Sering
sekali yah…kita mendengar
para muslimah berkata,
“Mendingan jilbabin hati dulu daripada luarnya”
Atau
“Kan sama aja! Berjilbab tapi hatinya jelek. Mendingan jilbabin hati dulu deh”
Sekilas, pernyataan tersebut bisa dianggap logis dipikiran
orang-orang yang “menolak mentah-mentah” untuk memakai berjilbab. Mereka
merasa, bahwa banyak yang berjilbab tapi, sayang.. Sikap dan hatinya pun tak
seindah jilbab yang dirinya kenakan. Memang, sifat baik maupun buruk bisa
dirasakan. Tapi, sebenarnya kita tidak bisa menilai orang dari sifatnya!
Karena, hanya Allah yang tahu bagaimana sikap setiap orang yang “aslinya”.
Tapi, pada dasarnya, jilbab adalah perintah Allah dan
Rasul-Nya.
“Katakanlah
kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…” (An-Nur:31).
Maka jilbab
adalah sebuah kewajiban bagi kita sebagai muslimah untuk menutup auratnya.
bukan mengumbar auratnya. Guruku pernah berkata untuk menjawab pernyataan itu :
“ya sudah, kalau memang ada istilah menjilbabkan hati. Maka
sekalian saja tubuh telanjang tapi hatinya di jilbabkan”
Dan tahukah? isi hati itu hanya Allah azza wa jala yang
tahu. Dan Dialah yang mampu membolak-balikan hati. Ada juga temanku yang bilang
ke Indah seperti ini:
“gimana ya .. Aku tuh mau berjilbab tapi, waktu lihat banyak
orang berjilbab pada gak bener.
Aku malah takut nanti aku ikut-ikutan”, keluh temanku.
Ukhti memulai
memang sulit. Apalagi buat yang tidak terbiasa menggunakan
jilbab. Harusnya pendidikan mengenakan jilbab harus dimulai dari usianya sd. Oh
ya, seseorang yang sudah baligh, maka ia akan tahu cara membedakan mana yang
“baik” dan mana yang “buruk”. Dan mana yang harus “didekatkan” dan apa yang
harus “dijauhkan”.
Allah memberikan kita pikiran! Dan ketika kita sudah baligh,
kita bisa mengoptimalkan pikiran kita. Dan ketercualian bagi orang-orang yang
sengaja Allah butakan mata, hati, dan telinganya. Yang berlandaskan “summum
bukmun umyun fahun” mereka tuli, bisu, dan buta. Itulah orang-orang munafik
yang selalu mengandalkan hawa nafsunya. Dan bisa disimpulkan, bahwa sebenarnya.. Muslimah yang tidak
berjilbab yang sering mengutarakan opini yang sebenarnya sangat familiar dan
sepele.. Adalah hasil dari pemikirannya. Dan dibumbui dengan hawa nafsu.
Mungkin hati menginginkan untuk menganakan jilbab. Tapi, hawa nafsu berkata
bahwa ia tidak menginginkan untuk berjilbab. Makanya itu.. Harusnya kita bisa
mengandalkan akal sehat kita. Bukan tunduk kepada musuh yang sulit dikalahkan,
yaitu.. Hawa nafsu.
Semua! Ada jalannya. jika ukhti mau berusaha, tawakal, dan
semangat. Semua bisa dan jilbab bisa menjadi nyaman bagimu, ukhti.. Jika
engkau, jadikanlah jilbab sebagai kebutuhan, bukan keterpaksaan! Engkau cantik,
jika pakai jilbab. Jangan umbar auratmu. Ukhti!