Pada pagi harinya
sang raja menyuruh penasehatnya memanggil semua juru tafsir mimpi dan
terpilihlah tiga orang penafsir mimpi yang sudah dipercaya akurasi tafsirnya.
Lalu raja menceriterakan
mimpinya kepada ketiganya dan meminta satu persatu menafsirkan mimpinya .
Yang pertama maju
berkata “ ampun tuanku tuanku akan di bunuh beserta seluruh keluarga.
Rajapun marah
dengan tafsir mimpinya , maka beliau memerintahkan untuk menghukum
bunuh penafsir
tersebut.
Lalu yang kedua
maju “ ampun tuanku , di kerajaan ini akan terjadi pemberontakan dari para
penghianat negara , mereka dendam terhadap tuan , mereka akan menguasai
kerajaan ini , dan sebagai pelampiasannya mereka akan membunuh satau persatu
keluarga istana dimulai dari isteri , lalu anak anak paduka di depan tuanku ,
yang terakhir setelah mereka puas melampiaskan dendamnya , mereka akan membunuh
paduka juga. Raja pun bertambah marah , penafsir yang kedua pun di hukum bunuh.
Maka majulah penafsir
yang terakhir dia berkata “ tuanku berbahagialah , bahwa umur paduka lebih
panjang dari umur isteri dan anak anak paduka.
Rajapun senang
penafsir pulang dan diberi hadiah.
Inti dari tafsir
dan apa yang akan dikatakan penafsir sebenarnya sama saja , yakni raja beserta
seluruh keluarganya akan mati dalam sebuah pembrontakan , namun kepandaian
mengolah kata dalam kalimat membuat nasibnya berbeda.
Yang pertama
terlalu ringkas tapi menyakitkan
Yang kedua memang
logis tapi panjangnya cerita membuat
alur rangkaian ceitera menjadi dramatis sehingga menakutkan dan menegangkan.
Yang ketika ,
ringkas namun menghadirkan harapan bahagia .
Ini hanyalah
sebuah cerita, namun hikmahnya cukup
bagus , yakni pandai pandailah menyusun kata ketika menyampaikan sesuatu ,
mungkin maksudnya baik , lantaran tidak pandai menyusun kata malah menyakitkan
si pendengar , biasakan terampil menyusun kalimat yang santun , dan bisa menghadirkan senyum ..”Tabassanuka
fi akhika laka shadaqatun (senyummu kepada saudaramu adalah sedekah) .. namun
berartikah sebuah senyuman bila lawan bicara kita telah lebih dahulu tersakiti.
maka menghadirkan ucapan yang menumbuhkan senyuman dan rasa bahagia itu
(menurut saya) lebih tepat, dan itu butuh keterampilan dan pembiasaan.
Seorang guru yang bijak tidak akan mengumumkan anak muridnya yang
belum bayaran , karena akan menimbulkan rasa malu , maka cukup ia menyampaikan
terima kasih kepada yang telah melunasinya.
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar
Posting Komentar
Sampaikan komentar anda di bawah ini