Seorang akhwat mengeluh, sudah dua kali ini cintanya kandas
tidak sampai di mahligai pelaminan, entah ,.! Mungkin ada yg salah dalam
perjalanan kisah cintanya,. Begitulah (mungkin)manakala ta’arruf sudah tidak
lagi jelas batas batasnya, baik batas waktu maupun inter aksi antara keduanya,
jenuh , bosan hingga pintu perpisahan terbuka lebar.
Cinta memang semu , masing masing pihak akan selalu berusaha
menonjolkan kelebihan dirinya, baik yg sebenarnya maupun yang kadang dibuat
buat dengan dipaksakan, dgn maksud untukmenimbulkan rasa kagum dari
pasangannya, dan bersamaan dengan itu sekaligus menutupi banyak kekurangannya,
memang, bukankah diantara makna cinta itu adalah saling melengkapi ? namun apa
yang mau dilengkapi kalau semu , dan tidak berusaha secara jujur untuk di
nampakkan, agar tidak menjadi sesalan di kemudian hari .
Di antara rahasia Allah adalah jodoh,. Oleh karena itulah,
kegagalan dalam memilih jodoh sebelum menikah patut disyukuri, bahkan setelah
menikahpun sebelum punya keturunan.. orang beriman adalah orang yang selalu
berbaik sangka kpd Allah, sebab Allahlah yang Maha tahu apa yg terbaik untuk
kita, kegagalan kali ini atau bahkan yang akan datang merupakan kehendak Allah
yang akan memberikan yang terbaik bagi kita, tentunya dengan catatan “kegagalan
tersebut muaranya bukan dari keburukan kita yang terungkap, melainkan terjadi di
luar kemampuan dan kalkulasi logika kita, itulah yang di sebut takdir.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu padahal, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS 2;216)
Sabar ,. Mungkin itulah kata yang tepat pada saat awal
tibanya musibah,. Namun yang harus kita tahu musibah apapun yang menimpa
seorang hamba, selain sudah tercatat di Laihul Mahfudz juga disesuaikan dengan
kadar kemampuan dan keImanan hamba itu, hanya kadang kita terasa amat berat
menerimanya, hal itu bersumber dari kesempitan hati kita, atau ketidak besaran
jiwa kita, diantara inti kesabaran ialah menerima dengan lapang dada suatu hal
yg bertentangan dgn kehendak hati. Di iringi suatu keyakinan bahwa itulah yang
terbaik untuk kita.
Untuk Ahkwat atau Ikhwan yang mengalami hal serupa, selalu
berbaik sangkalah kepada Allah,sebab pemberian Allah tergantung kepada
prasangka kita kepada Nya, dalam hadits Qudsi Allah berfirman.
Sesungguhnya Aku bagaimana prasangka hamba Ku kepada Ku.
tak lupa juga tawakkal kepada Nya, tentunya setelah usaha
maximal kita laksanakan, sebagai kewajiban yang bersifat manusiawi.
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar
Posting Komentar
Sampaikan komentar anda di bawah ini