Yuk berjilbab yang syar’e !.
.
Ayat tentang jilbab turun pada sore hari,
maka pada malam harinya maka para sahabiyah (kaum Akhwat sahabat nabi)
sebagian besar mereka tidak keluar bahkan tidak tidur pada malam hari, mereka
merajut kain baik dari seprey maupun bahan lainnya utnuk dapat memakai jilbab
sesuai yang di wahyukan oleh Allah.
Itulah sekilas tentang
antusiasme kaum akhwat pada masa nabi, ghirah mereka dalam berIslam tidak mau
kalah dengan kaum lelaki.
Lalu bagaimana jilbab syar,e yang mudah kita fahami ?
Jilbab dari segi takrif bahasa adalah, kain panjang yang menjulur menutupi
rambut sampai ke dada sesuai dengan firman Nya.
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu,
anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 33;59)
Bila kita telaah, teliti dan fahami dengan ikhlas dan membuang segala
kehendak hawa nafsu kita dalam berpenampilan semata mata sebagai seorang Muslim
yang ingin mendapat ridha Allah, tak terkecuali dalam berbusana agar bernilai
ibadah , maka kita akan mendapatkan kejelasan apa yang Allah inginkan, adalah
untuk keuntungan kita sendiri.
Jilbab sebagai busana sebagaimana fungsinya adalah untuk menutupi tubuh,
bukan membungkus, membungkus dan menutupi jelas beda, membungkus sama dengan
mengemas bila tidak isinya yang terlihat maka bungkusnya akan ketat yang
menunjukkan lekuk lekuk isi di dalamnya, adapun menutupi yang dalam istilah
bahasa pakaian, “baju kurung adalah tidak menampakkan lekuk lekuk tubuh pemakainya,
sebagaimana yang di isyaratkan nabi dengan istilah “Berpakaian tapi hakikatnya
telanjang.
Tubuh wanita semuanya adalah aurat kecuali ini dan ini, begitulah nabi
berpesan sambil memberi isyarat kepada muka dan telapak tangan, hal ini beliau
sampaikan ketika seorang wanita lewat di depannya dengan pakaian yang longgar
tapi tipis tembus pandang.
Jilbab adalah ciri, bahkan pakaian seseorang adalah cermin pribadinya, dalam
sebuah mauedzahnya Syeh Imam Nawawi al-bantani mengatakan “Adzzahiru mir,atul
batin (penampilan dzahir adalah cermin batinnya, cermin atau penampakan
batinnya).
Seorang Muslimah dengan kepribadian yang masih labil yakni ia ingin tampil
sebagai Muslimah namun kehendak nafsunya masih belum tunduk secara utuh kepada
kehendak Allah, masih terbawa oleh tren berbusana modern ala Jahiliyah barat,
maka yang terjadi adalah timbulnya dualisme, dua kepribadian dalam penampilan
yang menunjukkan kelabilan jiwanya , atau belum tunduk patuhnya kepada kehendak
Allah.
Lalu pertanyaannya kapan menjadi Muslimah seutuhnya ?
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu. (QS 2;208)
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar
Posting Komentar
Sampaikan komentar anda di bawah ini