Melihat penampilan para remaja di kampung sungguh harus menghela nafas, betapa tidak,. jauh sekali dengan ketika aku kecil dahulu, penampilan mereka jauh lebih metal dari yang hidup di kota, pakai anting sebelah, rambut pank dengan warna selain hitam, bahkan ada yang warnanya lebih dari satu, itu yang lelaki, adapun yang perempuan berkaos ketat rambut pendek (kalau tidak dikatakan nyaris botak) rok mini (padahal tato bekas borok di sana sini / kalau mulus sih oke) mereka nongkrong di pos , pinggir jalan .. naudzu billah !...
Apa yang terjadi di kampung halaman, mengingatkan aku pada sebuah buku yang berjudul “metode barat merusak Islam, kerusakan ahklaq yang terjadi menurut hematku mungkin karena beberapa hal di antaranya :
· Mereka yang menetap di kampung terpengaruh oleh tayangan televisi atau informasi yg mereka dapat melalui internet Hp maupun jaringan komputer di warnet (karena sekarang warnet sudah merambah ke kampung-kampung)
· Ditulari oleh saudara, kawan atau kenalan mereka yang datang dari kota yang kebetulan juga rusak akhlaknya
.Frustrasi lalu mencari pergaulan di luar rumah dan menemukan kesenangan , yg sebenarnya semu
· Menciptakan sendiri situasi seperti itu karena jemu dengan kondisi yang ada.
Sebenarnya mereka adalah anak baik, dari keluarga yang baik baik,namun karena lemahnya pengawasan dari orang tua atau kurangnya pendidikan orang tua yang berakibat pada pembiaran tingkah polah anaknya, dengan argumen “ sudah bukan jamannya anak dikekang, biarkan mereka menemukan jati dirinya”..padahal sang anak belum mempunyai “filter , atau dapat menyaring mana yang baik dan mana yang buruk dan dampak buruknya di kemudian hari, jadilah mereka terperosok dalam pergaulan yang rusak.
Saat Adzan maghrib tak ada lagi suara anak mengaji , di samping karena kampungku menjadi target kristenisasi dan cukup berhasil, juga tidak adanya ustad yang bersedia dengan kerelaan hati untuk mengajar anak-anak dari keluarga Muslim yang masih tersisa, adapun ustad yang di datangkan ke kampung hanya sesekali dalam satu bulan, sedangkan ustad yang ada tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam Agama (Islam) apalagi untuk menghadapi kegigihan para misionaris kristen yang dilengkapi dengan kemampuan berkomunikasi serta dana tak terbatas.
Sangat menyenangkan saat mudik karena dapat bertemu dan bersilatur rahim dengan kerabat, orang tua, teman, saudara, dan dapat meresapi indahnya saat kecil dahulu , intinya kampungku banyak menyimpan keindahan yang membuat aku betah, tapi juga sekaligus membuat hati ini miris, melihat kerusakan yang ada, bukan rusaknya lingkungan , tapi rusaknya akhlaq para remajanya, mereka bertingkah tanpa menyadari , istilah suamiku “mahqam” maksudnya “ mereka siapa ? ada dan tinggal di mana ? dan yang lebih membuat hati semakin sedih lagi , pertalian Aqidah banyak yang terputus...
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar
Posting Komentar
Sampaikan komentar anda di bawah ini