pos giv

KAYA (AGHNIYA)

Diposting oleh Unknown | 16.58 | | 0 komentar »


Kaya raya , atau paling tidak selalu tercukupi semua kebutuhannya adalah dambaan setiap manusia tanpa kecuali, tidak salah dan berlebihan karena hal itu merupakan fitrahnya, ada yang menyembunyikan keinginannya ada juga yang menampakkan secara antuasias hasyrat cita-citanya, tinggal bagaimana tehnis mewujudkan keinginan atau cita-cita tersebut agar dapat tercapai, bila perlu ada silabus yang termenej secara profesional untuk mencapai hal tersebut, baik dalam jangka pendek, menengah dan panjang.



Sebagai umat Islam kita tidak dilarang menjadi kaya , bila hal itu didasari dengan niat yang baik seperti agar dirinya bahkan anak dan cucunya dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa tergantung pada orang lain, lebih mulia lagi kalau harta yang merupakan amanah dari Allah di pergunakan untuk kepentingan dakwah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Siti Khadijah dan para sahabat yang tak pernah merasa takut miskin ketika menyumbangkan hampir seluruh hartanya pada jalan Allah, karena mereka yakin harta yang dikeluarkannya adalah milik Allah dan mereka telah megeluarkannya pada jalan yang benar, Allah pasti menggantinya.



Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS 3;14)



Sekarang bagaimana kita memaknai kaya kaya itu , karena bila kita tidak dapat memaknai kata tersebut boleh jadi walaupun kekayaannya berlimpah tapi sebenarnya masih miskin.
Rasulullah membagi strata social ummatnya menjadi 3 golongan.



1. Fakir,” yaitu mereka yang dapat mencukupi kebutuhan pokoknya seperti makan setelah mencarinya terlebih dahulu



2. Miskin, yaitu mereka yang untuk kebutuhan pokok hari ini seperti makan dapat tercukupi sedangkan untuk besok hari harus bekerja kembali.



3. Kaya, siapa yang untuk kebutuhan makannya 3 hari ke depan masih ada, maka dia kaya
Kaya, sebenarnya sangat relatif, karena diatas yang kaya pasti ada yg lebih kaya lagi dan kaya lagi begitulah seterusnya, kita mengenal orang terkaya level Indonesia, Asia bahkan dunia seperti Adnan Kasogi, pemilik Microsof, keluarga kerajaan arab Saudi, Osama bin Laden dll, namun selama sifat kurang masih ada berarti masih miskin.



Merasa cukup (Qana’ah) itulah yang harus kita miliki, kata “merasa” bukanlah sebuah ungkapan pemaksaan kepada hati agar tidak lagi punya keinginan, dan bukan plesetan dari seluruh hasyrat hatinya tercukupi seperti ingin beli mobil cukup, beli rumah cukup, beli prabotan mewah cukup, tapi cukup akan bermakna hakiki manaka dengan rizki yang ada pada kita sebagai amanah Allah, kaki kita mau melangkah mencari orang yang lebih susah dari kita , lalu tangan memberi, hatipun ihklas tanpa pamrih dan ada rasa takut kekurangan dengan pemberiannya pada orang lain, dan lisanpun mengucapkan syukur atas karunia-Nya baik sedikit ataupun banyaknya, dan diwujudkan sukur tersebut dengan ibadah yang sungguh sungguh kepada sang pemberi rizeki.
Jadi “merasa cukup “ harus ditanamkan dengan mentarbiyah hati (jiwa) dengan meninggalkan keinginan yang tidak perlu, terlebih lagi dimotivasi oleh rasa iri kepada tetangga atau orang lain bukankah perinsip membeli (untuk mewujudkan kehendak hati), ada dua,



pertama mampu



kedua, perlu.



Maksudnya, kita mampu membeli sesuatu tapi sebenarnya kita tidak perlu, lalu buat apa ?
Selanjutnya ,kita memerlukan sesuatu tapi kita tidak mampu membelinya, meski alternatifnya sekalipun berarti sebenarnya kita tidak perlu. Wallahu a’lam
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar

Posting Komentar

Sampaikan komentar anda di bawah ini