Barang siapa yang ingin dilembutkan
hatinya dan di penuhi hajatnya, maka usaplah kepala anak yatim, beri mereka
makan dari makananmu, niscaya akan lembut hatimu dan terpenuhi segala keinginanmu..(al-Hadfits/muhktarul
hadits no 15)
Masih dalam suasana Bulan
Muharram , orang jawa menyebutnya dengan
bulan Suro, apapun itu namanya bulan ini adalah bulan yang dikenal di dalamnya
ada sebuah istilah bagi anak Yatim, yakni “lebaran Yatim, tepatnya tanggal 10
Muharram, sebenarnya bukan hanya itu keistimewaan bulan Muharram tepatnya
tanggal 10nya, karena pada tanggal itu beberapa nabiyallah dibebaskan dari
bahaya dan tipu daya musuh Allah, hingga disunnahkan kita Shaum sebagi wujud
rasa syukur kepada Allah.
Berkaitan dengan itu, hadits di atas
yang dimulai dengan “harfu syartin (huruf syarat) di mana kalam setelahnya
adalah syarat untuk dapat meraih sesuatu yang diterangkan dalam redaksi kalimat
selanjutnya.
Bila kita ingin mempunyai hati
yang lembut, welas asih, mudah tersentuh, ringan tangan dalam arti kata tidak
berat hati mengulurkan tangan membantu orang lain, ringan langkah menuju orang
yang membutuhkan bantuannya, tidak berat lidah untuk menyanggupi permintaan
orang lain dan tidak keras hati untuk menepati janji, maka usaplah KEPALA anak yatim. Makna mengusap kepala boleh jadi
adalah makna hakiki (yang sebenarnya) tapi tidak mustahil adalah majazi/kiasan.
Kepala adalah bagian terpenting
dalam tubuh di kepala ada otak yang mengatur segala gerak dan ucap, bahkan
tanpa kepala jelas orang tidak akan hidup, saya lebih cenderung memahami makna
majazinya, yakni dengan memberikan kelembutan dan perhatian intensif kepada
mereka, memberikan jaminan kesejahteraan, perlindungan baik secara perorangan (bila mampu), atau
secara kolektif dengan bek,up sebuah lembaga atau institusi, karena mereka
hidup bukan hanya dari belaian tapi dari terpenuhinya kelayakan hidup standar,
dan mereka hidup bukan hanya hari itu (10 Muharram) tapi 24 jam dalam sehari, 7
hari dalam seminggu dua belas bulan dalam setahun. Mereka bukan hanya butuh
sandang, pangan dan papan, namun juga butuh tempat mengadu, tempat curhat,
tempat berbagi suka dan duka. Itulah sebabnya nabi SAW. Bersabda dalam sebuah
haditsnya
“aku dan pengasuh anak yatim
bertetangga di surga. (al-hadits)
Dengan hidup bersama mereka, setidaknya
sering mendengar keluh kesahnya, lambat laun hati yang kesat, keras membatu
akan menjadi lembut dengan sendirinya.
Allah bukanlah Zat yang ingkar
janji, segala upaya, baik tenaga, pemikiran maupun materi akan Allah ganti
dengan gantian yang berlipat ganda, tapi bukan itu sebenarnya yang kita
butuhkan dalam materi, tapi yang kita butuhkan adanya”Keberkahan dalam rizeki. Dengan
keberkahan maka hati menjadi lapang, dengan kelapangan hati maka akan tumbuh
sifat Qonaah, atau merasa cukup. Itulah sebenarnya yang dibutuhkan dalam hidup.
Sebab melimpahnya harta bukan jaminan kita akan puas bila hati masih merasa
kurang , maka sebenarnya kita masih miskin.
Wallahu a’lam bissawab.
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar
Posting Komentar
Sampaikan komentar anda di bawah ini