Kenapa mesti hati ? yah!.. karena di hatilah tempat taqwa itu, begitulah sabda Rasulullah
Attaqwa ha huna artinya “taqwa itu disini (sambil Rasulullah mengisyaratkan ke dadanya) orang beriman , tidak perlu merasa risau dengan perkara yang membelit dirinya, ia hanya cukup berusaha secara maksimal lalu selanjutnya serahkan kepada Allah atau tawakkal karena memang hanya kepada Allah kita mengembalikan semua perkara.
Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan (QS 21;10)
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.(QS 65;2/3)
Taqwa !.nah di sinilah letak kunci permasalahannya, sejauh mana taqwa kita kepada Allah itulah yang menentukan, karena manakala kita jauh dari Allah maka jangan harap Ia dekat kepada kita, karena kedekatan Allah kepada kita tergantung taqarrub (kedekatan) kita dengannya.
Apakah kita punya perasaan malu ? kalau punya ,. Bagaimana pendapat para sohib bila meminta sesuatu pada orang yang tak pernah kita kenal ? malu kan !., yang pastinya begitulah seharusnya kita kepada Allah, kenali dulu Allah, dekati, turuti atau patuhi aturan yang berupa perintah dan larangannya dengan ke ikhlaskan hati, maka Allah akan merespons doa-doa kita.
Dalam ayat di atas ada kata “ingat,.. Hmmm ,...sebenarnya Allah sedang memberi tahu sama kita (menurut aku) bahwa salah satu sifat manusia adalah mudah melupakan sesuatu apalagi tak tampak di depan mata, padahal Dia amat besar pengaruhnya bahkan secara tidak sadar kita selalu tergantung kepada belas kasih-Nya,dan tentunya kalimat ingat jangan hanya di tafsirkan eling,.. kata orang jawa.. He he he aku juga wong jowo,...tapi ingat berarti memahami akan kewajiban kita selaku hamba-Nya yang telah kita abaikan...
Dengan demikian,.. maka kita tak perlu gelisah lagi dalam hidup, karena kita hanya melakoninya, ikhtiar secara maksimal, lalu selanjutnya kita tawakkal kepada Allah, dngan demikian maka seorang Mukmin tak usah merasa sedih dan putus asa.
(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS 2.112)
Wallahu a’lam bissawab.
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar
Posting Komentar
Sampaikan komentar anda di bawah ini