Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.(QS 30;21)
Ayat tersebut seakan tak pernah lepas dari setiap undangan walimatusy Shafar, bahkan seolah selembar undangan belumlah lengkap tanpa ayat tersebut, begitu pun undangan yang aku terima dari salah seorang santriwati yang akan melangsungkan akadnya.
Saat membaca ayat tersebut teringat akan materi taklim yang pernah disampaikan oleh suamiku,
Jodoh merupakan ayat atau tanda-tanda kebesaran Allah, betapa tidak jodoh adalah sesuatu yang menjadi rahasia Allah, kita tidak pernah tahu siapa jodoh kita, sebuah ungkapan bijak mengatakan “garam di laut asam di gunung bertemu dalam satu belanga,. .saat aku mulai mengenal laki-laki dalam arti kata sebagai teman hidup tak pernah terlintas akan bersuamikan suamiku yang sekarang, kecuali yang aku inginkan seorang suami yang bisa membimbingku mencintai Allah menjadi Imam dalam keluarga mampu mendidik anak-anakku menjadi anak yang shaleh dan shaleha. Bagaimana mungkin aku yang orang Jawa/solo berjodoh dengan suamiku yang orang Madura, kalaulah bukan karena semua dalam skenario agung dari yang serba Maha.
Allah menjadikan pasangan hidup kita agar kita dapat tenang atau teteram, kalimat تسكن maknanya adalah tenang yang asalnya bergejolak, mungkin itulah gejolak saat perasaan cinta baru melanda , saat ingin perasaan di hati ingin selalu bersama, saat perasaan Cinta menyiksa di mana dekatnya takut berpisah, jauhnya pun menyiksa karena menahan rasa rindu, sedangkan untuk bersama terhalang oleh larangan syareah, namun saat Ijab dan Qabul telah terlaksana menjadi halallah semua kehendak, tenteramlah perasaan hati tak ada lagi perasaan takut berpisah karena keduanya telah terikat dengan hak dan kewajiban.
Saat awal pernyataan perasaan cinta kepada si dia semua kata dan prilaku menjadi semu, semua dibungkus se indah mungkin agar nampak terlihat dan terdengar memikat, ringkasnya kedua calon dan sepasang sejoli begitu pandai menyembunyikan kekurangan masing-masing, ini karena cinta, karena tak ingin si dia beralih kepada yang lain, hal itu bahkan terus berlanjut sampai melewati jenjang pernikahan , bahkan melewati bulan juga tahun.. hingga ada riak-riak kecil yang lumrah dalam perjalanan sebuah rumah tangga, maka mulai nampaklah sifat-sifat aslinya saat itulah diperlukan adanya “MAWADDAH , yang maknanya kasih atau rela memberi, rela menutupi kekurangan teman hidup sebagai wujud cinta, karena bukankah salah satu hakikat cinta adalah saling melengkapi, tidak ada manusia sempurna , istri, suami semua ada nilai minus dan plusnya, seorang sahabat mengatakan
“ saat kamu melihat hal yang kurang dari pasangan hidupmu, lihatlah betapa banyak pada sisi yang lain kelebihannya.
Seorang ulama kondang mengatakan
“ saat kita gundah karena kelakuan pasangan kita, lihatlah saat ia tertidur lelah, bisikkan dalam hati kita “ wahai yang telah menjadi teman hidupku , kau adalah teman dalam suka maupun duka, kau melayaniku tanpa kenal letih, kau korbankan separuh hidupmu, kau tinggalkan orang-orang yang kau cintai demi aku, hingga kini kau letih, lelah tertidur, sementara aku dengan begitu mudah mencelamu.
Hingga pada saat kecantikan dan ketampanan mulai memudar, bahu, kaki dan tangan tak sekekar waktu muda, saat ma’esyah (nafkah) tak lagi mudah dicari , mulai sedikit dan terbagi karena adanya buah hati di saat itulah kita butuh adanya “RACHMAT, yang maknanya sayang, karena saat usia seperti itu sudah tak perlu lagi ungkapan cinta melalui lisan , tapi harus lebih banyak terwujud pada perhatian dan saling memaklumi, itulah sayang yang sesungguhnya.
Maha suci Allah dengan ayat-Nya hanya dengan satu ayat saja bila kita amalkan sebuah biduk rumah tangga dapat tenteram hingga akhir hayat, apalagi bila kita menjalaninya dengan menapaki syareatnya atau menjadikan aturan Islam sebagai pondasi bahkan konsep dalam rumah tangga.
Wajarlah kalau pada akhir ayatnya Alah menutup dengan .
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
Wallahu a’lam bissawab.
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
like aja deh