pos giv

“Orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya; dan aku adalah yang terbaik bagi keluargaku.” (Hadits shahih. Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah)

Pura-pura manis, pura-pura ramah, pura-pura sabar. Yang serba “pura-pura” itu bisa dipertahankan selama beberapa menit, jam, atau hari. Tapi sangat sukar ditunjukkan secara terus-menerus, dalam tiap keadaan, kecuali ….

Kecuali bagi orang yang akhlaknya memang sudah demikian adanya.

Di satu sisi, hadits di atas menunjukkan bahwa karakter asli seseorang bisa dinilai dari perlakuannya terhadap keluarganya. Di sisi lain, hadits tersebut membawa kita merenungi hal lain.

Ada suami, istri, dan anak

Mari kita ambil asumsi sederhana. Sebuah keluarga akan tinggal dalam satu rumah. Sebuah rumah diisi oleh suami, istri, dan anak.

Hadits ini di atas jangan hanya ditodongkan kepada kaum suami saja. Sebenarnya, kalau kita selami lebih dalam, hadits tersebut menjadi peringatan bagi siapa pun. Bahwa sepanjang hidup dia sejatinya terus berlatih untuk menjadi lebih baik.

Oleh sebab itu, istri jangan rewel mau suaminya instan menjadi shalih dalam hitungan hari. Suami juga mesti paham betul bahwa istrinya perlu waktu untuk mengubah akhlak buruk menjadi akhlak karimah. Orang tua juga sepatutnya maklum bahwa anak-anak mereka perlu waktu dan proses untuk berlatih lebih baik, dalam hal duniawi maupun ukhrawi.

Bilamana seisi rumah menyadari hal itu, terciptalah “baiti jannati”. Sebuah surga dunia yang jadi perteduhan bagi penghuninya. Surga dunia yang jadi tempat berlatih kebaikan.

Mungkin si suami punya karakter pemarah. Dia bisa berlatih menjadi seseorang yang lembut. Tentu, latihan itu bisa berawal dari rumahnya. Jadi, istri mesti maklum jika suaminya sedang menjalani proses “latihan” tersebut. Ada kalanya dia ingat lalu bersikap lembut, ada kalanya kecolongan lalu amarah menguasainya.

Mungkin si istri tak cukup pandai mengatur waktu. Dia bisa berlatih menjadi seseorang yang bijak-waktu di rumahnya. Jadi, suami sepatutnya sabar mendampingi istrinya yang sedang berlatih menjadi lebih baik.

Mungkin si anak belum cukup semangat dalam belajar. Di rumah, semangat itu bisa ditumbuhkan. Orang tua selayaknya sadar akan hal ini.

Jadikan rumah sebagai surga bagi penghuninya. Tempat berteduh yang mendatangkan rasa aman dan nyaman. Tempat kembali untuk menjadi manusia yang lebih baik. Hingga kelak dia bisa keluar berbaur dengan masyarakat, dengan akhlak terbaik, insya Allah.
Baiti Jannati Rumahku Surgaku
Pahamilah, jika kita hidup bersama dalam satu atap, setiap penghuninya tak akan berhenti berlatih menjadi lebih baik. Saling memahami, saling menghargai, saling mengasihi. Dampingi dengan kesabaran, dekap dengan cinta, tuntun dengan kehangatan, sertai dengan tawakal dan doa kepada Allah.

Baiti Jannati, Rumahku Surgaku.

Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar

Posting Komentar

Sampaikan komentar anda di bawah ini