Bukan suatu hal mudah mencari pasangan hidup, terlebih di jaman yang sudah bergesernya nilai nilai norma (baca agama) karena pengaruh pergaulan dan media yang seolah tak memberi ruang yg cukup bagi seorang Muslim untuk lebih jauh memahami agamanya, untuk itulah dari beberapa pertimbangan yg di sarankan rasulullah beliau lebih menekankan pada aspek agamanya
“Dinikahi wanita karena 4 perkara 1. Kecantikannya 2. Keturunannya 3.Hartanya 4.agamanya. pilihlah karena agamanya maka kamu akan bahagia” (al-hadits)
Menyenangi kecantikan atau ketampanan sesuatu yg fitrah atau manusiawi, hal ini diperlukan karena biasanya kesenangan atau rasa cinta, walau semu, timbul dari pandangan awal tapi itu tidak boleh menjadi ukuran dalam memilih pasangan, krn kecantikan dan ketanpanan bersifat fana bahkan boleh jadi hasil tipuan dengan mikeup atau krn rajinnya merawat kulit dan wajah.
Keturunan menjadi hal yang penting krn sebuah ungkapan” buah apel tak kan jauh jatuhnya dari pohonnya” ada factor genetika yang mengalir di tubuh kita yang menjadi gambaran dari sifat ayah dan ibu kita, bahkan ada sebuah riset khusus tentang ini dgn memakan waktu bertahun tahun , dgn cara memisahkan beberapa orang anak dari orang tuanya yang seorang residivis dan istri seorang pelacur dgn jarak yg berjauhan , namun beberapa belas tahun kemudian setelah di teliti semua anak tersebut hidup di jalan jalan dan menjalani kehidupan yg hampir sama dgn orang tuanya. (sumber “SAINS DALAM ISLAM) walaupun tidak semuanya tapi secara umum begitulah faktanya, ada kemungkinan anak tsb tumbuh dari bahan / janin dan di kenyangkan dengan makanan yang haram.
Mencari pasangan yang kaya, atau anak orang kaya adalah tindakan pecundang, karena yg kaya orang tuanya, atau harta yg dimiliki bukan hasil keringatnya, apa bangganya hidup mewah tapi kepala tertunduk tanpa bisa berkata “inilah saya” bukankan seorang pemuda atau pemudi yang arif dan gentel adalah yg bisa berkata dengan kepala tertengadah “inilah saya.”
Memilih agamanya menjadi factor utama yg di sarankan rasulullah, karena agamalah yang akan membawa ketenangan lahir dan bathin, Ingat ! mahabbah /Mawaddah atau cinta bersifat fana dia akan hilang seiring berlalunya waktu, saat penampilan sudah berubah masing masing sdh menampakkan sifat aslinya dan rasa bosan sudah menghinggapi pada saat itulah bila pasangan yg kita pilih tidak punya pondasi agama yg kokoh kiamat rumah tangga akan terjadi, namun bagi yang mempunyai pondasi keimanan yg kokoh dia bukan hanya bisa menampilkan mawaddah tapi juga Rachmat atau kasih sayang inilah yang di sebut sebagai bagian dari nama-nama Allah yang hanya bisa diwarisi olehorang yg beriman.
Lalu dari manakah kita memulai ?
1. Cari tahu siapa kawan akrabnya, nabi bersabda “ agama seseorang tergantung pada agama temannya” secara psikologis seorang mencari teman, berkawan akrab karena ada kesamaan , baik kesamaan hoby, visi dan pandangan hidup, pernahkan anda menemani saudara yang sakit di rumah sakit, ? di sana pasien yang sakit ada kaya ada miskin dan berbagai macam perbedaan bahkan latar belakang, tapi mengapa satu sama lain sangat akrab ? jawabannya karena kesamaan nasib.
2. Cara berpakaian “ syeh An-nawawi albantani dalam kitab NASHAIHUL E’BAD mengungkapkan “adzdzahiru mir atul bathin” penampilan fisik adalah cerminan bathin, atau dalam artian sederhana penampilan mencerminkan kepribadian, apa bathin itu, ? rasul bersabda “ Sesungguhnya dalam diri manusia ada segumpal darah, apabila baik darah itu maka baik pulalah seluruh tubuhnya (tingkah lakunya) dan apabila rusak maka rusak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal daging itu adalah hati” (al-hadits) . kita boleh berdalih akan berusaha mengubahnya sedikit demi sedikit, namun pertanyaannya,. sejauh mana kemampuan kita untuk bisa merubahnya, atau jangan jangan malah kita yang bisa dipengaruhinya, apalagi kita tak pernah terjun dalam bidang tarbiyah, terlebih bila keperibadian itu sudah mendarah daging, atau memang sudah karena adanya unsur keturunan atau genetika, jauh lebih sulit lagi bila pasangan kita tidak mempunyai dasar aqidah yang kuat. Memang penampilan baju bukan jaminan utama, tapi persentasinya jauh lebih banyak perempuan yang memakai baju seronok yang rusak akhlaknya dari pada perempuan yang menutup auratnya, justru disitulah dituntut ketelitian kita dalam melihat, baju muslim bagaimana yg di pakai seorang wanita yg mencerminkan tunduknya terhadap tuntutan syareat atau sekedar trend, kenapa dlm ayt tentang jilbab Allah mengatakan diantaranya “agar mereka mudah dikenal” pemakaian kalimat ‘ARAFA (liyu’rafna) yang mana kalimat ini dalam bentuk objeknya adalah ma’ruf yakni baik, dgn konotasi tentunya baik menurut Allah adalah seorang wanita yg mencerminkan pribadi Muslimah yang kaffah.
3. Gunakan orang ke tiga yang amanah untuk mengetahui secar detail tentang pilihan kita, mintalah pertimbangan kepada Saudara teman yang telah pengalaman dalam menjalaani hidup berumah tangga. Sebab arah sebuah cinta adalah terwujudnya biduk rumah tangga.
4. Libatkan orang tua ,. Ingat yang menikah bukan hanya anda, karena pada hakikatnya menikah berarti mengumpulkan atau paling tidak mengikat dua keluarga besar dalam jalinan kekeluargaan,. Minta pendapatnya secara Ihklas tentang pilihan kita, hindari sifat egois sebab mereka jauh lebih berpengalaman dari kita, mereka akan menjadi tempat sering apabila terjadi masalah dikemudian hari, utk diminta solusinya agar anda tidak merasa sendiri dalam masalah.
5. Lakukan ta,arruf untuk mengetahui apakah pilihan kita juga respon atau suka kepada kita, jangan memaksakan kehendak dengan berbagai dalih karena akan berakibat tidak baik dikemudian hari, berusahalah lapang menerima penolakan, karena itu jauh lebih baik dari pada dia menolak setelah menikah, yakinlah ! Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita, dan pasti ada rencana Allah yg lain di balik itu yg belum mampu kita ketahui hikmahnya.
6. Bila clear segeralah Khitbah, hindari pertunangan dalam waktu lama, sebab tenggang waktu yg lama semakin membuka ruang untuk berubahnya pikiran kita, dan tentu juga pilihan kita.
7. Berusahalah untuk semaksimal mungkin menjalankan dari tahab awal sampai kita menjalani biduk rumah tangga sesuai aturan Allah dan RasulNya, insya Allah keberkahan dan RachmadNya senantiasa menaungi hidup kita. Wallau a’lam (dah dulu cape ngetiknya)
“Dinikahi wanita karena 4 perkara 1. Kecantikannya 2. Keturunannya 3.Hartanya 4.agamanya. pilihlah karena agamanya maka kamu akan bahagia” (al-hadits)
Menyenangi kecantikan atau ketampanan sesuatu yg fitrah atau manusiawi, hal ini diperlukan karena biasanya kesenangan atau rasa cinta, walau semu, timbul dari pandangan awal tapi itu tidak boleh menjadi ukuran dalam memilih pasangan, krn kecantikan dan ketanpanan bersifat fana bahkan boleh jadi hasil tipuan dengan mikeup atau krn rajinnya merawat kulit dan wajah.
Keturunan menjadi hal yang penting krn sebuah ungkapan” buah apel tak kan jauh jatuhnya dari pohonnya” ada factor genetika yang mengalir di tubuh kita yang menjadi gambaran dari sifat ayah dan ibu kita, bahkan ada sebuah riset khusus tentang ini dgn memakan waktu bertahun tahun , dgn cara memisahkan beberapa orang anak dari orang tuanya yang seorang residivis dan istri seorang pelacur dgn jarak yg berjauhan , namun beberapa belas tahun kemudian setelah di teliti semua anak tersebut hidup di jalan jalan dan menjalani kehidupan yg hampir sama dgn orang tuanya. (sumber “SAINS DALAM ISLAM) walaupun tidak semuanya tapi secara umum begitulah faktanya, ada kemungkinan anak tsb tumbuh dari bahan / janin dan di kenyangkan dengan makanan yang haram.
Mencari pasangan yang kaya, atau anak orang kaya adalah tindakan pecundang, karena yg kaya orang tuanya, atau harta yg dimiliki bukan hasil keringatnya, apa bangganya hidup mewah tapi kepala tertunduk tanpa bisa berkata “inilah saya” bukankan seorang pemuda atau pemudi yang arif dan gentel adalah yg bisa berkata dengan kepala tertengadah “inilah saya.”
Memilih agamanya menjadi factor utama yg di sarankan rasulullah, karena agamalah yang akan membawa ketenangan lahir dan bathin, Ingat ! mahabbah /Mawaddah atau cinta bersifat fana dia akan hilang seiring berlalunya waktu, saat penampilan sudah berubah masing masing sdh menampakkan sifat aslinya dan rasa bosan sudah menghinggapi pada saat itulah bila pasangan yg kita pilih tidak punya pondasi agama yg kokoh kiamat rumah tangga akan terjadi, namun bagi yang mempunyai pondasi keimanan yg kokoh dia bukan hanya bisa menampilkan mawaddah tapi juga Rachmat atau kasih sayang inilah yang di sebut sebagai bagian dari nama-nama Allah yang hanya bisa diwarisi olehorang yg beriman.
Lalu dari manakah kita memulai ?
1. Cari tahu siapa kawan akrabnya, nabi bersabda “ agama seseorang tergantung pada agama temannya” secara psikologis seorang mencari teman, berkawan akrab karena ada kesamaan , baik kesamaan hoby, visi dan pandangan hidup, pernahkan anda menemani saudara yang sakit di rumah sakit, ? di sana pasien yang sakit ada kaya ada miskin dan berbagai macam perbedaan bahkan latar belakang, tapi mengapa satu sama lain sangat akrab ? jawabannya karena kesamaan nasib.
2. Cara berpakaian “ syeh An-nawawi albantani dalam kitab NASHAIHUL E’BAD mengungkapkan “adzdzahiru mir atul bathin” penampilan fisik adalah cerminan bathin, atau dalam artian sederhana penampilan mencerminkan kepribadian, apa bathin itu, ? rasul bersabda “ Sesungguhnya dalam diri manusia ada segumpal darah, apabila baik darah itu maka baik pulalah seluruh tubuhnya (tingkah lakunya) dan apabila rusak maka rusak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal daging itu adalah hati” (al-hadits) . kita boleh berdalih akan berusaha mengubahnya sedikit demi sedikit, namun pertanyaannya,. sejauh mana kemampuan kita untuk bisa merubahnya, atau jangan jangan malah kita yang bisa dipengaruhinya, apalagi kita tak pernah terjun dalam bidang tarbiyah, terlebih bila keperibadian itu sudah mendarah daging, atau memang sudah karena adanya unsur keturunan atau genetika, jauh lebih sulit lagi bila pasangan kita tidak mempunyai dasar aqidah yang kuat. Memang penampilan baju bukan jaminan utama, tapi persentasinya jauh lebih banyak perempuan yang memakai baju seronok yang rusak akhlaknya dari pada perempuan yang menutup auratnya, justru disitulah dituntut ketelitian kita dalam melihat, baju muslim bagaimana yg di pakai seorang wanita yg mencerminkan tunduknya terhadap tuntutan syareat atau sekedar trend, kenapa dlm ayt tentang jilbab Allah mengatakan diantaranya “agar mereka mudah dikenal” pemakaian kalimat ‘ARAFA (liyu’rafna) yang mana kalimat ini dalam bentuk objeknya adalah ma’ruf yakni baik, dgn konotasi tentunya baik menurut Allah adalah seorang wanita yg mencerminkan pribadi Muslimah yang kaffah.
3. Gunakan orang ke tiga yang amanah untuk mengetahui secar detail tentang pilihan kita, mintalah pertimbangan kepada Saudara teman yang telah pengalaman dalam menjalaani hidup berumah tangga. Sebab arah sebuah cinta adalah terwujudnya biduk rumah tangga.
4. Libatkan orang tua ,. Ingat yang menikah bukan hanya anda, karena pada hakikatnya menikah berarti mengumpulkan atau paling tidak mengikat dua keluarga besar dalam jalinan kekeluargaan,. Minta pendapatnya secara Ihklas tentang pilihan kita, hindari sifat egois sebab mereka jauh lebih berpengalaman dari kita, mereka akan menjadi tempat sering apabila terjadi masalah dikemudian hari, utk diminta solusinya agar anda tidak merasa sendiri dalam masalah.
5. Lakukan ta,arruf untuk mengetahui apakah pilihan kita juga respon atau suka kepada kita, jangan memaksakan kehendak dengan berbagai dalih karena akan berakibat tidak baik dikemudian hari, berusahalah lapang menerima penolakan, karena itu jauh lebih baik dari pada dia menolak setelah menikah, yakinlah ! Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita, dan pasti ada rencana Allah yg lain di balik itu yg belum mampu kita ketahui hikmahnya.
6. Bila clear segeralah Khitbah, hindari pertunangan dalam waktu lama, sebab tenggang waktu yg lama semakin membuka ruang untuk berubahnya pikiran kita, dan tentu juga pilihan kita.
7. Berusahalah untuk semaksimal mungkin menjalankan dari tahab awal sampai kita menjalani biduk rumah tangga sesuai aturan Allah dan RasulNya, insya Allah keberkahan dan RachmadNya senantiasa menaungi hidup kita. Wallau a’lam (dah dulu cape ngetiknya)
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar
Posting Komentar
Sampaikan komentar anda di bawah ini