Ia berangkat sendiri dari negaranya dan langsung menuju Jakarta sebagai Ibu kota Indonesia, ia tiba pada siang hari di bandara Soekarno Hatta .
Saat Istirahat mulailah ia dengan petualangannya, yakni ingin mengamati kehidupan umat Islam Indonesia dari dekat, lihat kanan, lihat kiri, menengok ke belakang menatap ke depan, ia mencari-cari sasarannya,.. ia heran.. ia celingukan seperti kebingungan... sekian lama ia lakukan itu namun sepertinya tak menemukan yang di carinya, dalam hati ia bertanya ,
“aina Muslimah, aina muslimah (di mana wanita Muslim, di mana wanita Muslim ),
“hakikatan athlubuha (sebaiknya aku cari saja) iapun berjalan di antara kerumunan banyak orang, baik lelaki maupun wanita.
Kenapa sang syeh bertanya seperti itu ? yakni “di mana wanita Muslim,? karena dalam pemahamannya sebagai seorang ulama , yang namanya wanita Muslim harus menutup aurat, sebagaimana yang dianjurkan dalam al-qur,an, apapun aktivitasnya tidak boleh mengabaikan identitasnya sebagai kaum hawa, baik kepada masyarakat utamanya kepada Allah dan keluarga yang dicintainya.
Iapun berjalan hingga tiba di sebuah Masjid setelah shalat Ashar dia duduk di beranda masjid, tak lama kemudian ia melihat seorang wanita dengan sepatu hak tinggi, baju ketat dengan rok mini dan rambut terurai berjalan ke arah masjid, dengan tas kecil di tangannya, sang Syeh kaget, ia terheran-heran sambil bertanya dalam hati “man hia ? (siapa wanita ini ?) ila aina hadhihil mar atu ?(mau ke mana perempuan ini ?) ma tasna’u fil masjid (apa yang akan ia perbuat di dalam masjid), sesaat kemudian wanita itu menuju tempat wudhu lalu mengeluarkan isi tasnya yang ternyata mukena, lalu wanita itu sahalat, wanita itu shalat dengan khusus, sang syah memperhatikan tidak ada yang salah dalam shalatnya dalam segi gerakannya.
Cerita di atas entah fiktif entah nyata, namun yang jelas itulah realita yang kini terjadi, bahwa sebagian kita sebagian umat Islam hanya ber Islam saat di Masjid, kita begitu khusus dalam shalat , begitu serius saat mendegar tausiah , bahkan sambil menangis saat mengaminkan sebuah doa, kita begitu larut, hanyut dan tenggelam dalam alunan dizikir, tapiii, semua itu jarang kalau tidak boleh dikatakan “tidak ada, yang membawa suasana itu ke dalam kehidupan sehari-hari, yang saya maksud implementasi dari ber Islam kita dalam kehidupan sehari-hari.
Kita jarang membawa Islam ke tempat kerja, ke toko, ke pasar, ke sekolah bahkan kita malu menampilkan ke Islaman kita, terutama kaum wanitanya dengan menutup aurat yang menjadi chiri bahwa dia sebagai seorang muslimah.
Islam yang Allah turunkan sebagai sarana untuk kemuliaan manusia namun di anggap sebagai benalu yang menghalangi kreativitas lalu kalau bukan kita selaku pemeluknya siapa yang akan menampilkan keunggulan Islam, Islam adalah Dinullah (agama Allah) tidak akan hilang dari muka bumi, namun tidak ada jaminan apakah Islam masih akan ada di rumah kita , lalu kalau begitu kapan kita bisa dengan kebanggaan hati mengatakan”
فقولوا اشهدوا بأنا مسلمون
Katakanlah “saksikan oleh kalian bahwa kami adalah muslim !.. (QS 3;64)
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
Alhamdulillah.....