ke empat : Kami telah beriman
ke empat : Kami telah beriman
# Bila Kematian Itu Tiba #
Usia muda, segar bugar, bukan berarti datangnya ajal masih lama..
Ajal sudah Allah tentukan waktunya, tempat dan caranya..
Dunia memang hanya tempat singgah, tempat mengumpulkan bekal untuk kehidupan yang lebih kekal.. yaitu kehidupan akhirat..
"Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal." (QS At-Taubah : 51)
Kita semua ingin husnul khatimah, ingin nikmat kubur, ingin surga.. tapi sudah kah kita beramal sesuai dengan yang Allah 'azza wa Jalla dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam inginkan? Sudahkah kita perbaiki amalan hati, lisan dan badan kita?
Mungkinkah kita sampai ke lantai atas bila tidak menyiapkan tangga dan menaikinya?
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang diantara mereka, (barulah) dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku bertaubat sekarang.’” (QS. An-Nisaa’: 18)
"Aku tahu bahwa rizqiku tidak akan dimakan orang lain, maka tenanglah jiwaku.
Aku tahu bahwa amalku tidak dikerjakan orang lain, maka aku disibukkannya.
Aku tahu bahwa kematian akan mendatangiku dengan tiba-tiba maka aku segera mempersiapkannya,
Dan aku tahu bahwa aku tidak akan terlepas dari pantauan Allah dimanapun aku berada, maka aku malu (untuk bermaksiat) kepada-Nya." [ Hatim al-A'sham ]
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Join: @muslimahorid
Telegram: https://telegram.me/muslimahorid
Arab Baduwi Mendengar Al Quran Pertama Kali
Sepulang dari sebuah masjid, Al Ashma'i salah seorang ulama besar bertemu seorang arab baduwi. Arab baduwi dikenal tidak memiliki ilmu dan adab.
Arab baduwi mengucap salam dan Al Ashma'i menjawabnya.
Arab baduwi: "Dari suku mana anda?"
Al Ashma'i: "Dari suku Ashma'."
Arab Baduwi: "Oh, kamu Al Ashma'i?"
Al Ashma'i: "Benar."
Arab Baduwi: "Anda baru datang dari mana?"
Al Ashma'i: "Dari tempat yang dibacakan di dalamnya kalam (ucapan) Ar Rahman."
Arab Baduwi: "Apakah Allah punya kalam yang dibaca oleh makhluk?"
(Sampai sebegitunya, Arab baduwi tidak tahu adanya Al Quran)
Al Ashma'i: "Benar."
Arab Baduwi: "Bacakan untukku ucapan-Nya!"
Al Ashma'i membacakan surat Adz dzariyat hingga sampai ayat:
وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ
Dan di langit terdapat rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.
Arab Baduwi: "Benarkah seperti itu kalam Allah?"
Al Ashma'i: "Benar."
Arab Baduwi itu kemudian menghunus pedangnya, menyembelih untanya, mengulitinya dan membagikannya kepada orang-orang yang lewat.
Al Ashma'i ikut membantu membagikan sambil terheran-heran.
Arab baduwi pergi sambil terus membaca ayat tersebut.
Al Ashma'i merenung dan menghardik dirinya sendiri: "Kemana kau wahai Al Ashma'i yg sudah 30 tahun membaca Al Quran. Ini Arab Baduwi baru sekarang mendengar ayat..."
Setelah sekian lama, Al Ashma'i haji bersama Khalifah Harun Ar Rasyid.
"Al Ashma'i....Al Ashma'i...," suara lirih memanggilnya.
Al Ashma'i menengok dan dijumpainya Arab Baduwi yang pernah ditemuinya itu.
Arab Baduwi: "Bacakan untukku ucapan Ar Rahman yang waktu itu."
Al Ashma'i kembali membaca surat Adz Dzariyat.
Arab Baduwi: "Apakah Ar Rahman mempunyai ucapan lain?"
Al Ashma'i: "Iya."
Arab Baduwi: "Bacakan untukku."
Al Ashma'i melanjutkan ayat tersebut:
فَوَرَبِّ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنطِقُونَ
Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.
Arab Baduwi langsung berkata:
"Siapa yang membuat Allah yang Maha Agung marah, sampai Dia harus bersumpah?"
Beberapa kali diucapkannya ayat itu dan Arab baduwi meninggal.
Bacalah ulang kalimat terakhir arab baduwi di atas. Pahamkah cara berpikirnya?
Kalau tidak, maka pemahaman kita terhadap Al Quran lebih rendah dari Arab Baduwi yang baru pertama mendengar ayat...
Sudah sejak kapan kita membaca Al Quran...?
Sudahkah bisa menggerakkan akal dan hati kita?
Lebih rendah dari arab baduwi...???
Astaghfirullah....ampuni ya Robb...
- Budi Ashari, Lc -
PERLU ANDA RENUNGKAN......
IRONI DAN REALITA DI ZAMAN KITA!
Banyak rumah besar --- keluarganya makin kecil
Gelar makin tinggi --- akal sehat makin rendah
Pengobatan makin canggih --- kesehatan makin buruk
Travelling keliling dunia --- tak kenal dengan tetangga
Penghasilan bertambah --- tak ada ketentraman jiwa
Kualitas ilmu tinggi --- kualitas emosi rendah
Manusia makin banyak --- rasa kemanusiaan makin menipis
Pengetahuan makin bagus --- kearifan makin berkurang
Banyak teman di dunia maya --- sdikit punya sahabat sejati
Minuman keras makin banyak --- air bersih makin berkurang
Pakai jam tangan mahal --- selalu kekurangan waktu
Al Qur’an banyak dihafal --- sedikit sekali yang mengamalkan
Belajar semakin mudah --- guru makin tak berharga
Teknologi informasi kian canggih --- fitnah dan aib makin banyak tersebar
Orang yang sedikit ilmu banyak bicara --- orang yang banyak ilmu terdiam
Akhir zaman… tampak jelas dihadapan kita ya ikhwah!
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ . .
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati dan dari keburukan fitnah Al Masih Ad Dajjal” (HR. Muslim no. 588)
Follow channel telegram @kajianislam untuk mendapatkan informasi seputar agama Islam
Ya Tuhan, walau ribuan kali Kau campakkan mawar yang kupersembahkan untukMu, aku tetap mencintaiMu dan memaksaMu untuk mencintaiku. Aku tak pernah putus asa melamarMu, walau Kau pura-pura tak mengenalku saat aku tersenyum kepada-Mu.
Tuhan, aku tak memiliki kekayaan shalat dan puasa yang melimpah untuk meminangMu, namun aku punya hati yang kuharamkan bagi selainMu. Memang aku sering merayuMu dengan janji-janji gombalku, tapi aku memang benar-benar tak mungkin hidup tanpaMu.
Kau siksa aku dengan api cinta, dan panas kerinduannya. Kutunggu Kau wahyukan kepadanya, "jadilah dingin dan menyelamatkan bagi hambaKu". Seperti Kau mewahyukan kepada api cinta Ibrahim yang menggelora kepadaMu, agar ia menjadi dingin dan menyelamatkan bagi Ibrahim.
Duhai dalam cinta kepadaMu, bercampur antara nikmat dan sakit, jauh dan dekat, kenal dan asing serta gembira dan sedih.
@muara cinta
Follow channel telegram @kajianislam untuk mendapatkan informasi seputar agama Islam. Mari berbagi kebaikan
KARENA TAKUT API NERAKA, ANAK KECIL ITU MENANGIS
Diposting oleh Unknown | 08.12 | Maesah | 0 komentar »KARENA TAKUT API NERAKA, ANAK KECIL ITU MENANGIS
Dalam sebuah riwayat mengisahkan bahwa ada seorang lelaki tua sedang berjalan-jalan di tepi sungai, saat dia sedang berjalan-jalan dia melihat seorang anak kecil sedang mengambil wudhu’ sambil menangis.
Orang tua itu melihat anak kecil tadi menangis, dia pun berkata, “Wahai anak kecil, kenapa kamu menangis?”
Maka berkata anak kecil itu, “Wahai paman saya telah membaca ayat al-Qur’an sehingga sampai kepada ayat yang berbunyi, “Yaa ayyuhal ladziina aamanuu quu anfusakum” yang bermaksud, ” Wahai orang-orang yang beriman, jagalah olehmu sekalian akan dirimu.”
Saya menangis sebab saya takut akan dimasukkan ke dalam api neraka.”
Berkata orang tua itu, “Wahai anak, janganlah kamu takut, sesungguhnya kamu terpelihara dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalam api neraka.”
Berkata anak kecil itu, “Wahai paman, paman adalah orang yang berakal, tidakkah paman melihat ketika orang menyalakan api maka yang pertama sekali yang mereka akan letakkan ialah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu kemudian baru mereka letakkan yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar dahulu sebelum dibakar orang dewasa.”
Berkata orang tua itu, sambil menangis, “Sesungguh anak kecil ini lebih takut kepada neraka daripada orang yang dewasa maka bagaimanakah keadaan kami nanti?”
SUBHANALLAH..
Pelajaran berharga untuk kita, betapa pola pikir lugu sang anak membawanya menjadi sosok yang begituh takut kepada neraka. Maka bagaimana dengan kita?
@Al Kautsar
Follow channel telegram @kajianislam untuk mendapatkan informasi seputar agama Islam
Bertambahnya noda hitam dalam hati (Dosa)
Adakah diantara manusia saat mengetahui bahwa ia melakukan dosa namun tidak meninggalkannya? Pertanyaannya dimana letak akalnya yang berfungsi memahami? Apakah Ia meninggikan Syariat dengan akalnya atau jatuh karena kuatnya perasaannya?
Sesungguhnya kecerdasan ialah sinyal keimanan. Bila iman redup pertanda bahaya. Barangkali dosa telah menguasainya.
Rasulullah saw bersabda -Sesungguhnya seorang mukmin apabila berbuat dosa maka terdapat noda hitam didalam hatinya, apabila ia mau meninggalkan, bertobat dan beristighfar maka hatinya akan kembali jernih, akan tetapi apabila terus menerus melakukan dosa maka bertambahlah noda-noda itu hingga penuh-
Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu menutup hati mereka (H.R Ahmad)
(Al Kautsar,2015)
Follow channel telegram @kajianislam untuk mendapatkan informasi seputar agama Islam
Jika anda sholat berjam'ah lantas tidak bisa khusyu' maka jangan salahkan imam, dengan alasan suara sang imam buruk...,
Jika anda berkaca lantas tanpak wajah anda yang kurang rupawan maka jangan salahkan cermin...
jika anda memiliki rambut yang kurang berkilau maka jangan salahkan sampo yang anda pakai...
jika anda belajar lantas kurang paham apa yang disampaikan guru maka janganlah salahkan sang guru....
jika ... , jika....
Belajarlah menyalahkan dan mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu sebelum menyalahkan orang lain. Para salaf menasehati aga tatkala kita melihat orang lain kita berusaha untuk melihat kebaikan-kebaikan mereka, adapun tatkala kita melihat diri kita sendiri maka hendaknya kita berusaha melihat kekurangan-kekurangan kita agar kita tidak tertimpa penyakit ujub, dan agar kita mudah mengakui serta menghargai kelebihan orang lain, serta berusaha mencari udzur untuk kesalahan orang lain.
Untuk Para Istri Sholehah
Syaikhul Islam berkata,
وليس على المرأة بعد حق الله ورسوله أوجب من حق الزوج
"Tidak ada hak yang lebih wajib untuk ditunaikan seorang wanita –setelah hak Allah- dari pada hak suami" (Majmuu' Al-Fataawaa 32/260)
Ibnul Jauzi berkata,
«وينبغي للمرأة العاقلة إذا وجدت زوجًا صالحًا يلائمها أن تجتهد في مرضاته، وتجتنب كل ما يؤذيه، فإنها متى آذته أو تعرضت لما يكرهه أوجب ذلك ملالته، وبقي ذلك في نفسه، فربما وجد فرصته فتركها، أو آثر غيرها، فإنه قد يجد، وقد لا تجد هي، ومعلوم أن الملل للمستحسن قد يقع، فكيف للمكروه»
Seyogyanya seorang wanita yang berakal jika ia mendapatkan seorang suami yang sholeh yang cocok dengannya untuk bersungguh-sungguh berusaha untuk mencari keridoan suaminya dan menjauhi seluruh perkara yang menyakiti suaminya. Karena kapan saja ia menyakiti suaminya atau melakukan sesuatu yang dibenci suaminya maka akan membuat suaminya bosan dengannya, dan kebencian tersebut akan tersimpan di hati suaminya. Bisa jadi sang suami mendapatkan kesempatan maka sang suami akan meninggalkannya atau mengutamakan istrinya yang lain. Karena sang suami bisa jadi mendapatkan (istri yang baru) sedangkan ia belum tentu mendapatkan (suami yang baru). Padahal diketahui bersama bahwasanya rasa bosan itu bisa menimpa pada perkara yang baik, bagiamana lagi terhadap perkara yang dibenci" (Ahkaamun Nisaa' li Ibnil Jauzi)
Imam Ahmad pernah berkata tentang istrinya Ummu Sholeh 'Abbasah binti Al-Fadhl,
أقامت أم صالح معي ثلاثين سنة، فما اختلفت أنا وهي في كلمة.
"Ummu Sholeh tinggal bersamaku selama tiga puluh tahun, tidak pernah kami berselisih dalam satu permasalahanpun" (Taarikh Bagdaad 14/438)
# Bukti Cinta Kepada Allah #
by Syaikh Prof. DR. Abdurrozaq bin Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr
Ibnu Katsir menyebutkan dalam kitab tafsir beliau, dari imam al Hasan Al Bashri - semoga Allah merahmati beliau- bahwa beliau berkata, " Ada sekelompok orang yang mengaku-aku dengan mengatakan: Sesungguhnya kami mencintai Allah dengan kecintaan yang kuat. Maka Allah menurunkan firmanNya :
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ {31}
"Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Ali Imron 31)
Oleh karena itu, para ulama menamakan ayat yg mulia ini sebagai Ayatul Mihnah ( Ayat untuk menguji benar atau tidaknya pengakuan kecintaan kepada Allah ).
Ini berarti bahwa setiap orang yg mengaku mencintai Allah maka harus dilihat amal perbuatannya; apakah dia mengikuti ( petunjuk dan sunnah ) Rosulullah shollallahu alaihi wasallam ( atau tidak). Kalau dia benar-benar mengikuti (petunjuk dan sunnah) Rosulullah shollallahu alaihi wasallam dan berjalan diatas jalan beliau Shollallahu alaihi wasallam yg lurus, maka ini merupakan bukti nyata dan pertanda jelas yang menunjukkan benarnya pengakuan cinta ( kepada Allah).
http://salamdakwah.com/baca-artikel/bukti-cinta-kepada-allah.html
download bukunya di http://salamdakwah.com/buku-detail/meniti-jalan-meraih-kecintaan-allah.html
# Bukti Cinta Kepada Allah #
@radiomuslim
Andai Waktu Bisa Kubeli
Syaikh Ali Thantawi dalam kitab beliau “Dzikrayaat” mengisahkan tentang seorang ulama besar bernama Jamaludin Al-Qasimi.
Suatu ketika beliau ini melewati sekumpulan anak muda yang suka foya-foya dan menghabiskan waktu mereka dalam maksiat. Melihat keadaan seperti itu, Syaikh Jamaludin Al-Qasimi lantas berkata,
ليت أنَّ الوقت يباع ويشترى لاشتريت منهم أوقاتهم
“Andai saja waktu itu bisa dijual dan dibeli, sungguh akan kubeli waktu mereka..”
Saking merasa sayangnya terhadap waktu yang pergi sia-sia; tanpa faedah, dan karena saking sibuknya beliau dalam mengajarkan ilmu dan menulis buku.
Dikatakan jumlah buku karya beliau melebihi umur beliau. Umur beliau 50 th, sedang kitab karangan beliau melebihi 50 judul kitab. Syaikh Muhammad Rasyid Ridho dalam majalah Al Manar menerangkan bahwa karya beliau mencapai 80 judul buku. Diantara karya beliau adalah “Mahaasinut Ta’wiil“; kitab tafsir setebal tujuh belas jilid.
Seandainya kita katakan beliau mulai mengarang kitab sejak tahun pertama beliau keluar dari perut ibu. Maka untuk mencapai 50 karya buku dalam usia yang 50 th; setiap tahunnya beliau menulis satu judul buku. Ini bila beliau mulai menulis di tahun pertama kelahiran beliau. Tentu ini suatu hal yang mustahil, anak bayi baru lahir bisa nulis buku.
Minimal secara kasat mataseorang mulai mampu menulis buku di usia dewasa, kisaran 14 atau 15 tahun. Ini baru hitungan-hitungan 50 buku, 80 judul buku?!
Anda bisa bayangkan, dalam setahun berapa buku yang beliau tulis. Inilah Syaikh Jamaluddin Al-Qasimi..Sungguh umur yang diberkahi, kehidupan yang indah penuh dengan kebaikan; mengajarkan ilmu dan berkarya..
Rahimahullah.. Semoga Allah merahmati beliau.
—
Penulis: Ust. Ahmad Anshari
Artikel Muslimah.Or.Id
@muslimahorid
~ Menanti Hujan yang Tak Kunjung Turun.... ~
Kita menanti hujan...
Berminggu-minggu hingga berbulan-bulan...
Negeri kita dari ujung ke ujung...
Tengah menanti hal yang sama…
• Hujan...
Sumur kita mulai kering...
Hutan yang terbakar semakin sulit dipadamkan...
Asap yang menyesakkan dada belum bisa dihilangkan...
Dan kita semua tengah menanti berkah dari langit…
• Hujan...
Kita berdoa kepada Allah...
Kita mengangkat tangan ke langit-Nya...
Kita memohon pertolongan dari-Nya...
Hati kita merintih habis-habisan demi meminta diturunkannya…
• Hujan...
Namun ternyata hujan tak kunjung turun...
Apa yang salah...?
Doa kita kurang panjang...?
Sujud kita kurang lama...?
Tangis kita kurang menganak sungai...?
Hati kita kurang memelas...?
• Duhai …
Mungkin dosa kita terlalu banyak...
Tapi kita lupa beristigfar...
Mungkin dosa kita terlalu banyak...
Tapi kita anggap itu biasa-biasa saja.
Hujan tak kunjung turun...
Kita malah memanggil pawang hujan...
Hujan tak kunjung turun...
Kita malah minta tolong kepada orang mati yang sudah terbaring di kuburan.
Kita kaya, tapi pelit bersedekah...
Dengan mudah kita belanja baju ratusan ribu...
Tapi kita selalu berpikir panjang bila ingin memberi sedikit makan untuk tetangga yang kelaparan...
Kita tahu aib orang,
Lalu kita serempet-serempet di media sosial...
Hidup sibuk membuka borok orang lain...
Tapi kita tak sempatkan waktu untuk melihat kelemahan diri sendiri.
Kita berilmu agama tapi tak bersemangat mengamalkannya...
Kita menasihati orang bagai hakim yang akan mengetuk palu peradilan...
Kita tak sabar dalam beramar ma’ruf...
Dan kita tak bersikap hikmah dalam nahi mungkar.
Kita tertidur dengan handphone di tangan...
Seiring terlelapnya kita, barulah kita beristirahat dari interaksi dengan jagad maya...
Padahal kita selalu malas tuma’ninah dalam shalat...
Kita malas membaca Al-Qur’an, meski satu halaman saja...
Dosa kita menggunung,
Tapi kita enggan introspeksi diri...
Kita enggan mengakui kesalahan...
Kita enggan beristigfar.
Kita yakin hujan tak kunjung turun...
Karena dosa orang lain...
Bukan karena kita yang punya banyak dosa...
Bukan karena kita yang lalai mengingat Allah.
Untuk kaum muslimin Indonesia,
Mari kita mulai dengan muhasabah...
Kita akui dosa-dosa kita di hadapan Allah...
Kita beristigfar dan berusaha memperbaiki diri....
Mari kita dirikan shalat istisqa’...
Memohon belas kasih dari-Nya...
Yang Maha Pengampun...
Lagi Maha Penyayang...
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohon ampunlah kepada Tuhanmu – sesungguhnya Dia Maha Pengampun –
Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
Memperbanyak harta dan anak-anakmu, menyediakan untukmu kebun-kebun, dan menyediakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
(QS. Nuh: 10-12)
**
Oleh Redaksi WanitaSalihah.Com
Artikel WanitaSalihah.Com