pos giv

JILBAB HATI

Diposting oleh Unknown | 02.45 | | 0 komentar »




Ada ungkapan ,sebelum menjilbabpi kepalanya jilbabpi dulu hatinya, buat apa berjilbab kalau akhlaqnya rusak.
Ungkapan yang berupa majaz atau kiasan tersebut tidak salah, namun menurut saya juga tidak benar, atau kurang tepat.
Kenapa ?

Jilbab dilihat dari fungsinya untuk menutup aurat , aurat adalah bahasa Arab dari kata kerja ‘ara, artinya telanjang  adapun aurat adalah akar kata, artinya ketelanjangan, ringkasnya jilbab adalah penutup aurat .
Adapun hati  dalam sebuah hadits dikatakan sebagai raja dalam tubuh manusia, yang bila hati itu baik maka baik pulalah seluruh tubuhnya, dalam arti kata bahasa yang keluar dari tubuh adalah bahasa lisan dan bahasa gerakan.
Dalam hadits lain hati ialah tempatnya iman, “Attaqwa  ha huna (Taqwa itu di sini, nabi menunjuk kepada hatinya)
Kalau ungkapan tersebut bermakna jilbab yang dilihat dari fungsinya adalah untuk menutupi aib/aurat , maka apakah hati itu tempatnya aib ?

Manusia  sudah menjadi kodratnya, sebagai tempatnya salah dan dosa, sudah fitrah dan manusiawi , kalau Iman itu kadang naik kadang turun, kadang bertambah kadang berkurang  (yazid wa yankus), kalau menunggu hati kita benar benar bersih lalu tidak bernoda lagi, lalu kapan berjilbabnya ?
Bagaimana dengan seorang akhwat yang berjilbab, namun kelakuannya  tidak mencerminkan yang semestinya ?
Menurut saya lihat dulu cara berjilbabnya, benarkah sesuai syar’e  , seperti yang saya sampaikan di atas ?

Sebab ada juga yang berjilbab namun, namun hatinya masih di persimpangan jalan, ada dualisme dalam hati dan pikirannya, antara mengikuti tren berpakaian ala barat/jahiliyah  dengan memakai baju muslimah, yang akhirnya dipadukan menjadi jilbab gaul, yang mudah-mudahan asumsi saya salah, yakni menurut bahasa baginda yang mulia “berpakaian tapi telanjang, fungsi baju dan jilbab sebagai penutup aurat tidak nampak, karena pakaiannya ketat atau transparan sehingga lekuk-lekuk tubuhnya nampak.
Banyak jalan menuju perbaikan diri, salah satunya adalah dengan menutup aurat, saya yakin bila itu bersumber dari hati bukan karena mengikuti tren, lambat laun jilbabnya yang akan menjadi jalan untuk membuka pintu hatinya dalam menyambut hidayah Allah.
Manusia bukan malaikat, juga bukan hewan, manusia makhluk mulia yang dianugerahi dua sifat.
“ Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (QS 91;8)

Sifat fujur atau kefasikan ialah sifat pendosa, namun adakalanya manusia bersifat taqwa, karena manusia mempunyai al-hawa atau kecenderungan (hawa nafsu).
Hati bukan untuk di tutupi namun hati untuk di jaga..
Jangan ragu untuk menutup aurat hanya karena ungkapan, tutupi dulu/jilbapi dulu hatinya, justeru jadikan ungkapan tersebut sebagai  motivasi untuk perbaikan diri, gak apa apa awalnya gak syar’e, bagus kalau langsung sesuai syareat, asalkan seiring bertambahnya usia dan waktu bertambah pula kesadaran kita memakai pakaian sesuai tuntutan syara.
Boleh jadi ungkapan tersebut adalah propaganda dari kaum sekuler dan orientalis yang hendak menghancurkan Islam dari dalam, terkesan benar dan logis namun tujuan sebenarnya adalah merusak berlahan-lahan.
Dulu ada sebuah ungkapan “hati hati belajar menerjemah al-qur,an kalau salah dosa , akhirnya banyak yang takut belajar terjemah al-qur,an, belakangan diketahui ungkapan tersebut adalah propaganda kaum kafir penjajah Belanda melalui agar ummat Isla tidak tahu terjemah al-qur,an.

Sekilas ungkapan tersebut logis, padahal kata Rasulullah, orang yang belajar al-Qur,an dia salah mendapat dua pahala, satu pahala belajarnya dua pahala membacanaya.

Untuk kaum akhwat jangan takut memulai memakai jilbab...!! ^^
Moga bermanfaat .....

Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar

Posting Komentar

Sampaikan komentar anda di bawah ini