sang korban merasa di untungkan lantaran dapat mendongkrak popularitasnya , karena ghibah yang tertuju pada dirinya seakan menjadi iklan gratis.

Bila hal demikian yang terjadi maka seakan tak ada lagi sekat yang membedakan mana ghibah dan sanjungan bahkan dengan fitnah pun perbedaannya semakin kabur, yang kita tahu saat seseorang dibicarakan aibnya bila itu benar maka itu adalah ghibah bila salah akan menjadi fitnah.

Benarlah apa yang disabdakan baginda rasul “

سلامة الانسان لحفظا للسان

Selamatlah manusia bila mampu menjaga lidahnya.

Begitu pentingnya menjaga lisan sampai seorang ulama besar pada masa tabi’et tabi’en merasa gundah ketika di tanya saat akan ke Masjid , “hendak ke mana wahai syeh ?, sang ulama merasa gundah , bagaimana ini bila aku jawab ke masjid ini berarti ria bila bukan berarti aku bohong

Jaminan ke dua adalah menjaga kemaluan, kemaluan menjadi luas maknanya kini, bukan sekedar apa yang terdapat di antara dua kaki melainkan bermakna harga diri dan kehormatan, yang bila kita lalai dalam menjaganya akan menjadi hancur martabat dan kehormatan bukan hanya bagi pelakunya namun juga bagi keluarga dan orang-orang dekatnya.

Jodoh

Diposting oleh Unknown | 00.28 | | 1 komentar »
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.(QS 30;21)

Ayat tersebut seakan tak pernah lepas dari setiap undangan walimatusy Shafar, bahkan seolah selembar undangan belumlah lengkap tanpa ayat tersebut, begitu pun undangan yang aku terima dari salah seorang santriwati yang akan melangsungkan akadnya.

Saat membaca ayat tersebut teringat akan materi taklim yang pernah disampaikan oleh suamiku, 

Jodoh merupakan ayat atau  tanda-tanda kebesaran Allah, betapa tidak jodoh adalah sesuatu yang menjadi rahasia Allah, kita tidak pernah tahu siapa jodoh kita, sebuah ungkapan bijak mengatakan “garam di laut asam di gunung bertemu dalam satu belanga,. .saat aku mulai mengenal laki-laki dalam arti kata sebagai teman hidup tak pernah terlintas akan bersuamikan suamiku yang sekarang, kecuali yang aku inginkan seorang suami yang bisa membimbingku mencintai Allah menjadi Imam dalam keluarga mampu mendidik anak-anakku menjadi anak yang shaleh dan shaleha. Bagaimana mungkin aku yang orang Jawa/solo berjodoh dengan suamiku yang orang Madura, kalaulah bukan karena semua dalam skenario agung dari yang serba Maha.

Allah menjadikan pasangan hidup kita agar kita dapat tenang atau teteram, kalimat تسكن maknanya adalah tenang yang asalnya bergejolak, mungkin itulah gejolak saat perasaan cinta baru melanda , saat ingin perasaan di hati ingin selalu bersama, saat perasaan Cinta menyiksa di mana dekatnya takut berpisah, jauhnya pun menyiksa karena menahan rasa rindu, sedangkan untuk bersama terhalang oleh larangan syareah, namun saat Ijab dan Qabul telah terlaksana menjadi halallah semua kehendak, tenteramlah perasaan hati tak ada lagi perasaan takut berpisah karena keduanya telah terikat dengan hak dan kewajiban.

Saat awal pernyataan perasaan cinta kepada si dia semua kata dan prilaku menjadi semu, semua dibungkus se indah mungkin agar nampak terlihat dan terdengar memikat, ringkasnya kedua calon dan sepasang sejoli begitu pandai menyembunyikan kekurangan masing-masing, ini karena cinta, karena tak ingin si dia beralih kepada yang lain, hal itu bahkan terus berlanjut sampai melewati jenjang pernikahan , bahkan melewati bulan juga tahun.. hingga ada riak-riak kecil yang lumrah dalam perjalanan sebuah rumah tangga, maka mulai nampaklah sifat-sifat aslinya saat itulah diperlukan adanya “MAWADDAH , yang maknanya kasih atau rela memberi, rela menutupi kekurangan teman hidup sebagai wujud cinta, karena bukankah salah satu hakikat cinta adalah saling melengkapi, tidak ada manusia sempurna , istri, suami semua ada nilai minus dan plusnya, seorang sahabat mengatakan 

“ saat kamu melihat hal yang kurang dari pasangan hidupmu, lihatlah betapa banyak pada sisi yang lain kelebihannya.

Seorang ulama kondang mengatakan 

“ saat kita gundah karena kelakuan pasangan kita, lihatlah saat ia tertidur lelah, bisikkan dalam hati kita “ wahai yang telah menjadi teman hidupku , kau adalah teman dalam suka maupun duka, kau melayaniku tanpa kenal letih, kau korbankan separuh hidupmu, kau tinggalkan orang-orang yang kau cintai demi aku, hingga kini kau letih, lelah tertidur, sementara aku dengan begitu mudah mencelamu.

Hingga pada saat kecantikan dan ketampanan mulai memudar, bahu, kaki dan tangan tak sekekar waktu muda, saat ma’esyah (nafkah) tak lagi mudah dicari , mulai sedikit dan terbagi karena adanya buah hati di saat itulah kita butuh adanya “RACHMAT, yang maknanya sayang, karena saat usia seperti itu sudah tak perlu lagi ungkapan cinta melalui lisan , tapi harus lebih banyak terwujud pada perhatian dan saling memaklumi, itulah sayang yang sesungguhnya.

Maha suci Allah dengan ayat-Nya hanya dengan satu ayat saja bila kita amalkan sebuah biduk rumah tangga dapat tenteram hingga akhir hayat, apalagi bila kita menjalaninya dengan menapaki syareatnya atau menjadikan aturan Islam sebagai pondasi bahkan konsep dalam rumah tangga.

Wajarlah kalau pada akhir ayatnya Alah menutup dengan .

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

Wallahu a’lam bissawab.



Disaat wanita telah memasuki gerbang pernikahan, maka Allah akan menyediakan kesempatan bagi kita, untuk menjadi pribadi yang indah, bahkan jauh sangat lebih indah.

Dan sungguh, menjadi istri adalah sebuah keindahan yang tidak semua orang akan merasakan kesemua itu. Dan keindahan itu akan terasa sangat lebih indah saat kita dapat dari dalam hati menyadari dan ikhlas karena Allah tentang sebuah melayani
.
Lihatlah betapa indahnya dirimu dengan melayani, senyummu tampak sumringah karena ingin seseorang yang kau layani akan merasa terdamaikan oleh keadaan karena adanya dirimu. Walau dalam bagaimanapun adanya keadaanmu sendiri.

Lihatlah betapa damai dirimu dengan melayani. Kau berikan jatah pikiran dan luasnya dadamu yang memang kadang sudah terasa sesak, demi kebahagiaan suami yang kau layani. Mengerti bahkan saat beliau tidak mngerti keadaan beliau sendiri, mendengarkan keluh kesah beliau, merangkul semua kondisi kacau balaunya beliau lengkap dengan semua kenegatifan sikap yang saat itu ditampilkan kepadamu. Manusia ajaib mana yang akan dapat begitu memaklumi keadaan dengan tetap tenang, selain seseorang yang memang tahu arti dari melayani dan meniatkan semua karena Allah?

Lihatlah betapa teduhnya dirimu dengan melayani. Dalam keadaan yang sudah tidak memungkinkan bagi batin sabarmu untuk bisa bersabar lagi, kau masih berusaha mengkontrol  semua kemanusiawianmu sebagai wanita kebanyakan yang menangis, memaki, manja pada keadaan dan lain sebagainya. Kesemua karena kesadaranmu untuk tidak ingin memberatkan hati suami yang kau layani.

Lihatlah betapa cantiknya dirimu dengan melayani, kau tampilkan dirimu begitu elegan didepan suamimu, karena perasaan yang tak ingin mengecewakan beliau karena acak- acakannya dirimu.
Lihatlah betapa lembut dirimu dalam balutan kata- kata yang indah, serta nada bicara yang santun saat melayani. Siapa di dunia ini yang tidak punya potensi untuk berteriak dan berlaku kasar? namun dengan kesadaran melayani, maka pilihanmu pun jatuh untuk bersikap sebaliknya demi kedamaian yang kau layani. Bukan sia- sia pada akhirnya, yakinlah bahwa titik akhir dari semua itu, adalah paling tidak keadaan yang akan berbalik melayani dan memuliakan dirimu. Di dunia ini, dimana sih manusia yang tidak suka dimengerti oleh orang lain, apalagi jika manusia tersebut adalah suami kita sendiri?

Lihatlah betapa telah menjadi sabar dirimu saat melayani, teredamlah kemarahanmu karena kesadaran atas diri bahwa melayani itu indah. Indah dalam membahagiakan orang lain, dan bahkan indah dalam mengindahkan dirimu untuk terlalu jauh dalam berdekatan dengan emosi. Keluh kesah memang kadang ada, namun tidak bertengger terlalu lama dan terhapuskan dengan keindahan kesadaran bahwa pada saat tersebut, Allah ridho terhadap kita. disudut lain dari hati, diri diam-diam berdoa bahwa semoga Allah menghapus dosa- dosa kita lewat kesakitan tersebut.

Lihatlah betapa dengan melayani, kau telah memberikan pelajaran berharga kepada para suami untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah. Dengan pelayananmu, maka akan tersibukkan hari- harinya untuk bersyukur kepada Allah atas karunia keindahan sepertimu.

Subhanallah, betapa keajaiban dari kesadaran sebuah melayani, malah akan menjadikan diri kita mulia, bahkan lebih mulia dan terperbaiki. Dengan melayani kau menjadikan dirimu pantas untuk disayangi dan bahkan tidak terlalu pantas untuk disakiti. Dan bahkan semua manusia pasti hanya mempunyai satu hati untuk menyayangi, tidak lebih. dengan melayani kau menjadikan dirimu muara bagi suamimu, manusia tempatnya merasa kembali kerumah, untuk bisa merasa santai dan terdamaikan.

Melayani bukan menjadikan dirimu korban dan pihak yang selalu terkalahkan. Dengan melayani justru kau mengindahkan dirimu, dan menampilkan keadaanmu yang mungkin bakat itu tidak pernah kau sadari, bahwa kau bisa menjadi seindah itu. Benar- benar sebuah pendidikan diri yang sangat elegan dan berkelas.
Dan memanglah benar- benar indah jika sebuah pernikahan yang benar- benar ditujukan karena ingin beribadah kepada Allah. Sungguh benar ternyata bahwa dunia ini memang indah, dan seindah- indah perhiasan dunia adalah Wanita yang sholihah. Allah menjadikan kita indah dengan menjadi seorang istri, dan akhir dari sebuah niat adalah tergantung diri kita bagaimana menjadikan konsep keindahan itu untuk benar- benar menjadi indah. InsyaAllah...

(Syahidah/Voa-islam.com)

Rumah tangga

Diposting oleh Unknown | 07.44 | | 0 komentar »

Rumah tangga, ;bukan Cuma sebuah kata majemuk, namun sebuah ungkapan penuh makna 

suatu ketika  aku bertanya kepada suamiku tercinta apa filosofi dari ungkapan tersebut,
rumah ;mempunyai makna tempat tinggal, tempat berteduh sebuah rumah menyiratkan bahwa sepasang suami  istri harus sudah siap berumah sendiri, mandiri terpisah dari orang tua, kerabat bahkan teman  tempat mengadu dan berkeluh kesah yang bisa dilakukan saat masih melajang . semua dituangkan kepada pasangan tercinta, orang yang di cinta dan dengan cinta semua kekurangan boleh jadi menjadi sebuah kelebihan, dengan cinta masing-masing dapat memahami kekurangan pasangannya dan berlomba untuk saling melengkapi....”Subhanallah.. alangkah indahnya cinta itu, terlebih lagi bila kita mencinta karena Allah.

Tangga : sebuah kiasan dari aktivitas naik. Suka rela ataupun terpaksa sebuah rumah tangga akan menaiki tangga itu, itulah perjalanan waktu , ada sebuah ungkapan “usia pernikahan di bawah lima tahun adalah masa-masa rawan, walaupun di atas itu bukan jaminan rumah tangga akan aman sentosa. Sebuah ungkapan lain pun menyusul “semakin tinggi tangga itu dinaiki semakin kencang angin berhembus, semakin rawan kita terjatuh, dan semakin tinggi kita naik semakin besar risiko cedera saat terjatuh. untuk  menjaga tangga agar tidak terhempas,bukan hanya kekokohan tangan dengan makna prinsip yang dikerahkan namun juga  kelihaian dalam menjaga keseimbangan, maka karena itu boleh jadi kita harus mengorbankan sebuah prinsip agar tangga tidak jatuh terhempas.

Lalu siapa yang turut membantu menjaga keseimbangan rumah tangga kita ? orang tua yang bijak,..mertua yang bijak  !,, ..lalu mengapa mesti mereka ? bukankah sebuah keluarga harus mandiri , harus jauh dari intervensi siapa saja. Jangan lupa yang menikah bukan hanya sepasang sejoli yang berubah menjadi suami istri, namun menikah berarti menyatukan dua keluarga besar, itulah sebabnya Rasulullah menyuruh kita agar dalam mencari pasangan hidup bila mungkin carilah orang lain diluar keluarga kita, hikmahnya agar keluarga kita semakin bertambah, dan ini tidak akan terjadi manakala kita menikah dengan keluarga dekat.
Selayaknyalah sepasang suami istri sebisa mungkin menutup semua duka dalam masalah rumah tangganya dari orang tuanya, cukuplah sudah beban mereka selama ini dari melahirkan merawat dan membesarkan bahkan menikahkan kita, jangan tambah lagi dengan beban yang lain yang seharusnya bukan menjadi beban mereka , ceriterakan yang indah-indah untuk mereka tentang hubungan kita, agar mereka dapat menikmati hidup di akhir senja usianya.

Tapi adakalanya kehadiran mereka (orang tua)kita perlukan di saat tangga yang kita naiki diterpa badai , dan masing-masing merasa aman bila berpegangan dengan prinsipnya , tidak sadar bahwa yang dibutuhkan saat itu bukan prinsip yang ideal namun bagaimana menjaga keseimbangan agar tangga tidak jatuh terhempas, dan bila itu sampai terjadi yang terdengar nyaring di telinga adalah :

Anak siapa ? saudara siapa ?

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau (QS 2 ; 128)